Lily, seorang mahasiswi berusia dua puluh tahun, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis hanya karena satu malam yang penuh jebakan. Ia dijebak oleh temannya sendiri hingga membuatnya terpaksa menikah dengan David Angkasa Bagaskara- seorang CEO muda, tampan, namun terkenal dingin dan arogan.
Bagi David, pernikahan itu hanyalah bentuk tanggung jawab dan penebusan atas nama keluarga. Bagi Lily, pernikahan itu adalah mimpi buruk yang tak pernah ia minta. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan pria yang menatapnya seolah dirinya adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, di balik sikap angkuh dan tatapan tajam David, Lily mulai menemukan sisi lain dari pria itu.
Apakah Lily mampu bertahan dalam rumah tangga tanpa cinta itu?
Ataukah perasaan mereka justru akan tumbuh seiring kebersamaan atau justru kandas karena ego masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra_Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanggung Jawab
"Pergilah, Dav. Aku gak mau lihat kamu!"
Wanita itu terus saja menangis setelah sadar dari pingsan. Masih terekam jelas dalam ingatannya ketika tubuh polos sang tunangan berada satu ranjang dengan wanita lain. Sungguh hal itu sangat menyakitkan.
Namun bukan perihal soal hati yang ia khawatirkan saat ini. Wanita itu gelisah, bagaimana dengan nasib karirnya setelah ini? Sang tunangan telah membuat skandal yang tentunya akan berpengaruh besar pada karirnya. Padahal mereka baru saja disanjung-sanjung sebagai pasangan terharmonis tahun ini. Tak pernah ada gosip buruk yang menerpa pasangan artis dan penguasa muda itu.
"Victoria, aku mohon dengarkan penjelasanku. Ini semua tidak seperti yang kau lihat," ucap David seraya hendak meraih tangan tunangannya. Sejak tadi dia terus saja meminta maaf dan menjelaskan bahwa semua ini adalah ketidaksengajaan. CEO itu juga mengatakan bahwa wanita itu datang sendiri dan menggodanya.
"Apa yang perlu kau jelaskan, Dav? Semua sudah jelas. Kau memang baj*Ngan. Harusnya kau bisa tahan dari godaan. Aku pikir diriku saja sudah cukup. Tapi nyatanya kau masih saja haus belaian wanita lain. Aku kecewa padamu, Dav!"
"Aku benar-benar minta maaf padamu, Sayang. Aku mencintaimu," ucap David bersungguh-sungguh.
"Persetan dengan cinta! Maaf pun tak ada gunanya sekarang. Video dan foto-fotomu sudah tersebar luas. Aku tak tahu mau ditaruh dimana muka ini."
Victoria mengibaskan tangannya yang digenggam David. Ia menutup wajahnya. Rasanya kepalanya ingin pecah mengingat bahwa skandal itu dengan cepat telah menyebar. Dan sebentar lagi ia yakin para wartawan akan datang untuk meminta klarifikasi darinya.
"Pergilah, Dav. Aku ingin sendiri!"
"Tapi, Honey..."
Ceklekk. BRAK.
"Victoria, gawaaattt!!!" Seseorang membuka pintu ruang rawat inap VIP itu lalu menutupnya kembali dengan kencang. Kedatangan yang tiba-tiba tentu saja mengejutkan Victoria maupun David.
Wanita muda berkacamata tebal itu adalah Anna, dia merupakan manager Victoria.
"Wartawan sudah berkumpul di parkiran rumah sakit. Mereka mencarimu dan ..." Ekor mata Anna melirik David dengan tajam.
"Si brengsek itu," ucapnya ketus.
"Heh, jaga bicaramu, Kacung! Beraninya kau menghinaku!" David tak terima karena manager pribadi kekasihnya itu berbicara tak sopan padanya.
"Astaga. Bagaimana ini?!"
Victoria tentu saja menjadi sangat panik. Wajahnya yang selalu full makeup itu kini sedikit pucat dan berantakan.
"Kita keluar sekarang dari jalan belakang rumah sakit ini. Boy dan Sella sudah mengamankan jalan untukmu disana."
Victoria mengangguk mantap. Ia mencabut paksa selang infus yang terpasang di punggung tangannya.
Perih. Tapi ini tak seperih hatinya yang dikhianati David, sang tunangan.
"Victoria, tunggu! Aku gimana?" tanya David ketika wanita itu dipapah oleh managernya menuju pintu.
"Urus saja dirimu sendiri, Dav. Aku gak mau tahu! Kau selesaikan masalahmu secepatnya. Jangan temui aku jika masalah ini belum selesai!" Pekik artis cantik itu tanpa memperdulikan David yang menatapnya dengan nanar.
"ARRGGGHHH!!!!"
David berteriak frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri, kesal karena telah tergoda oleh wanita asing yang menjadi sumber masalahnya saat ini.
Drrrttttt... Drrrttttt...
Di saat yang bersamaan, saat pikirannya sedang runyam, ponsel dibalik saku jasnya bergetar.
"Reymond? Mau ngapain dia nelepon? Gak tahu apa aku lagi pusing?!"
Dengan malas, David segera mengangkat panggilan dari Reymond yang merupakan adik sepupu yang juga merangkap sebagai asisten pribadinya.
"Hallo? Ada apa?"
"Ckkk... Merepotkan sekali. Mau ngapain sih?"
"Oke, oke. Aku pulang sekarang!"
Ttuuttt.
Sambungan telepon itu ia matikan. David mendengkus kesal. Reymond memintanya pulang atas perintah dari Tuan Handoko, ayah kandung David Angkasa.
CEO itu yakin pasti ini bukanlah hal baik. Tuan Handoko tentu akan marah besar.
"Sial, sekarang aku harus menghadapi si tua bangka itu!" umpatnya seraya keluar dari kamar inap dengan tergesa-gesa, takut jika ada wartawan yang melihatnya.
**
Di kediaman Bagaskara.
Gadis itu terus saja menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap semua orang yang duduk di ruang tamu rumah yang bak istana itu.
Sementara sang Nyonya rumah, terus saja menatap tamu tak diundang ini. Terutama pada sang pria berkacamata yang tak lain adalah Rama, ayah kandung Lily.
Rama dan Cantika membawa putri mereka ke kediaman Bagaskara. Tak sulit untuk menemukan kediaman pria yang tersandung skandal dengan anak mereka. Tentu saja, karena nama David Angkasa Bagaskara selain terkenal sebagai CEO muda dari perusahaan Moonlight company, ia juga terkenal sebagai tunangan dari aktris ternama yang namanya sedang naik daun, Victoria Angeline.
Nyonya Amanda, wanita glamor dengan bibir merah menyala itu terus menatap Rama. Ia tak memperdulikan keadaan genting yang tengah menyangkut anaknya. Hatinya berdegup kencang ketika sesekali mencuri pandang pada ayah kandung Lily itu.
Amanda dan Rama saling mengenal. Namun disini, mereka seperti orang asing. Yang ada dalam pikiran Rama hanyalah keadilan dan tanggung jawab untuk putri semata wayangnya ini.
"Biasanya kami tidak suka menerima tamu, apalagi dari kalangan biasa seperti anda. Tapi karena ini menyangkut anak saya, maka saya akan ambil jalan tengah untuk masalah ini."
Tuan Handoko, pria angkuh itu menjentikkan jarinya ke arah Seno, ajudannya.
Orang tua Lily mengutarakan kedatangan mereka kemari. Mereka ingin pertanggung jawaban dari pria yang terjerat skandal dengan putri mereka. Namun kedatangan mereka malah mendapatkan penghinaan dari sang empunya rumah.
"David pasti sedang mabuk semalam. Jadi dia tak sadar telah melakukannya. Lagipula, putri anda juga bukan gadis baik-baik."
"Jaga bicara anda, Tuan. Lily adalah gadis baik-baik. Saya yakin dia dijebak seseorang!" Pekik Rama yang tidak terima anaknya direndahkan.
"Santai, Pak Rama. Saya sedang berbaik hati untuk duduk membicarakan masalah ini. Jadi... Tulis aja angka yang anda inginkan dalam cek kosong ini. Masalah ini selesai!" ucap Tuan Handoko dengan pongahnya.
BRAK.
Rama refleks bangkit lalu menggebrak meja di hadapannya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Tuan Handoko, pria itu pikir masalah ini main-main.
Gebrakan di meja itu tentu saja membuat semuanya terkejut. Termasuk Lily yang sejak tadi hanya menunduk di samping ibundanya.
Sementara Cantika terus mengelus punggung sang putri. Meksipun kecewa pada Lily atas skandal yang mencoreng nama baik keluarga ini, namun Lily tetaplah anak kesayangannya. Ia tak tega membiarkan sang putri terpuruk sendirian.
"Jaga mulut anda, Tuan! Saya bisa laporkan masalah ini ke pihak berwajib. Jangan anggap masalah ini sepele. Tidak semua masalah bisa selesai dengan uang!" Pekik Rama dengan tatapan yang berkilat-kilat. Nampak amarah yang membara dari dalam dirinya.
"Apa yang anda mau, Pak Rama?" tanya Tuan Handoko dengan wajah yang tak bersahabat. Wajahnya tak seramah tadi. Ia pikir mereka akan luluh dengan uang, tapi nyatanya ia salah. Orang tua Lily tidaklah haus harta maupun kekuasaan.
"Anda harus menikahkan Lily dengan anak anda!" tegas Rama yang membuat semua orang terlonjak.
"APA? MENIKAH?"
**
Bersambung...