NovelToon NovelToon
Always Gonna Be You

Always Gonna Be You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

Season 2


Bersama Rendra -The young and dangerous-, Anggi menjalani kehidupan baru seperti menaiki wahana rollercoaster.

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti.
Sempat jatuh, namun harus bangkit lagi.

Hingga akhirnya Anggi bisa berucap yakin pada Rendra, "It's always gonna be you."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. The Six Million Dollar Twins

"Hah?" suara Rendra jelas terdengar kaget. Apalagi dirinya, ada rasa heran, bingung, kaget, takut, senang, campur aduk menjadi satu.

"Pas USG bulan lalu cuma satu Dok? Kok sekarang bisa jadi dua?" suara Rendra masih terdengar tak percaya.

"Sepertinya bulan lalu belum kelihatan," jawab dr. Mazaya tenang. "Sekarang sudah pasti ya, baby-nya kembar. Congratulation."

Membuat Rendra langsung mengecup keningnya lembut. "Kembar?" bisik Rendra sambil menatapnya takjub.

"Karena kehamilan kembar termasuk resiko tinggi, sebaiknya skrining dilakukan secepatnya," ujar dr. Mazaya usai USG.

"Siap Dok," jawab Rendra. "Sekarang bisa Dok?"

"Bisa....bisa....," dr. Mazaya menuliskan sesuatu di atas selembar kertas. "Suster, tolong antar Mba Anggi ke lab."

"Baik Dok," suster mengangguk, mengambil kertas pengantar dari dr. Mazaya, kemudian mengarahkannya menuju lab yang terletak tak jauh dari poli kandungan.

"Saya ikut Dok?" Rendra sudah berdiri dan bersiap mengikutinya, namun dicegah oleh dr. Mazaya.

"Mas Rendra bisa tunggu disini. Sebentar, hanya diambil darah, setelah itu kesini lagi," ujar dr. Mazaya.

"Oh, oke....," kemudian Rendra mendekatinya yang telah berjalan menuju pintu. "Aku tunggu disini ya. Kamu nggak papa sendirian?" bisik Rendra dengan mimik khawatir.

"Oke, nggak papa berarti," sahut Rendra cepat sambil terkekeh, begitu melihatnya mencibir.

***

Rendra

Setelah Anggi dan suster keluar ruangan, ia kembali mendudukkan diri di hadapan dr. Mazaya yang sedang menulis sesuatu di kertas resep.

"Mas Rendra, saya sengaja meminta untuk tinggal disini karena ada yang ingin saya sampaikan."

"Ya Dok?" ia mulai merasa cemas. Apa ada hubungannya dengan Anggi?

Dr. Mazaya tersenyum untuk kemudian berkata, "Perlu kita ketahui, kehamilan kembar termasuk kehamilan yang beresiko. Saya sangat berharap, Mas Rendra siap dengan segala sesuatu dan bisa berperan menjadi suami siaga."

"Apalagi di awal kehamilan Mba Anggi sempat terkena HEG. Jadi harus ekstra."

Ia mengernyit dengan perasaan campur aduk, "Apa ada yang salah dengan Anggi Dok? Maksud saya....apa ada kelainan atau....."

"Tidak....tidak...," dr. Mazaya menggeleng. "Mba Anggi kondisinya bagus, diluar BB yang masih turun, semua sehat dan normal. Termasuk kondisi kantung rahim dan janin, semua sehat."

Ia pun bernapas lega. Sungguh ia takkan bisa berpikir jika ada hal buruk menimpa Anggi.

"Disini saya hanya ingin menjelaskan beberapa resiko yang mengikuti kehamilan kembar. Sengaja tidak saya jelaskan di depan Mba Anggi, khawatir nanti jadi kepikiran dan berakibat kurang baik bagi kehamilan," lanjut dr. Mazaya tenang.

"Baik Dok, terima kasih banyak sudah mempertimbangkan kondisi psikologis istri saya," ujarnya kian bertambah lega, sambil berpikir kira-kira bingkisan apa yang pantas untuk dikirimkan ke dr. Mazaya sebagai tanda terima kasih.

Kemudian dr. Mazaya mulai menjelaskan sederet resiko yang mengikuti kehamilan kembar, seperti pre-eklampsia, kelahiran prematur, bayi lahir kecil, bayi dempet, memiliki tingkat anemia yang lebih tinggi, hingga risiko perdarahan postpartum yang lebih tinggi setelah melahirkan.

Ia hanya bisa menahan napas selama dr. Mazaya menjelaskan secara detail apa itu pre-eklampsia, hingga menerangkan bahwa kemungkinan besar Anggi masih akan mengalami insiden morning sickness yang hebat, juga keluhan sakit punggung, sulit tidur dan sederet keluhan lain yang terekam baik-baik di kepalanya.

"Ini saya resepkan asam folat 1 miligram sehari, karena bayi kembar membutuhkan asam folat yang tinggi, untuk membantu mencegah cacat lahir," lanjut dr. Mazaya. "Vitamin juga dosisnya double ya."

"Siap Dok," ia mengangguk-angguk mengerti.

"Nanti periksa kesini dua minggu lagi. Sekalian kita lihat hasil cek labnya."

"Baik, Dok."

Dan penjelasan panjang lebar dari dr. Mazaya membuatnya berpikir, apartemen sudah tidak representatif untuk dijadikan sebagai tempat tinggal mereka berdua. Meski letaknya strategis berada di tengah kota, namun mereka hanya tinggal berdua, tanpa orang lain apalagi tetangga baik yang sewaktu-waktu bisa dimintai tolong. Ditambah akhir-akhir ini ia harus sering bepergian keluar kota, sungguh tak tenang meninggalkan Anggi tinggal seorang diri di apartemen.

Membuat niatnya semakin bulat, untuk segera pindah tempat tinggal. Dan malam ini, usai mereka belanja berbagai keperluan kehamilan, ia coba mengkomunikasikan keinginannya terhadap Anggi.

"Kita pindah yuk," tembaknya langsung, sambil memperhatikan Anggi yang entah mengapa malam ini terlihat sangat cantik bersinar, sedang duduk di atas karpet sambil mencoba maternity belt yang baru dibeli.

"Hah?" Anggi mendongak kaget. "Pindah kemana?"

"Ke rumah lah."

"Rumah?"

"Rumah kita udah kosong berapa bulan nggak ditempati. Jangan-jangan udah jadi sarang laba-laba," ujarnya sambil tertawa.

Anggi meletakkan maternity belt warna cream ke atas karpet, lalu memandangnya heran. "Kenapa?"

Ia tersenyum senang, "Minggu depan aku harus ke Jakarta dan Surabaya. Aku nggak mau ninggalin kamu sendirian disini."

"I'm okay," jawab Anggi sambil mengernyit. "Kayak nggak biasa ditinggal aja."

"Tapi sekarang kamu lagi hamil."

"Terus?"

"Aku nggak bisa konsen selama kamu disini sendirian."

"Berlebihan," Anggi mengkerut. "Aku baik, sehat, dan nggak masalah sendirian. Kamu juga perginya cuma sehari dua hari."

"Tapi bagiku masalah."

Sejurus kemudian mata mereka saling menentang satu sama lain. Yeah, Anggi memang tak pernah berubah, selalu judes, galak, dan keras kepala. How come?

"Kalau kita pindah ke rumah sekarang, aku jadi lebih jauh kalau mau ke kantor atau kampus," Anggi memberi alasan.

"Selama aku disini, aku yang antar jemput kamu. Kalau aku nggak ada, biar kusuruh Amin jadi driver kamu," jawabnya cepat. Solusi memang selalu ia pikirkan jauh sebelum masalah datang. Well done.

"Driver?!" Anggi semakin mengkerut. "Lebay dan lebay. Aku masih bisa nyetir sendiri, masih bisa....."

"Can you hear me please?" potongnya cepat sebelum merembet kemana-mana. Membuat Anggi menatapnya kesal.

"Kamu sekarang nggak sendiri," lanjutnya setelah menghela napas. "Kamu bawa dua bayi di dalam perut. Dan aku nggak pernah main-main tentang semua hal yang berhubungan sama kamu....dan anak-anakku."

"Sekarang kamu tiap hari masih mual, muntah, repot. Belum harus kerja, kuliah," ia menatap Anggi sungguh-sungguh. "Sementara aku masih ada kewajiban harus keluar kota. Sama sekali nggak kepikir gimana bisa aku keluar kota sementara kamu sendirian disini."

"I'm okay...i'm fine....," sergah Anggi cepat.

"I'm not okay....and i'm not fine...," jawabnya cepat.

"Bukannya dulu kamu pernah bilang, kita bakalan pindah kalau baby udah lahir?!"

"Itu dulu," sanggahnya cepat. "Sebelum aku tahu gimana kompleksnya orang hamil."

"Banyak orang diluar sana juga hamil dan mereka baik-baik aja. Nggak perlu selebay ini!"

"Mereka bukan istriku."

"Apa bedanya?!"

"Kamu istriku. Aku nggak akan bisa maafin diri sendiri kalau terjadi sesuatu sama kamu."

Mereka kembali saling bertatapan dengan sengit, sebelum akhirnya ia berkata, "Kita pindah ke rumah. Sekalian syukuran empat bulanan kandungan kamu."

"Nanti aku minta Yu Jum buat tinggal di rumah, nemenin kamu. Semoga bisa. Kalau enggak, nanti aku cari orang lain yang bisa."

"Harus ada yang stay di rumah nemenin kamu."

***

Ia tahu maksud Rendra baik tentang pindah ke rumah, namun entah mengapa ia begitu ingin menentang keinginan Rendra itu. Terasa seperti sangat memacu adrenalin dan menyenangkan bisa membuat wajah Rendra berkerut-kerut menahan kesal. Seperti ada dorongan kuat untuk menguji seberapa tangguh tingkat kesabaran Rendra dalam menghadapi dirinya. Yeah, absolutely.

Namun seperti bisa diduga sebelumnya, ibarat he's wish is my command. Tanpa ia harus repot-repot packing dan lain sebagainya, cukup membawa diri sendiri, hari Sabtu pagi ini dipilih Rendra menjadi waktu pindahan dari apartemen ke rumah. Dan ia pun semakin terkejut demi melihat seseorang yang sangat dikenalnya menyambut di teras rumah sambil tersenyum lebar.

"Mba Suko?!" tanpa sadar ia langsung menghambur ke pelukan wanita paruh baya itu. Seolah bertahun-tahun tak bertemu. Terakhir di resepsi pernikahan mereka, yang hanya sempat bersalaman basa-basi karena banyak tamu undangan lain yang mengantri.

"Mba Anggiku yang uayu....," Mba Suko membalas pelukannya riang. "Akhirnya kita bisa ketemu lagi."

"Iya Mba....," ia memandang Mba Suko sambil tersenyum. Sementara orang-orang dari jasa pengiriman hilir mudik membawa barang-barang mereka ke dalam rumah sesuai instruksi dari Rendra.

"Mba Suko apakabarnya? Sibu sehat?"

"Alhamdulillah uapik tenan, sehat semua."

"Alhamdulillah....."

"Kok...bisa sampai kesini Mba?" tanyanya heran. Sementara itu sebuah mobil berjalan pelan memasuki halaman, mobil Rakai.

"Iyae...lha wong kemarin itu saya ditilpun sama Mas Rendra, nawarin kerjaan ke saya.

"Oy, Nggi, udah sampai? Rendra mana?" sapa Rakai sambil melepas kacamata hitam dan masuk ke dalam rumah.

"Iya Bang, kita juga baru nyampai banget," jawabnya sambil tersenyum. "Abang ada di dalam."

"Oke, aku masuk dulu ya," Rakai tersenyum mengangguk kearah Mba Suko.

"Iya Bang," ia ikut mengangguk. Lalu kembali beralih ke Mba Suko, "Oiya...Mba Suko masih di Pitaloka?"

"Wooo....udah lama saya keluar."

"Lho, kenapa?"

"Nggak lama Mba Anggi keluar, saya juga resign," jelas Mba Suko dengan bangga mengatakan resign.

"Oya, kenapa resign?"

"Aduh Mba.... lama-lama nggak kuat atiku urip ning kahanan koyo ngono kuwi (hati nggak kuat lama-lama hidup di keadaan seperti itu). Anak-anak Pitaloka yang baru itu loh, berani-berani. Kebanyakan jadi pelakor. Wes tiap hari adaaaa aja yang ngelabrak, ribut, berantem. Aduh, nggak kuat aku Mba."

Ia meringis miris. "Terus Mba Suko kerja dimana habis dari Pitaloka?"

"Jadi pelayan toko grosir di pasar Prambanan. Lumayan Mba buat hidup tiap hari."

"Alhamdulillah," ia tersenyum sambil menepuk bahu Mba Suko."

"Udah reuninya?" sebuah suara dan hembusan napas hangat beraroma mint mendadak mampir tepat di telinganya. Ternyata Rendra yang kini sudah berdiri di belakangnya.

"Udah, Mas....udah....," Mba Suko yang menjawab sambil tersenyum lebaaaar. "Dari dulu waktu pertama lihat Mas Rendra sama Mba Anggi berantem di dapur Pitaloka, saya yo udah mbatin....kalau kalian berdua ini bakalan cocok berjodoh."

"Mmm....," Rendra berseloroh sambil mencium rambutnya. "Masa sih Mba Suko?"

"Iya," jawab Mba Suko dengan mata berbinar. "Pokoknya seperti ada kekuatan magis yang mengitari kalian berdua waktu itu. Yang tak kasat mata. Yang membuat......"

"Apa sih Mba Suko," potongnya cepat sambil tertawa. "Belum tahu aja gimana cerita waktu si Abang ngejar-ngejar. Hmm, debt collector aja kalah."

Membuat Rendra terkekeh, "Asli, sampai berdarah-darah Mba Suko," ujar Rendra sambil merengkuhnya dari belakang. Membuat mata Mba Suko makin berbinar melihat apa yang Rendra lakukan terhadapnya.

"Berdarah-darah yo ora popo (tidak apa-apa), yang penting sekarang sudah bahagia," Mba Suko terus saja berbinar menatap mereka berdua. Membuatnya menyikut perut Rendra agar melepaskan rengkuhannya.

"Oke...oke....," Rendra terkekeh. "Mba Suko ini....nanti tinggal di rumah kita," terang Rendra membuat matanya membulat.

"Oya?"

"Buat nemenin kamu tiap malam kalau pas aku nggak di rumah," Rendra tersenyum menatapnya. "Nanti jadwal libur Mba Suko, pas aku lagi di rumah. Intinya, biar kamu ada yang menemani, nggak sendirian."

"Nanti Yu Jam juga tiap pagi masih kesini buat beberes dan nyuci, cuma sorenya udah pulang."

Ia tersenyum mengangguk. "Ayo Mba Suko....kita masuk ke dalam...."

Malamnya Rendra mulai menghubungi keluarga besar, memberi kabar bahagia tentang kehamilannya sekaligus rencana syukuran empat bulanan yang akan diadakan minggu depan.

Hari Jum'at malam, saat mereka sedang berpelukan berdua sambil menonton tayangan televisi usai makan malam, sebuah mobil terdengar memasuki halaman rumah.

"Papah?!" ia jelas terkejut. "Kirain besok pagi naik kereta?!"

"Lha iya ini Papahmu," justru Mamah yang menjawab. "Udah nggak sabar mau ketemu cucu. Jadi ngajak naik mobil."

"Papah nyetir sendiri?!" tanyanya kaget demi melihat mobil keluarga mereka sejak ia masih duduk di bangku kuliah awal sudah terparkir di halaman.

"Iya dong," Papah menjawab bangga.

"Ya ampun Papah....jauh loh kesini....emang masih kuat nyetir sendiri?" ia memandang Papah sambil mengkerut.

"Ngece (menghina)!" Papah tergelak sambil memeluk Rendra. "Wah, apa kabar calon Bapak nih? Bapak apa Papa apa Ayah manggilnya?"

"Baik Pah," Rendra tersenyum sambil salim ke Papah dan Mamah. "Untuk sementara Papi Pah," jawab Rendra sambil tersipu malu.

"Woo....Papi sama Mami?" Papah tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Rendra. Sementara ia hanya mencibir kearah Rendra yang masih tersipu malu.

"Papah sama Mamah apakabar?" ujar Rendra kemudian.

"Alhamdulillah baik....," jawab Papah antusias. "Semangattt mau punya cucu!"

Membuat mereka berempat tertawa bersama.

"Jadi, sakitnya Rendra kemarin itu karena Anggi hamil to," ujar Papah setelah mereka duduk di sofa ruang tengah, sementara ia sedang membongkar barang bawaan Mamah.

Ada satu besek penuh mendoan mentah lengkap dengan tepung dan kecap untuk cocolan. Bumbu pecel favoritnya. Kerupuk mie kuning dan kerupuk merah, kuning, hijau yang masih mentah.

"Besok Mamah masakin Soto Sokaraja," bisik Mamah saat ia mengambil kerupuk mentah tersebut.

"Iya Mah? Asyiiik," belum juga Mamah memasak, air liurnya sudah terbit membayangkan kelezatan Soto Sokaraja.

"Oh, kemarin memang udah jatahnya sakit Pah," Rendra yang menjawab kalimat Papah. Sementara ia kembali asyik bongkar-bongkar.

Kali ini ia menemukan buntil yang dikemas dalam plastik vacum, getuk goreng, keripik tempe, jenang jaket, sampai telur asin khas Brebes. Matanya berbinar-binar memandang deretan makanan kesukaan saat ia masih kecil.

"Lho, dulu Papah juga gitu," sambung Papah. "Sakit liver pas baru nikah. Ternyata habis itu Mamahmu hamil almarhum Masmu itu loh nduk," Papah ganti memandang kearahnya yang kini sedang mencicipi getuk goreng.

"Cobain deh, enak," ujarnya sambil menyuapkan sepotong getuk goreng ke mulut Rendra.

"Hmm....iya....enyak...," Rendra mengangguk-angguk sambil mengunyah getuk goreng.

"Iya gitu Pah?" ia mengernyit kearah Papah. "Emang ada hubungannya antara suami sakit sama istri hamil?"

"Lho ya ada," Papah menjawab antusias. "Biasanya suami yang sakit lumayan parah karena istrinya hamil, itu tanda cinta yang sangat kuat."

"Begitu Pah?" Rendra jelas antusias, sambil mengedipkan sebelah mata kearahnya yang masih asyik mengunyah getuk goreng.

"Mitos itu," justru Mamah yang menjawab, sambil mencibir kearah Papah. Membuat Rendra terkekeh lalu mengerling padanya. Mata Rendra seolah mengatakan, "Kini aku tahu darimana asal kebiasaan kamu mencibir. Haha...."

"Mitos opo, yo beneran iki," Papah tak mau kalah. "Suami sakit saat istri hamil itu jelas tanda cinta yang sangat besar, jangan diragukan lagi."

"Wah, boleh tolong diulang lagi Pah kalimat yang terakhir?" pinta Rendra antusias.

"Suami sakit saat istri hamil itu jelas tanda cinta yang sangat besar, jangan diragukan lagi," ulang Papah tak kalah antusias. Membuat Rendra tersenyum penuh kemenangan sambil mengerling kearahnya yang hanya bisa mencibir pelan.

"Ngidam apa? Ngerepotin nggak?" Papah kembali bertanya.

"Oh, enggak sih Pah, baik kok," Rendra meremas bahunya lembut. "Nggak pernah minta yang aneh-aneh atau minta beli makanan tengah malam yang susah dicari. So yesteryear ya sayang?" ujar Rendra sambil tersenyum menatapnya. "Cuman....."

"Cuman apa?!" giliran ia bertanya dengan setengah nyolot.

"Ini nih Pah, begini....," Rendra terkekeh. "Nyolotnya ampun, tambah-tambah."

Membuat Papah, Mamah, dan Rendra terbahak. Kecuali dirinya tentu, yang mencibir sebal kearah Rendra.

Dan pagi ini, Mamah menunaikan janji dengan memasak Soto Sokaraja lengkap, persis seperti yang biasa ada di Purwokerto.

Soto Sokaraja dengan kuah dari kaldu daging sapi, ditambah cita rasa kacang. Yang disajikan dengan kerupuk mie kuning dan kerupuk merah, kuning, hijau. Tak lupa kupat dan kecambah kedelai. Hmmm, lezat. Ia bahkan sudah tiga kali nambah tanpa rasa mual dan muntah. Asyik.

"Kereeeen," Rendra yang sejak tadi sibuk memberi instruksi pada anak-anak ManjoMaju yang sedang menyetting tempat untuk acara syukuran empat bulanan besok siang, mendadak sudah berdiri di belakangnya sambil mengelus puncak kepalanya lembut. "Makan yang banyak."

"Abang mau?" ia menawarkan sambil memperlihatkan mangkoknya yang telah kosong.

"Ntar aja, sisa kamu," jawab Rendra sambil terkekeh.

"Buat Rendra udah ada tuh di meja," Mamah yang sedang merapikan isi kulkas bersama Mba Suko menjawab. "Udah disiapin spesial."

Membuat Rendra semakin terkekeh, "Makasih banyak Mah."

Jelang siang, giliran Papa dan Mama Amy yang datang berkunjung. Setelah sempat ngobrol sebentar dengan Papah Mamah, tiba-tiba Papa menarik Rendra dan dirinya ke kamar.

"Istrimu hamil kembar?" tanya Papa untuk memastikan.

"Iya Pa," jawab Rendra sambil tersenyum bangga.

"Bagus!" diluar kebiasaan Papa tersenyum lebar sambil mengacungkan jempol. "Papa bangga sama kalian!"

Kalimat Papa jelas semakin membuat hidung Rendra kembang kempis.

"Ini kado dari Papa buat cucu kesayangan," kalimat Papa selanjutnya jauh diluar perkiraan. Sambil mengeluarkan dua lembar cek dari dalam saku kemeja, lalu menyerahkan padanya dan Rendra.

"Sengaja dikasih masing-masing, biar cucu-cucu nggak pada rebutan," ujar Papa sambil terkekeh seolah sedang memberi uang jajan recehan untuk cucu-cucunya.

Sementara ia hanya bisa melolong kaget demi melihat angka 10 digit yang tertulis di dalam cek.

***

Keterangan (dari berbagai sumber ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan) :

HEG. : hiperemesis gravidarum, mabuk kehamilan yang parah dengan gejala berupa mual parah dan perasaan pingsan atau pusing saat berdiri. Kondisi ini juga dapat menyebabkan muntah terus-menerus sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.

Kupat. : disebut juga ketupat, hidangan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur), atau kadang-kadang dari daun palma yang lain.

1
Esti Nengsich
ya ampun...
Mereka ngapain siii...
Afidatul Rifa
Owalahhh jadi pas Cakra masuk ganapati saat Regis ketemu Maba yg namanya Adit itu adeknya MBK Anggi Tah?? 😁 aduhhh baru ngeh pdahal baca novel ini sama si Cakra itu dah berkali" aduhh si othor memang the best bikin alur cerita dari ke 4 karya ini nyambung semua
Ardiansyah Gg
yg gk enak pas bagi raport bang... di panggil menurut absen... auto pulang terakhir kita 😆
"ariani's eomoni"
baca lagi,...gegara nonton jendela seribu sungai

gara² ada yg ngomong ikam, auto ingat Rendra
Erna P
kalo aq dah pingsang Nggi g sanggup.sejam perjalanan aja udah tepar.mabokan orangnya makanya g pernah kemana2 hu hu😭padahal pengen kek orang2.kalopun bisa jauh itu aq harus pake roda 2 baru kuat 3 4 jam jg ku jabanin
Erna P
sekarang justru momen2 sama si abang yg di inget ya bukan Dio 😁
Erna P
aq malah jd keinget momen mabanya Anggi sama si abang🤭kalo ada lagu kebyar2 gini
Erna P
abang Renen aq reread entah yg keberapa kali ini y ampun gamon bgt aq.aq salah satu mantanmu jg kah habisnya susah mupon😝😝
Naimatul Jannati
2025 aku balik lg baca,.nunggu kak thir bikin cerita bang riyadh sm inne ini😍😍
Anna Maria Hendraswari
Luar biasa
Hijri Rifai
sering bgt ku lihat nama KK author ini kl pas buka aplikasi ini... tp blm ada cerita baru... cuma judul ini yg blm di bukukan semua sudah di bukukan.... tp mmg semua ceritanya bagus bgt. apa mungkin KK author sedang melakukan riset dll utk judul baru...😂😂😂 sejujurnya ngarep bgt...
Hijri Rifai: kak nama penulisnya sama jg kl di kbm ... aku udah cari tapi blm ketemu.. aku sampai download kbm lho demi mau baca..
total 5 replies
mainrahasia
kota ini aman damai... ya Alloh... andai benar Jogja aman damai tak ada isu sara yg menjadi pemicu beberapa pertikaian... 😩😩😩
sedangkan utk saat ini sungguh..saudara2 "malika" masih banyak berulah di jogja... shg warga sendiri yg banyak menjadi korban ketidakadilan 😭
Haryo Tawang
Luar biasa
Haryo Tawang
Kecewa
St4891
udah baca gak tau udah yg k berapa kalinya, gak pernah bosen bacanya walaupun karya yg skrang udah banyak revisinya
karya nya smua bagus" bnget ak udah baca smua bnyak pembelajaran d dlam nya
syang gak ad karya yg baru lgi ya, sukses slalu
Esther Lestari
circle pertemanan yg gk kaleng2 nih....
Lala Trisulawati
Keren bngt.....♥️♥️♥️♥️♥️👍
Reni Novitasary
ga prnah bosan..baca lagi..lagi...dan lagi
Reni Novitasary
ngambil master sm dio d jepang/Smile/
Fitri Fitri
kepingin kayak cerita ini ☺☺☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!