Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKIT 23
Waktu berjalan begitu saja tidak terasa saat ini Karina sudah mulai meninggalkan rumah Ameer, tangannya mulai terulur untuk mengelus wajah sang anak, akan tetapi respon dari Zaidan masih terlihat cuek.
"Sayang, Mama pulang dulu ya, besok-besok pasti kesini lagi," ucapnya dengan nada yang dibuat tenang.
"Iya Ma," sahut Zaidan singkat.
Setelah kepergian Kirana Zaidan mulai terlihat lebih gembira dan lepas entah apa yang di rasakan oleh anak itu, di saat yang bersamaan, ia kedatangan ibu sambung orang baru yang datang di dalam kehidupannya, dan tidak lama kemudian tiba-tiba sang ibu kandung kembali muncul.
Kali ini Zaidan langsung memanggil Mama barunya itu, entah kenapa, saat ini ia mulai melibatkan hal kecil dengan Mama sambungnya, meskipun pas di awal-awal dia begitu menolak kehadirannya, akan tetapi ketika kejadian tempo hari di Mall anak itu mulai menerima kehadiran sosok yang lemah lembut itu.
"Ma ....," panggil Zaidan.
"Iya Sayang," sahut Alma masih dengan tatapan yang tenang.
"Bisa bantu berisin mainan Zaidan," pinta anak itu.
"Bisa dong Sayang," sahut Alma, langsung cekatan mengambil satu persatu mainan yang berserakan.
Saat ini keduanya menjadi kompak untuk menata kembali mainan-mainan tersebut, sebagai seorang ibu sambung Alma di sini tidak pernah ada niatan untuk merebut anak ini dari siapapun, ia hanya menjalankan tugas saja, dan mengganti kekosongan hari Zaidan yang lama tanpa sentuhan hangat seorang ibu.
'Zaidan nasibmu sama seperti Mama, Nak. Tidak pernah dapat kasih sayang seorang ibu sedari kecil, bahkan Mama diperlakukan secara tidak adil, tapi hal itu tidak akan berlaku untukmu Nak ... Sebisa mungkin Mama akan menjadi ibu yang baik, untukmu,' batin Alma.
*******
Di tempat lain, saat ini Karina sedang mengatur strategi untuk membuat citra Alma terlihat buruk di depan Ameer, apalagi dia sudah mendapatkan data diri Alma yang memang sempat dekat dengan Shaka yang merupakan adik sedarah dari mantan suaminya itu, dengan hal ini Karina akan segera mudah mencapai tujuannya itu untuk menguasai kembali harta Ameer.
"Ameer, aku tahu kau masih menyimpan rasa cinta itu ... Tunggu aku yang di kesempatan lain," seringai tajam terbesit di wajah wanita itu.
*******
Saat ini Karina mulai menghubungi Shaka, wanita itu sengaja mengajak mantan adik iparnya itu bertemu di sebuah rumah makan yang memang terbilang sepi dan khusus orang tertentu saja.
Di dalam ruangan kursi makan yang bernuansa klasik ini, Karina sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan seseorang yang akan ia ajak untuk bekerja sama mencapai tujuan yang sama.
Karina mulai menggenggam benda pipihnya itu sepertinya ia menuliskan sesuatu terhadap seseorang.
"Aku sudah sampai di tempat," tulis wanita itu di dalam pesan singkatnya.
"Tunggu lima menit lagi aku sampai," balas Shaka.
Tidak lama kemudian seorang pria muda berparas rupawan dan bertubuh jangkung itu mulai datang dari balik pintu, wajahnya tersenyum ramah, bukan karena ketulusan akan tetapi menyimpan maksud terselubung dari pertemuannya ini.
"Selamat siang, Kak ... Maaf agak telat sedikit," ucap Shaka.
"Ist Ok Shaka," sahut Karina.
Keduanya duduk di kursinya masing-masing ketika selesai berjabat tangan, saat ini mereka mulai memilih menu yang akan di pesannya, setelah itu mereka kembali ke topik pembicaraan dan rencananya kali ini.
"Aku tahu kau begitu mengejarnya, tapi sayang, dia sudah menjadi istri dari Abang kamu," ucap Karina mengawali pembicaraan.
"Hemmmb, andai saja aku tidak terlambat pada waktu itu," sahut Shaka.
"Tidak Sayang, kau belum terlambat, apapun yang harus menjadi pantangannya seharusnya harus di pertahankan, kau yang dulu mengenalnya dari pada Abang kamu," ucap Karina dalam mempengaruhi lelaki muda dihadapannya itu.
"Seharusnya sih begitu, akan tetapi aku tidak punya kekuatan untuk melakukannya, bahkan sekarang saja keluargaku terusir dari rumah, dan itu semua gara-gara pria angkuh itu," decak Shaka sambil mengeratkan giginya.
Melihat adik iparnya yang dipenuhi oleh amarah kebencian terhadap mantan suaminya itu, dan hal ini menjadi harapan besar untuk Karina menjalankan misi mulusnya itu.
"Baiklah kali ini, gimana ... kalau kita bekerja sama saja, bukannya kita masih menginginkan satu sama lain diantara mereka?" Senyuman licik terbesit di sudut bibir Karina.
"Hemmmb, itu benar, kau punya rencana apa kedepannya!" Shaka pun berusaha menyahuti.
Karina mulai membisikkan sesuatu kepada Shaka .... Cukup lama dan hal itu benar-benar membuat lelaki muda itu paham dan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu ... Aku suka bekerja sama denganmu, semoga kali ini berhasil," ucap Karina dengan seringai liciknya.
*******
Malam mulai turun menutup tirainya, saat ini Alma mencoba untuk membacakan buku dongeng untuk anaknya Zaidan, entah kenapa saat ini mata Zaidan susah untuk di pejamkan, padahal ini sudah mulai larut.
"Dan akhirnya pangeran buruk rupa itu kembali tampan dan gagah, karena terbebas dari kutukan nenek sihir, dan cerita pun selesai," ucap Alma membacakan dongeng anak untuk Zaidan.
"Ma, kenapa ya mata Zaidan susah untuk terpejam," ucap anak sambungnya itu.
"Ya sudah kalau begitu Mama, akan menemani kamu dan membacakan dongeng lagi," ucap Alma.
"Ya sudah boleh juga, atau gak Mama bernyanyi saja, supaya Zaidan cepat tidurnya," pinta anak sambungnya itu.
Alma mulai menyanyikan lagu Bunda milik Melly Goeslaw, suara Alma yang lembut dan terdengar merdu mampu membuat mata anak itu perlahan mulai terpejam, akan tetapi sulit untuk terlelap, entah mengapa, anak itu seolah tidak mau membiarkan mamanya sendirian apalagi saat ini ayahnya masih ada acara di luar kantor.
"Ma ... Papa belum pulang?" tanya anak itu.
"Belum Sayang," sahut Alma.
"Tuh kan aku benar-benar tidak tega membiarkan Ma sendirian," ucap anak itu.
"Sudah tidur saja nanti Mama juga ikut tidur kalau kamu sudah tidur duluan," ujar Alma.
"Gitu ya Ma," sahut anaknya itu.
"Iya Nak."
Dengan terpaksa akhirnya anak itu mencoba untuk tidur, meskipun awalnya susah, tapi akhirnya terlelap juga.
******
Sedangkan di luar sana seseorang tengah melakukan rencana jahat untuk membuat posisi Alma dari rumah ini tersingkir begitu saja, seseorang mulai merayap layaknya seekor cicak untuk menuju lantai dua tepatnya di kamar atas yang di tempati oleh Alma dan Ameer.
Seorang berpakaian hitam itu sudah sampai di balkon kamar, lalu mulai mencoba masuk ke jendela yang memang tidak di kunci sehingga memudahkan aksinya itu.
Sementara itu Alma tidak benar-benar memejamkan matanya, wanita itu mulai terdengar dengan bunyi yang begitu mendadak.
"Ah, itu bunyi apa," ucap Alma refleks menyalahkan lampu temaram yang ada di samping nakas.
Sunyi ... Tidak ada pertanda apapun, akan tetapi suara tadi mampu mengagetkan dirinya.
Alma mulai melangkah keatas, dan tanpa ia sadari seseorang dari arah belakang mulai membekap mulutnya.
"Aaaaah ....," Alma berteriak sesaat, sebelum akhirnya pingsan.
Bersambung ....
kalau sampai kecolongan ya ttnda global 😂😂😂😂 ya kan thor
ibu ga da otak,, segampang itu ninggalin anaknya segampang itu minta peluk
keren Alma good girl,,smart juga tuan Ammer
itu ibu turu perlu di kasih pelajaran yg sadis bisa Thor,,ku rasa ga yah is ok yg lain aja yg bikin dia sengsara