⛔ jangan plagiat ❗❗
This is my story version.
Budayakan follow author sebelum membaca.
Oke readers. jadi di balik cover ungu bergambar cewek dengan skateboard satu ini, menceritakan tentang kisah seorang anak perempuan bungsu yang cinta mati banget sama benda yang disebutkan diatas.
dia benar-benar suka, bahkan jagonya. anak perempuan kesayangan ayah yang diajarkan main begituan dari sekolah dasar cuy.
gak tanggung-tanggung, kalo udah main kadang bikin ikut pusing satu keluarga, terutama Abang laki-lakinya yang gak suka hobi bermasalah itu.
mereka kakak-adik tukang ribut, terutama si adik yang selalu saja menjadi biang kerok.
tapi siapa sangka, perjalanan hidup bodoh mereka ternyata memiliki banyak kelucuan tersendiri bahkan plot twist yang tidak terduga.
salah satunya dimana si adik pernah nemenin temen ceweknya ketemuan sama seseorang cowok di kampus seberang sekolah saat masih jam pelajaran.
kerennya dia ini selalu hoki dan lolos dari hukuman.
_Let's read it all here✨✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
•Penggoda•
'BRAK!'
dengan pakaian sekenanya, sambil mengunyah kue beras pedas, Damara membuka pintu kamar sebelah dengan kaki. Alias ditendang.
"Morning Girl!!!" seru Damara enjoy, mengambil posisi duduk bersandar diatas kursi belajar milik sang empu kamar.
Hari Sabtu ini kuliah libur, sama sekali tidak ada materi dari dosen. Pokoknya free banget.
"Zizi bangun!!! Bangun! Bangun! Bangun!"
Zyle menutupi wajah dengan bantal, menggerung malas. "ngg...."
"Kuhitung sampai tiga, satu.....tiga.... sepuluh!!!" sambil tertawa, Damara mengeluarkan jurus jari menggelitik kearah perut Zyle sampai dia benar-benar bangun.
"kenapa makan itu pagi-pagi?" tanya Zyle polos, posisinya menungging di kasur, berjalan seperti siput.
Damara menyilangkan kaki santai, tersenyum miring, "gak apa-apa lah...gak ada kakakku kok."
Baru saja ia berlagak, mendadak sang kakak menelfon. Damara langsung panik. "Aduh sialan...kenapa dia telfon sih?..."
Zyle beringsut duduk tegak, tertarik mendengarkan suara Devano.
"Yaaa...kenapa kak? Aku lagi belajar.."
Devano terdengar tak percaya, "kamu belajar? Dengar, nilaimu tak boleh turun karena terlalu banyak main."
Zyle senyum-senyum sendiri. Ternyata Depan juga suka ngomel sama Damara..
"ya, ya. I know..." Damara lanjut mengunyah. "jadi kenapa telfon? Cuma mau ngomel? Bye, aku mau belajar."
"Ruka," potong Devano. "dimana Zyle?"
Damara menahan tawa sambil melirik Zyle, "dia di kamarnya.."
"Ajak dia bersiap-siap kalau tidak sibuk. Aku mau mengajak kalian berdua jalan-jalan." tukas Devano.
Damara tersenyum licik sembari mengibaskan rambutnya. "ada apa ini? Seorang pak dosen sibuk tiba-tiba mengajak nge-date???"
"tidak lucu. Aku cuma mau menghiburnya. Aku tidak tega melihatnya sering kesepian semenjak kecelakaan itu." jawab Devano tegas.
ucapan itu serasa menusuk. entah kenapa Zyle merasa agak kecewa. Jadi...cuma karena itu?..
"oke, oke. Aku mengerti. Sudah jangan bicara lagi, Zyle kecewa karena ucapan kakak barusan." Damara mempuk-puk punggung Zyle.
Mendengar itu, Devano tergagap bilang maaf, ia tidak tahu kalau Zyle sebenarnya duduk dan bahkan mendengar dengan jelas ucapannya.
Tapi tidak apa-apa. Sekali lagi Zyle berkata pada dirinya sendiri, Devano bukanlah seseorang yang pantas untuk dia jadikan harapan. dia hanya seorang dosen, sekaligus bekas teman sekolahnya di masa lalu. Hanya itu.
***
bukan main luasnya tempat wisata unik ini. Dengan dua cewek cerewet, Devano datang kesini dengan mobil.
Tempat ini memiliki nuansa berbeda-beda di setiap tema negara. Rata-rata semuanya berdesain di abad ratusan sampai seribuan, ada banyak benda-benda antik yang dipamerkan.
ada juga daerah yang dipenuhi jajanan lama, souvenir, dan tempat mencoba membuat bermacam seni budaya yang berbeda.
Baru datang saja Damara mabok souvenir, dia tertarik sampai-sampai harus dijauhkan oleh sang kakak.
"belum saatnya. Ayo kita keliling dulu."
Intinya mereka kelihatan seperti kakak beradik. Devano jelas kakaknya, Zyle dan Damara dua adik yang tidak bisa diam.
tapi hari ini Zyle kelihatan agak lesu. Tidak ada mata yang berbinar-binar, dia hanya berjalan lambat di belakang sampai Devano bertanya, "apa ada masalah?"
Zyle menggeleng.
"Zyle, kalau pusing bilang padaku ya!" tukas Damara sambil merangkulnya. "kau mau lihat apa? Ayo aku temani."
"Aku mau duduk...sebentar..kalian duluan aja."
"tapi Kakakku suka khawatir.." bisik Damara.
"tidak apa-apa." sela Devano yang mendengar ucapan sang adik. "Zyle, nanti hubungi aku kalau sudah selesai istirahat. Aku akan menjemputmu."
Zyle mengiyakan. Dua orang itu pun pergi meninggalkannya duduk sendirian di kursi bermodel kayu coklat.
ia melihat sekeliling, tempat ini bertema vintage eropa.
kenapa yaa aku jadi suka galau gak jelas begini...cuih..Batin Zyle sok kesepian. Rasanya menyebalkan ada sesuatu yang membuatnya tak bersemangat.
"Apa om?" gadis itu menatap seseorang yang mendekatinya dengan wajah mencurigakan.
Laki-laki berparas tinggi, wajahnya ditutupi masker yang dibuka setengah, berjaket abu. "kakak cantik, ingin menjadi supermodel kita tidak?" tanyanya.
Zyle mengernyitkan dahi, "hah? Ng-"
"kakak bisa dapat bayaran besar!" kata orang ini lagi, seolah memaksa.
Padahal disana banyak orang-orang lain yang berlalu lalang, tapi mereka sama sekali tidak melihat ada yang mencurigakan.
karena si pria bicara dengan senyum. "ya kakak?"
Karena mulai tak nyaman, Zyle berdiri mengambil tasnya, "tidak om. Saya sibuk." ia cepat-cepat berjalan pergi dari sana.
Zyle melewati daerah selanjutnya dimana negara ini dikenal dengan sejarah pembuatan gaun pengantin yang bagus, gadis itu sampai terhenti menatap salah satu gaun indah di balik kaca etalase miniatur toko.
Bagus banget....ini beneran dipakai nggak sih?
'Grep!' tiba-tiba saja tangannya digandeng seseorang dengan cepat.
Saat melihat wajahnya itu adalah Devano. Dia kelihatan waspada dengan ekspresi khawatir, menoleh diam-diam beberapa kali ke belakang.
"Zyle, ada seseorang yang mengikuti kamu..dia mencurigakan.." bisik Devano.
Zyle ikut menoleh di balik jaket Devano, benar saja, orang itu adalah laki-laki tadi.
"Depan... orang itu tadi nawarin Zizi jadi model.." kata Zyle.
Devano mengeratkan pegangannya sampai laki-laki itu melihat mereka dan pergi.
"Berapa kali aku bilang? Hati-hati..."
Zyle mengangguk. "tadi aku pikir orang itu sudah pergi."
Devano menunjuk papan pengumuman di pojok ruangan, "lihat laki-laki di selebran itu, kemungkinan dia adalah orang yang sama."
Zyle membacanya, 'dicari seorang laki-laki pelaku pelecehan berkedok menawarkan pekerjaan. Hati-hati bila bertemu terutama wanita. Bila melihat, silahkan laporkan ke pihak keamanan.'
"apa kamu melihat wajahnya?" tanya Devano khawatir. "kamu tidak di sentuh kan?"
"nggak. Tapi Zizi lihat wajahnya. Pokoknya jelek."
Devano terkekeh." jangan lengah. Orang itu masih berkeliaran. Dia mengincar wanita yang sendirian... apalagi yang datang tanpa pasangannya."
"Oh..." gadis itu paham mengapa Devano mengambil tangannya tadi. Mungkin biar dikira pasangan kan? Hehe...boleh juga...
"apa yang kamu lihat? Gaun pengantin ini?"
Zyle mengangguk antusias, melihat lebih dekat. "bagus banget kan?"
"ya..bagus." Devano malah menatap Zyle, terpana.
"kenapa lihat-lihat? Aku juga bagus ya?" goda Zyle yang sadar Devano melamun.
Devano berbalik, "ayo."
"ah tunggu!! Depan!! Pegangan lagi dong! Nanti Zyle diculik om-om gimana?!"
"bisa saja." Devano berdehem kikuk, perlahan meraih tangan kecil Zyle. "jangan hilang disini."
Nge-shy lagi dia....lucu sial....Zyle senyum-senyum, puas. Seketika kalem digandeng Devano.
"Depan, habis ini kita mau kemana? Damara dimana?"
"dia pulang duluan ke apartemenku. katanya mau ada siaran mendadak. ayo kita pergi ke tempat kerajinan tangan." ajak Devano.
Kerajinan tangan yang dimaksud Devano adalah tempat dengan bangunan bentuk pot unik, disana disiapkan tiket antrian untuk orang yang mau mencoba membuat kerajinan pot tanah liat. Ada juga galeri pot, dimana disimpan banyak hasil karya para artis atau idol yang pernah berkunjung kesini.
Zyle menunjuk satu pot pajangan berbentuk hati, "Yang itu lucu banget!!"
"iya. Ayo mengantri untuk tiketnya." kata Devano, berjalan ke tempat pengambilan tiket di dekat pintu masuk.
"hai kakak! Boleh dipilih paketnya! Mau yang mana?" sapa pegawai perempuan ramah. "ada paket untuk couple, lebih murah! Bisa bersama juga saat pembuatan pot! Mau kakak?" tawarnya sambil melirik Zyle.
Devano menatap Zyle, "mau yang mana?"
Zyle senyum jahil, "yang couple aja."
Devano mengangguk. berkata pada si petugas, "yang couple kak. apa ada persyaratannya?"
"Apa kalian benar-benar pasangan? Gadis imut ini hebat sekali mencari laki-laki ya! Haha, semoga terus bersama. Silahkan, ini tiketnya.." balas petugas perempuan itu. Memberi Zyle dan Devano masing-masing tiket yang sama dengan keterangan 'promo couple'.
Zyle merasa jari-jari Devano agak memanas, mendengar kata 'pasangan' membuat dia menunjukkan ekspresi tertahan, kaku.
Zyle tertawa, "malu-malu terus sih.."
"Siapa yang minta tiket couple memangnya? Dasar... harusnya aku tidak usah bertanya.." seloroh Devano. "ini namanya penipuan."
"Apanya penipuan? kan memang you suami masa depan i...HAHAHAHAHA!!!!" timpal Zyle asal cerocos, tertawa tanpa malu sama sekali.
gadis itu menyukai pemilik jari lembut ini, tapi karena ia bosan dengan caranya yang hanya diam-diam, tidak ada salahnya membuat sosok ini mengetahui perasaannya secara terang-terangan.
Devano mengusap wajah yang seolah meleleh itu. "Zyle, kecilkan suaramu."
"oke, maaf."
Mereka pun dipersilahkan mengambil posisi membuat pot di sebuah ruangan terpisah khusus couple oleh petugas, yang letaknya agak di ujung bangunan.
Bangunan ini lucu, di dekorasi dengan hiasan dedaunan, kayu-kayu, dan apa saja yang berhubungan dengan hutan, alam.
sebelum masuk, Zyle melihat ada dua jamur raksasa dengan lubang di tengah, ia minta difotokan disana.
Devano dengan sabar meladeni semua tingkah itu, mulai dari protes Zyle, "kok gini banget sih?" sampai akhirnya berhasil.
Zyle melompat senang, karena foto itu kan diambil dengan hp Devano.
"nanti kirimkan ya!" katanya puas.
"hm."
Tiba-tiba Zyle mendekat, "Depan, foto berdua yuk?"
Devano menatap, diam.
"ayo...ya?"
Cowok itu membuang nafas pendek, mengiyakan. Sambil meminta tolong petugas memotret mereka berdua.
Zyle berpose berdiri tepat di depan tubuh Devano dengan tangan direntangkan, tersenyum lebar.
"Satu...dua..." hitung si petugas.
Zyle pikir, Devano tidak akan berpose dengan wajah kaku itu. Jadi ia tak berharap.
namun begitu Zyle melihat hasil fotonya, ternyata Devano ikut tersenyum sambil membuat telinga dengan jari diatas kepala Zyle.
Ia senang bukan main. karena ini foto pertama kali bersama Devano, belum lagi hasilnya yang begitu lucu.
"Depan lucu deh...boleh kali foto lagi~~"
"ayo masuk, waktunya tidak lama." tukas Devano mengalihkan pembicaraan.
Zyle manyun sambil mengintili Devano di belakang masuk ke ruangan pembuatan pot khusus couple itu.
di dalam akan ada petugas yang mengajari caranya sampai mereka bisa lalu mereka tinggal melanjutkan.
Mulai dari proses membuat pot dari tanah liat basah khusus dengan alat. Zyle terus tertawa senang menunjukkan hasil buatannya yang lebih mirip mangkuk itu pada Devano di sebelah.
Saat tahap pewarnaan terakhir, Zyle yang sudah berantakan, banyak tanah menempel di pipinya, dia menggoreskan nama 'Devano' di pot buatannya dengan senyum puas.
sambil memperlihatkan pada Devano, Zyle nyengir, "ini buat pak dosen~~"
"Apa itu? piring? Bukannya kita mau membuat pot?" Devano terkesima bingung. Tapi ia mengangguk berterimakasih.
Waktu terus berjalan. Zyle benar-benar menikmati liburan ini, puas sekali. Apalagi berdua saja dengan Devano.
Pembuatan pot selesai. Mereka harus menunggu beberapa jam sambil berkeliling.
Melihat-lihat koleksi barang kuno. Replika-replika bangunan lama, Zyle lebih dari senang.
Walaupun hari ini melelahkan, setidaknya dia bisa selangkah lebih dekat dengan sang pujaan hati.
Meskipun sampai sekarang Zyle tidak menemukan cara yang ampuh untuk menaklukkan hatinya.
***