Nama Tokoh Utama: Arsaka Adyatma
Latar: Dunia Kultivator Jepang (Nihon Reikai), tersembunyi di dimensi lain.
Ringkasan Plot
Arsaka Adyatma, seorang mahasiswa teknik elektro yang realistis dari Jakarta, melakukan perjalanan wisata ke Kyoto, Jepang. Ketika ia menyentuh sebuah Gerbang Kuil kuno yang tersembunyi dimensinya, ia secara tak sengaja ditarik ke dalam Nihon Reikai—Dunia Kultivator Jepang, sebuah dimensi di mana hukum fisika digantikan oleh energi spiritual yang disebut Reiki atau Ki, dan kekuatan menentukan segalanya.
Tiba-tiba terdampar dan dilengkapi dengan sistem antarmuka mirip game yang misterius dan warisan unik Segel Naga Void yang tidak aktif, Arsaka mendapati dirinya berada di dasar rantai makanan. Ia diselamatkan oleh murid-murid dari Sekte Awan Guntur di tepi Kekaisaran Tiga Bintang, yang langsung meragukan asal-usulnya.
Novel ini mengikuti perjalanan Arsaka dari seorang Murid Tahap Awal yang naif menjadi seorang Kaisar Kultivasi yang ditakuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
Suara palu Jiro yang berdetak ke logam di kedalaman gua vulkanik menjadi metronome yang mengatur sepuluh hari pelatihan mereka.
Di luar, kabut di sekitar Formasi Tiga Pedang yang Patah menjadi arena latihan Arsaka dan Rana.
"Angin adalah yang tercepat," kata Rana pada hari pertama, berdiri di puncak pilar batu. "Masalahnya bukan lari cepat. Masalahnya adalah berhenti cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Aku harus menembus titik lemahmu, Jangkar Tanah, dan kembali tanpa jeda."
"Dan aku butuh kamu untuk mengajariku cara melihat yang tidak terlihat," balas Arsaka. "Aku bisa bereaksi terhadap petir. Aku bisa menahan gempa. Tapi aku lambat mendeteksi ancaman tanpa perlu mengaktifkan Reiki Tanahku."
Hari 1-3: Rem dan Presisi
Fokus awal adalah pada Rana. Dia memiliki kecepatan yang luar biasa, tetapi setiap kali dia berhenti, ada micro-goyangan—sepersekian detik di mana momentumnya harus diubah menjadi stabilitas.
"Gunakan Reiki Tanahmu sebagai bantalan rem," instruksi Arsaka.
Arsaka menjelaskan konsep Resistansi Udara Terfokus. Rana harus melepaskan lapisan Reiki Tanah yang sangat tipis, tidak untuk menyerang, tetapi untuk memperberat kepadatan udara di depannya tepat sebelum dia berhenti.
"Itu bodoh," kata Rana, frustrasi setelah jatuh dari kecepatan penuh. "Tanah menghambat Angin. Mereka saling menolak!"
"Tentu saja mereka menolak!" seru Arsaka. "Itu intinya! Bayangkan lapisan Reiki Tanahmu sebagai paku mikro di ban mobil. Ia tidak menghambat putaran ban, ia hanya mencengkeram aspal saat kau injak rem. Kau harus belajar mengaktifkan lapisan Tanah itu hanya dalam 0,01 detik."
Arsaka, memegang tangannya, menyalurkan sedikit Reiki Tanah ke telapak tangan Rana. Dekatnya jarak mereka terasa intens.
"Rasakan ini. Rasakan kerapatan di telapak tanganmu," bisik Arsaka. "Ini adalah Fondasi Nol. Setelah kau mencapai kecepatan, aktifkan ini. Ini akan menciptakan Kantong Udara Resistansi yang hanya bekerja untukmu."
Sentuhan Reiki Tanah Arsaka yang tenang menenangkan Reiki Angin Rana yang berapi-api. Rana merasakan fondasi di dalam dirinya untuk pertama kalinya.
Setelah tiga hari, Rana berhasil. Dia bisa berlari pada kecepatan penuh, berhenti, berbalik 180 derajat, dan kembali ke Arsaka—semuanya tanpa kehilangan momentum dan dengan presisi mutlak.
"Aku bisa merasakan bumi membantuku," kata Rana, terengah-engah, matanya bersinar. "Aku sekarang memiliki kecepatan yang stabil, bukan hanya cepat."
Hari 4-6: Mata Angin dan Kecepatan Reaksi
Sekarang giliran Arsaka. Rana mengikat matanya dengan kain hitam, memaksa Arsaka untuk hanya mengandalkan indranya.
"Kau terlalu bergantung pada mata dan Reiki Tanahmu yang berat," Rana menjelaskan, saat dia berlari mengelilingi Arsaka, menciptakan angin puyuh yang tenang. "Angin ada di mana-mana. Kita tidak melihat Angin, kita merasakan dampaknya pada lingkungan."
Rana memerintahkan Arsaka untuk melepaskan Reiki Angin tipis yang melingkupi dirinya, menciptakan apa yang disebut Rana sebagai Jubah Sensorik Angin.
"Setiap Kultivator, bahkan yang paling hening, harus menggerakkan udara untuk menyerang. Jubah Sensorik Angin-mu akan merasakan pergeseran tekanan udara bahkan sebelum otot mereka bergerak," jelas Rana.
Ini adalah hal yang sulit bagi Arsaka. Reiki Petirnya terlalu eksplosif, terlalu bersemangat.
Untuk membimbingnya, Rana harus berdiri di belakang Arsaka, lengannya melingkari bahu Arsaka, tangan mereka berdekatan.
"Fokus. Jangan gunakan Petir, gunakan Tanah untuk menenangkan Petir," bisik Rana, suaranya sangat dekat, menyebabkan jantung Arsaka berdebar kencang. "Ambil angin yang kulepaskan. Jangan didominasi. Jadikan dia sebagai pemantul."
Arsaka mengikuti instruksinya. Dia merasakan Reiki Angin Rana yang ringan melilitnya, dan kemudian, dengan fokus yang luar biasa, dia menenunnya dengan lapisan Reiki Tanah (Jangkar) yang sangat tipis, menciptakan resonansi yang tenang.
WUSHH!
Rana menyerang Arsaka dengan kecepatan penuh, belati tulangnya berhenti satu inci dari leher Arsaka.
Arsaka mengangkat pedangnya. Dia tidak melihat Rana, tetapi Jubah Sensorik Angin memberitahunya: udara di depannya tiba-tiba terdorong. Dia bereaksi dengan Jubah Petir minimal dan mengayunkan pedangnya, memblokir serangan yang tidak terlihat itu.
"Kau... berhasil," kata Rana, mundur. Ada kehangatan di matanya yang abu-abu. "Kau sekarang memiliki reaksi Badai."
"Berkat kamu, Angin," jawab Arsaka, melepas penutup mata. Keringat membasahi rambutnya. Dia menatap Rana, senyumnya kini bukan senyum seorang Insinyur yang puas, tetapi senyum seorang pria yang tersentuh. "Kemitraan yang sangat intens."
"Baru permulaan," bisik Rana, membalas tatapannya.
Hari 10: Ujian Kombinasi
Di pagi hari terakhir penempaan, Jiro masih memukul logam. Sinergi mereka telah mencapai puncaknya. Rana telah mengajarkan Arsaka cara memanfaatkan kecepatan Angin untuk Jubah Petir-nya, dan Arsaka telah mengajarkan Rana stabilitas Tanah.
[Status Sinergi Kombinasi]
Arsaka (Jangkar Tanah): Mampu mengendalikan medan tempur dengan Resistansi Udara Terfokus. Reaksi terhadap ancaman tak terlihat +50%.
Rana (Badai Angin): Mampu melakukan serangan kecepatan-penuh dan berhenti total dalam sekejap mata (Perfect Zero-Momentum Stop).
DUAR!
Suara ledakan keras membelah kabut di luar formasi. Ini bukan suara palu Jiro.
"Penyusup!" teriak Rana. Dia dan Arsaka berlari ke pintu gua.
Dua Kultivator Fase 6 dari Sekte Bayangan Gelap berdiri di depan Tiga Pedang yang Patah. Mereka mengenakan jubah hitam dan memiliki mata yang memancarkan Reiki gelap.
"Kami datang untuk Pandai Besi Jiro," kata salah satu penyusup. "Dan kudengar ada Kultivator Guntur muda di sini. Kami akan mengambilmu dan mutiaranya."
Rana berbalik ke Arsaka. "Ini adalah pertarungan sinergi yang nyata. Jangan biarkan mereka melewati 'Medan Lengah'mu."
"Tidak akan," jawab Arsaka, Reiki Tanah mulai bergetar di sekitarnya. "Aku adalah Jangkar Tanah. Lindungi aku saat aku mengunci mereka."
Sinergi Badai dan Jangkar
Arsaka melangkah maju. Dia melepaskan Reiki Tanah, tapi kali ini, ia tidak mengendalikan magma. Ia mengendalikan Kepadatan Udara.
[Taktik: Jangkar Tanah]
Arsaka menciptakan Medan Lengah di sekitar penyusup, meningkatkan kepadatan udara tiga kali lipat.
Penyusup merasakan gerakan mereka menjadi lambat, seolah-olah berenang di air.
"Apa-apaan ini?! Gerakanku melambat!" seru penyusup pertama.
"Sekarang!" teriak Arsaka.
Rana, yang kini berada di samping Arsaka, tersenyum sinis. Dia tidak terpengaruh oleh Medan Tanah Arsaka karena Reiki Anginnya telah diselaraskan dengan lapisan Reiki Tanah Arsaka. Dia berada dalam gelembung kecepatannya sendiri.
WUSHHH!
Rana menghilang. Dia adalah badai yang melesat dalam air yang padat.
Penyusup kedua mengangkat pedangnya untuk memblokir, tapi dia terlalu lambat. Kecepatan Rana kini jauh lebih efisien, tanpa micro-goyangan. Dia menusuk bahu penyusup itu dengan belati tulangnya dalam sekejap.
[Taktik: Badai Angin]
Rana menggunakan Perfect Zero-Momentum Stop untuk berhenti di belakang penyusup pertama, menendang lututnya dengan kekuatan yang mengejutkan.
Penyusup itu jatuh ke tanah yang padat, dan Reiki Gelapnya terganggu oleh Reiki Angin Rana yang menusuk.
Pertarungan itu berakhir dalam waktu kurang dari satu menit. Arsaka adalah tembok yang tak bisa ditembus, Rana adalah pisau yang tak terlihat.
Arsaka dan Rana berdiri berdampingan, bahu mereka bersentuhan. Keringat membasahi wajah mereka, tetapi mereka berbagi senyum kemenangan yang intens.
"Sinergi... 100%," bisik Arsaka.
"Kemitraan yang bagus, Insinyur," balas Rana, matanya bersinar.
Tiba-tiba, suara palu Jiro berhenti total. Kesunyian yang memekakkan telinga memenuhi gua.
Jiro keluar. Dia memegang pedang.
Pedang itu bersinar dengan dua warna yang saling melengkapi: bilah baja padat yang memancarkan aura cokelat berat (Tanah), dihiasi dengan pola urat yang mengeluarkan cahaya biru-keunguan yang tajam (Petir).
"Pedang itu selesai," kata Jiro. "Aku menamainya... Peran Sinergi (Kyōshin no Ken). Ambillah, Arsaka. Sekarang ia sepenuhnya milikmu."