[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 24 - Tolong Jangan Beritahu Yang Lain
Alma seharian berkutat dengan
banyaknya dokumen yang harus di baca. Dia berusaha memahami, menghafal dan
mengingat setiap poin-poin penting. Tanpa sadar waktu makan siang datang.
Alma melihat sekelilingnya.
Tidak tampak Grace di sana. Dimana wanita songong itu berada?
Sudah tiga jam berlalu. Selama
tiga jam itu pula dia tidak melihat Daniel. Perasaan rindu mulai datang. Dia
menatap pintu ruangan Daniel. Pintu itu tertutup rapat. Alma tidak bisa
mengintipnya. Tiba-tiba pintu itu terbuka, keluarlah Grace dari sana. Wajah
wanita itu tampak besungut-sungut kesal. Dia terlihat sedang membawa nampan
yang berisi kopi.
"Untung saja kaya dan
tampan! Coba kalau miskin, sudah Aku lempar cangkir ini ke mukanya!" Grace
menggerutu.
Alma geram mendengarnya. Enak
saja wanita itu mau melempar cangkir ke wajah suaminya?! Hadapi dulu dirinya!
Dia akan mencabik-cabik wanita itu terlebih dulu sebelum wanita itu berhasil
melaksanakan niatnya!
"Kalau bukan karena ingin
mendapatkan suami yang kaya dan tampan, sudah lama Aku berhenti dari perusahaan
ini!" Grace masih ngomel. "Layani dia! Aku mau makan siang
dulu!" Ucap Grace seraya meletakkan nampan dan melenggang pergi.
Ini adalah kesempatan yang Alma
tunggu-tunggu. Bisa melihat Daniel dan mencurahinya dengan perhatian. Alma
ingin pergi ke ruangan Daniel. Membawakan makanan untuknya. Namun dia tidak ada
persiapan. Dia belum masak. Pada akhirnya Alma memutuskan untuk memesan via
online. Dia memilih makanan yang baik untuk penderita tukak lambung.
Alma memesan yoqurt, madu, apel,
daging panggang tanpa lemak dan kentang. Dia memiliki kebiasaan memesan lebih
dari satu dari setiap makanan yang dia pesan. Biasanya makanan satunya dia
berikan pada pengantar orderan, baik laki-laki atau pun perempuan. Kebiasaan
ini masih di lakukannya sampai sekarang.
Sembari menunggu pesanannya
datang, Alma mulai membuka-buka kembali file perusahaan dan mempelajarinya.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dari nomor tidak di kenal. Alma menduga ini pasti
dari pengantar orderan.
"Dengan Kak Alma?"
"Iya."
"Pesanannya di antar di
gedung Grup H daerah Jln. Thamrin JakPus ya Kak?"
"Iya benar."
"Lantai berapa Kak?"
"Lantai 32."
"Baik Kak, pesenannya otw
Kak."
"Oke, di tunggu."
Alma kembali menunggu dengan
sabar. Dua puluh menit kemudian telepon di mejanya berbunyi. Ternyata dari security,
menyampaikan bahwa pesenannya sudah datang. Alma segera pergi ke lobby. Dari
kejauhan dia sudah bisa melihat petugas pengantar makanan. Jaket yang mereka
pakai menjadi penandanya.
"Gofo*d atas nama Alma ya
Pak?" Sapa Alma dengan ramah. Pria berjaket hijau itu membalikkan tubuhnya
dan menatap mata Alma secara langsung.
Keduanya tampak tercengang. Mas
gojk tampak tercengang melihat wajah Alma yang ayu nan manis, sementara Alma
juga terkejut melihat wajah tampan di depannya. Bukannya mau merendahkan
profesi, tapi wajah Mas gojk tampak lebih cocok menjadi artis di banding
petugas pengantar makanan.
"Kak Alma?"
"Eh iya Mas."
"Ini makanannya Kak. Coba
di cek dulu. Mungkin ada pesenan yang terlewat." Kata Mas itu dengan
sopan. Sesekali matanya mencuri-curi pandang wajah Alma.
"Benar Mas. Semua
pesanannya lengkap. Ini buat Kamu Mas." Alma menyodorkan bungkusan
satunya.
"Eh tidak-tidak Kak.Saya
tidak bisa menerimanya. Pembayaran Kakak sudah Saya terima, kalau begitu Saya
permisi Kak."
"Saya sengaja membeli dua
porsi Mas. Bukan ke Kamu saja Saya seperti ini. Setiap kali Saya order makanan,
Saya selalu seperti ini. Jadi jangan sungkan untuk menerimanya. Tanpa berniat
untuk merendahkan suatu profesi, mohon untuk di terima Mas. Saya tidak ada niat
apapun." Alma tetap menyodorkan makanan itu. Mas goj*k menatap Alma dengan
tatapan terpaku. Dari tatapan matanya terlihat bahwa dia kagum sekaligus
terpesona pada Alma. Senyum kecil tersungging di bibirnya.
"Saya akan menerima
ketulusannya, terima kasih. Perkenalkan nama Saya Ezra. Senang
mengenalmu." Ezra menyodorkan tangannya, Alma ragu antara ingin menyambut
tangan itu atau tidak. Namun demi kesopanan, akhirnya dia membalas jabat tangan
itu.
"Bila memerlukan antar
makanan atau antar jemput lagi, jangan ragu untuk menghubungi Saya. Tolong
simpan nomor Saya. Saya permisi dulu, terima kasih untuk makanannya." Pria
bernama Ezra pun pergi. Alma menatapnya sejenak sebelum akhirnya dia kembali ke
mejanya.
"Padahal dia tampan, sayang
sekali dia tidak menggunakan wajahnya untuk mencoba..."
"Siapa yang tampan?"
Tiba-tiba Daniel datang tanpa bersuara. Mengejutkan Alma yang tengah membuka
orderannya.
"Eh-Kak, eh maksud Saya,
Pak? Ada yang bisa Saya bantu Pak? Oh ya, Saya sudah menyiapkan makan siang
Anda. Mohon maaf Saya hanya membelinya, tidak menyiapkan sendiri."
"Jangan terlalu formal
kalau hanya ada Kita berdua. Ini untukmu." Daniel menyerahkan kartu black
card.
"Eh untuk apa ini
Kak?"
"Gunakan untuk
keperluanmu."
"Tapi Aku tidak
memerlukannya. Aku tidak bisa menerimanya..."
"Al, Aku memaksa. Kalau
Kamu tidak menerimanya, Kamu tidak menghormatiku sebagai keluarga."
"Tapi Kak..."
"Aku tidak menerima
kata-kata tolakan. Ini makan siangku?" Daniel mengalihkan pembicaraan
setelah sebelumnya menyelipkan kartu black card di tas Alma yang terletak di
atas meja.
"Iya Kak."
"Kamu sudah makan?"
"Sudah Kak." Alma
berbohong.
"Kapan?"
"Ta-tadi Kak."
"Ayo masuk ke ruanganku.
Ada yang ingin Ku bicarakan."
"Iya Kak." Alma
mengikuti Daniel. Mereka duduk di sofa yang biasanya di peruntukkan untuk tamu.
"Al..."
"Iya Kak?"
"Aku minta maaf sebelumnya
bila ada perkataanku yang akan menyinggungmu..." Daniel memulai.
"Maksudnya Kak?"
"Begini Al, Aku minta
tolong padamu. Tolong jangan beritahu yang lain kalau Kita saling mengenal di
luar kantor. Aku tidak ingin orang-orang mengetahui hubungan Kita. Tidak banyak
yang tahu bahwa Kita sudah menikah. Ini tidak baik untuk lingkungan kerja Kita bila
mereka mengetahuinya. Apa Kamu mengerti apa yang Aku maksud?"
Alma terdiam. Dia menelan ludah
dengan susah payah, berusaha membasahi tenggorakannya yang kering. Sebenarnya
tanpa di minta Daniel pun dia tidak akan membocorkan hubungan mereka. Namun
ketika kata-kata itu keluar langsung dari mulut Daniel membuat hati Alma sangat
sakit.
"Iya Kak. Kakak tidak perlu
khawatir. Tidak akan ada yang tahu hubungan Kita. Apa ada pembicaraan
lain?" Alma berusaha untuk tegar.
Daniel melongo. Terbersit rasa
bersalah di wajahnya. Sepertinya dia menyesal dengan kata-kata yang di
ucapkannya.
"Al..."
"Apa ada hal lain yang
ingin di bicarakan? Kalau tidak ada, Aku permisi kembali ke mejaku."
"Al, maafkan Aku. Tolong
jangan tersinggung..."
"Aku sama sekali tidak
tersinggung. Apa yang Kakak katakan sangat benar. Tanpa Kakak katakan pun, Aku
memang tidak berniat memberitahu orang-orang mengenai hubungan Kita. Kalau
tidak ada yang di bicarakan lagi, Aku mohon pamit dulu." Tanpa menunggu
jawaban Daniel, Alma keluar dari ruangan itu.
Seharian Alma merasa sangat
kesal. Pikirannya teralihkan. Dia tidak lagi konsentrasi dalam mempelajari
dokumen. Ketika pikirannya sedang kusut seperti itu, ponselnya berbunyi.
Pertanda ada notif pesan masuk.
Selamat sore, Saya Ezra.
Pengantar gofod tadi siang. Orderan Saya sedang sepi. Bila tidak keberatan,
sudikah memakai jasa Saya? Terimakasih sebelumnya.*
Alma membaca pesan itu dengan
bingung. Kemudian pikirannya mulai mengingat mas goj*k yang tampan itu. Dari
pesan terlihat bahwa pria itu sedang sepi orderan.
Alma menatap jam di ponselnya.
Di peraturan perusahaan, karyawan masuk kerja jam 08.00 WIB dan pulang jam
17.00 WIB. Di atas jam 17.00 WIB akan di hitung lembur. Sekarang jam sudah
menunjukkan pukul 17.26 WIB. Sudah waktunya pulang.
Alma melihat sekelilingnya.
Grace sudah tidak ada di tempat, sepertinya wanita itu sudah pulang terlebih
dulu. Alma melayangkan pandang pada pintu di depannya. Pintu itu masih tertutup
rapat. Belum ada tanda-tanda Daniel akan keluar dari ruangan itu.
Alma sedang marah pada Daniel.
Dia tidak ingin pulang bersama pria itu. Dia tidak ingin pulang ke apartemennya
juga. Mungkin menggunakan jasa ojek online akan menjadi keputusan yang bagus.
Alma membalas pesan itu.
Selamat sore, Saya Alma. Saya
akan menggunakan jasa Anda. Tolong tunggu Saya di parkiran gedung Grup H,
terimakasih
***
Happy Reading ^^