cerita ini menurut sudut pandang Luna.
tentang Luna gadis introvert yang menyukai Raka, anak rajin dan pintar di sekolah nya. Namun ada Erlan yang menyukai Luna diam diam
selamat datang di cerita author, semoga suka dengan ceritanya.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I&p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18
malam hari pukul 18.00 Erlan datang ke rumah ku menjemputku untuk merayakan ulang tahun Seli. Aku keluar memakai dres merah yang panjang nya di bawah lutut ku.
Erlan menatapku lama, hampir tidak berkedip. aku melambaikan tanganku ke arah matanya, Erlan tersentak dalam lamunannya.
"Kenapa kak? " Aku menatap Erlan dengan muka polos.
"Gak, cuma kamu cantik aja hari ini. " Erlan menatap ku penuh kagum.
Dimata Erlan sosok di depannya adalah peri kecil yang polos. Dress merah yang di pakai tidak menutupi aura kepolosan yang terpancar.
"Jadi aku biasanya gak cantik? " Aku menautkan kedua jari telunjuk kanan dan kiriku dengan wajah manyung untuk menggoda Erlan.
"Jangan gitu, aku gemas lihatnya! " Erlan mencubit hidungku pelan.
sampai di rumah makan milik papanya Raka, semua siswa berdatangan. Aku memasuki pintu rumah makan dengan merangkul tangan Erlan. semua mata memandang ke arah kami, entah tatapan kagum, Iri, atau kesalahan pahaman. kami memang terlihat seperti sepasang pasangan.
"Kak! Lama banget jemput lunanya! " Seli berlari ke arah kami.
seli menatap ke arahku dengan tatapan kagum.
"Lunaaa, kamu cantik banget please!!! " Seli memegang kedua tanganku.
"Makasih seli, tapi lebih cantikan kamu kok! "
Memang penampilan Seli tidak kalah cantik menurutku, dia mewarisi gen seperti kakaknya. gaunnya juga indah, berwarna putih cocok dengan kulit sawo matangnya.
"Selamat ulang tahun ya Seli, aku bawa ini buat kamu. Semoga kamu suka! " Aku menyerahkan kado yang berbentuk kecil ke pada seli.
Seli menerima kado itu dengan gembira. Seli tidak memandang kado mahal tapi Seli ingin ketulusan mereka.
"Kak, papa sama mama mau ketemu Luna. Kak Erlan bawa Luna ketemu dulu. "
Tubuhku tiba-tiba kaku dan tegang. aku merasa khawatir saat bertemu orang tua Erlan. rasanya takut kalau orang tuanya tidak suka padaku.
Hm.. padahal kami gak pacaran!
"gimana Luna? kamu mau gak? " ucap Erlan tidak ingin memaksa.
Lagian apa yang aku takutkan? Aku tidak sedang berpacaran dengan Erlan.
"Tentu, kak. "
Aku menyetujuinya tapi hatiku tetap saja gugup. Bagaimana kalau nanti responnya jelek?
Erlan berjalan di depan, aku mengikuti Erlan dari belakang. terlihat sepasang pria dan wanita paruh baya sedang mengobrol dengan seseorang seumuran mereka. Kami berhenti di depan mereka.
"Pa, Ini Luna! " Erlan memperkenalkan ku.
Aku tersenyum ramah kepada mereka. mereka juga membalas ku dengan ramah.
"cantik ya, pantas anak tante suka! " Ucapnya bangga.
"Makasih tante. "
"Kalau Erlan berani sakiti hati kamu, bilang sama tante biar tante kasih pelajaran Erlan nya! "
"Kak Erlan baik kok, tante. ucapku sambil menatap Erlan.
Begitulah pembicangan kami selesai. pesta ulang tahun Seli di mulai, semua berkumpul mengelilingi panggung yang di sediakan. di atas panggung ada kue besar yang menanti untuk di eksekusi.
Seli naik ke atas panggung bersama Erlan dan keluarganya. Erlan mengajak ku naik ke atas panggung namun aku menolaknya karena aku bukan siapa-siapa di dalam keluarga nya. aku memilih duduk sendirian menyaksikan mereka di atas panggung.
Dari kejauhan Raka melihat ku, Raka berjalan menghampiriku dan duduk berdua denganku.
Rasa itu terlihat berbeda, Entah kenapa aku tak seantusias dulu saat aku menyukainya. Rasa yang pernah ada mungkin memudar seperti warna yang tidak bisa terang lagi.
"Aku temani agar kamu gak sendirian. " Raka menuangkan air ke dua gelas dan memberikan satu gelas kepadaku.
Aku menerima gelas itu. Warnanya merah, aku mengira apa ini memabukkan?
"Ini seperti minuman coca cola, cobalah! Tidak haram dan memabukkan. " Ucap Raka seolah-olah tahu apa yang sedang aku pikirkan.
Aku meneguk minuman yang di berikan Raka. lalu menaruh gelasnya kembali ke meja di depanku.
"Aku menyukai seorang gadis yang pendiam seperti kamu, aku ingin tau bagaimana cara agar gadis yang aku suka bisa bertemu dengan ku? apa gadis seperti kamu itu begitu tertutup dengan orang asing? "
Gak mungkin akun anonim ku yang dia mangsud kan? kenapa Raka malah suka sama akun anonim ku? Aku harus memberi alasan agar dia tidak memaksa untuk bertemu denganku.
"Ya. Kami tidak bisa berbicara dengan orang asing. "
"Jadi dia menganggapku sebagai orang asing? padahal dia menceritakan semua yang terjadi dalam hidupnya kepadaku.apa yang membuat nya takut? "
Aku akan membuat Raka putus asa dan setelah itu aku akan menghapus akun anonimku. Aku gak akan menggunakan nya lagi. Bisa bisa amun ku bisa di lacak.
"Mungkin kamu hanya menjadi pelampiasan nya saja. "
Erlan terlihat tidak senang dengan jawabanku. Seolah kata itu menusuk hatinya.
"Sok tau aja, kamu gak bukan miss Hana! " Raka berdiri lalu pergi meninggalkan kursi di depanku.
Dari atas panggung Erlan melihat aku sempat berbicara dengan Raka. Hati Erlan merasakan rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Yang pasti Erlan tidak suka melihat ku dan Raka berbicara. Namun Erlan lega setelah melihat Raka pergi dengan wajah tidak puas.
Aku melihat kue rapi, aku menghampiri kue itu. aku mengambil piring kecil dan memotongnya sedikit.
Seseorang tiba-tiba mendorongku hingga piring yang berisikan kue tumpah. Seorang gadis seusia ku membawa piring kotor dengan gerobak dorongan.
Aku menoleh ke arah gadis itu. gadis itu menundukkan kepalanya, " maaf, saya tidak sengaja. " sambil membersihkan bajuku yang kotor.
Saat gadis itu menatap ke arahku, dia segera mundur dariku. ternyata gadis itu Yuni.
"Yuni? "
Aku tidak menyangka bumi akan berputar, orang yang terlihat berkuasa di sekolah dan pelaku pembully an sekarang malah menjadi terpuruk seperti ini.
Yuni buru buru pergi dari hadapanku dengan mendorong gerobak yang ia bawa. dalam pikiran Yuni dia sangat sial karena bertemu dengan orang yang pernah ia bully. Yuni berfikir mungkin orang itu menertawakan nasibnya yang sekarang.
"Luna!! Aku kaget kamu ketemu Yuni, tau! Kak Erlan akan marah padaku kalau kamu kenapa napa! " Raka berlari ke arahku dengan terengah engah.
"Kak Erlan yang carikan dia kerja di sini? "
"Enggak, Aku yang carikan. ini kan rumah makan papaku, ya pasti aku lah! " Ucap Raka dengan nada remeh.
"kak Erlan memohon padaku untuk membantu kehidupan Yuni, ya sudah aku kasih dia tempat kerja. "
Walau sebenarnya yang terjadi Erlan yang menyuruh Raka. tapi Raka tak mau terlihat tidak berguna.
"oh."
"Oh? gitu aja? "
Entah kenapa Raka merasa kurang. Entah kenapa Raka ingin di puji seperti Erlan.
"Ada apa? " Erlan berjalan menghampiri kami yang sedang mengobrol.
"Gak ada apa apa! Aku mau pulang dulu. bilangin ke seli , tante dan paman. kalo gak nanti aku di cariin! "
"Oke."
Raka pun pergi dari hadapan kami, namun setengah jalan Raka menoleh ke arah kami lagi.