Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Istana Gypsophila
Kedatangan di Istana Gypsophila
Setelah beberapa hari dari hari pertemuan dengan Kaisar, akhirnya Erika berangkat ke Istana Gypsophila sesuai perintah Kaisar, tepat di awal musim dingin. Ada sedikit kesulitan untuk menarik Erika agar bersedia tinggal di istana. Grand Duke, yang sepertinya tidak rela putrinya dibawa ke lingkungan istana Kekaisaran, mempersulit perizinan administrasi. Sementara itu, kedua kakak Erika terus menekan dan mempertanyakan alasan mengapa dirinya harus ke istana untuk waktu yang cukup lama. Erika yang tidak bisa mengatakan dengan jujur hanya menjawab ingin belajar atau ada hal yang menarik baginya setelah datang ke istana beberapa hari lalu.
“Sepertinya Kak Robert dan Kak Andreas masih curiga dan tidak percaya dengan alasanku,” gumam Erika pelan sambil menatap langit dalam kereta.
Erika memang pintar untuk bersandiwara, tapi entah kenapa, kedua kakaknya selalu menatap tajam kedua bola matanya yang seolah-olah membaca pikiran atau hati Erika. Tak lama kemudian, kereta kuda Erika berhenti. Erika yang menyadari itu langsung membuka pintunya. Ia melihat Sir Richard, Asha, Rasha, dan tiga pelayan dari Istana. Dari ketiga pelayan istana, ada yang berdiri paling depan, mungkin itu adalah kepala pelayan. Setelah pintu terbuka, Sir Richard mengulurkan tangannya untuk membantu Erika turun. Erika menerima tangan Sir Richard dan turun sambil mengagumi Istana Gypsophila yang sangat megah.
Istana Gypsophila adalah istana yang dikhususkan untuk tamu dari Kaisar, tentu saja di istana ini Erika mendapatkan perlakuan khusus. Istana Gypsophila terletak di tengah-tengah antara Istana Utama Kaisar serta Istana para pangeran. Perbatasan antara Istana Kaisar dan Istana Gypsophila adalah taman bunga yang luas, sedangkan Istana para pangeran dengan Istana Gypsophila adalah Taman Pancuran dengan Labirin. Erika merasakan dirinya sedang masuk ke negeri dongeng yang menurut dirinya mustahil didapatkan dalam kehidupan sebelumnya.
“Selamat datang di Istana Gypsophila, Lady Erika Serriot. Saya Ceyli sebagai kepala pelayan di Istana Gypsophila. Ke depannya, kami akan melayani keperluan Nona selama di sini,” kata kepala pelayan sambil membungkukkan badannya.
Erika tersenyum menatap para pelayan. Sayangnya, Asha dan Rasha tidak bisa langsung menemaninya selama di istana karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kediaman Duke. Untungnya Erika masih bertemu dengan mereka untuk hari ini, karena mereka harus mengurus kebutuhan Erika.
***
Pencarian Lokasi Adegan Pertemuan Pertama Komik
Kini terdengar beberapa langkahan kaki yang mengikuti Erika menuju kamar serta suara kicauan burung di luar jendela. Erika berhenti melangkah dan melihat keluar jendela. Para pelayan juga menghentikan langkah mereka.
“Ada perlu apa, Lady? Apakah Lady membutuhkan sesuatu?” tanya Ceyli sedikit membungkuk. Erika hanya menggelengkan kepala.
“Aku pernah mendengar bahwa di istana memiliki rumah kaca untuk tanaman herbal. Di manakah letak tepatnya rumah kaca itu?” tanya Erika ke Ceyli.
“Benar, Lady. Rumah kaca tersebut adalah properti pribadi Pangeran Ketiga**Zester Lardine**. Tapi sulit sekali untuk mengunjunginya. Tidak semua orang boleh masuk, bahkan Kaisar ataupun Ratu dilarang oleh Pangeran. Untuk letaknya, dari Istana Gypsophila Anda bisa menyeberangi Taman Pancuran Labirin lalu terdapat istana khusus Pangeran Ketiga. Rumah kaca tersebut ada di halaman belakang istana Pangeran Ketiga,” jelas Ceyli.
Erika yang menatap luar jendela sambil mendengarkan penjelasan Ceyli. Ternyata lokasi Istana Gypsophila berseberangan dengan Istana Pangeran Ketiga, hanya saja Taman Pancuran Labirinlah yang memisahkannya. Erika kini mulai memutar otaknya untuk mencoba bertemu dengan Pangeran Ketiga supaya cerita kehidupan Erika sesuai pada komik ‘To Be Queen’. Sesuai ingatan Erika, pertemuan Pangeran Ketiga dengan dirinya pada komik terjadi saat di taman belakang istana Pangeran Zester. Ya! Rumah kaca herbal.
“Aku yakin di sana pertemuannya,” gumam Erika pelan.
“Maaf, Lady, Anda membicarakan apa?” tanya Ceyli yang tidak mendengar ucapan Erika dengan jelas. Erika menatap Ceyli yang tampak bingung lalu tersenyum.
“Bukan apa-apa. Tolong taruh dan tata barangku di kamar. Aku mau keliling sendiri dulu,” kata Erika dengan cepat lalu pergi meninggalkan para pelayan tanpa mendengar jawaban Ceyli.
“E? Tapi…” panggil Ceyli belum selesai tapi Erika sudah hilang di hadapannya.
“Sepertinya Lady butuh pembelajaran etika lebih keras,” kata Ceyli pelan sambil menggelengkan kepala karena Erika berlari di koridor istana.
***
Tontonan Menarik di Taman Labirin
“He.. Kenapa dia di sini?” gumam pelan seorang laki-laki sambil melihat wanita berlari keluar istana.
Laki-laki tersebut mengerutkan keningnya sambil berpikir dan bersandar di atas pohon. Dari sana, laki-laki tersebut dapat melihat jelas wanita itu memasuki Taman Labirin. Mata lelaki itu tidak lepas dari wanita tersebut. Wanita itu terlihat bingung untuk menentukan langkahnya. Dia berlari ke kanan ataupun kiri untuk mencari jalan keluar. Sepertinya wanita itu ingin melewati Taman Labirin. Itu akan sulit bagi orang yang baru pertama kali memasuki taman tersebut karena labirin terbentuk dari tanaman boxwood yang rapat dan tingginya hingga 200 sentimeter. Sedangkan wanita itu mungkin memiliki tinggi 160 sentimeter.
Boxwood adalah tanaman yang sering digunakan untuk membuat taman ataupun pagar para bangsawan kelas atas. Karena tanaman itu tidak akan pernah mati walaupun berada di negara empat musim, harga tanaman itu dibilang mahal sekali dan berharga. ‘Dia pasti tidak akan menemukan jalan keluarnya,’ pikir lelaki itu.
“Seorang Lady ceroboh yang datang tanpa pengawal,” gumamnya lagi yang tanpa sadar menjadi hiburan baginya. Lelaki itu seperti melihat kucing yang sedang tersesat. Beberapa kali wanita itu berhenti yang mungkin merasakan sudah melewati lekukan taman tersebut. Wanita itu mulai terlihat kesal karena sudah berjalan cukup lama untuk mencari jalan keluar.
“AAARGH!” Teriak kesal wanita itu sambil memegang kepalanya yang membuat gulungan rambutnya terurai. Lelaki yang melihat kejadian tersebut hanya terkejut dan tertawa.
“Ini sangat menarik,” kata lelaki itu sambil mengelap air matanya yang tanpa sadar tertawa hingga air mata muncul. Tidak sampai situ saja, wanita itu mencoba menggulung rambutnya lagi dan mundur beberapa langkah.
“Apa yang mau…” gumam pelan lelaki itu yang masih memperhatikan wanita tersebut.
Lalu wanita itu berlari sekuat tenaga dan menerobos tanaman boxwood yang sebagai penutup jalan baginya. Kelakuan wanita itu membuat lelaki itu terkejut dan berdiri dari duduknya sambil memegang batang pohon yang menurutnya kuat.
“Apakah dia sudah tidak waras?!” gumam lelaki itu.
Lelaki itu yakin bahwa gaunnya akan sobek beberapa bagian, atau ada luka di bagian tubuh atau wajahnya jika melewati boxwood. Karena tanaman itu memiliki ranting kecil dan dedaunan yang rapat hingga berbentuk kotak. Tapi setelah melewati boxwood, wanita itu malah tertawa dan loncat bahagia karena menemukan pancuran air dengan pakaian dan wajah yang berantakan. Yah, wanita itu berhasil menempatkan titik tengah taman karena air pancur sudah di depannya.
Lelaki yang dari tadi memperhatikan wanita itu terdiam tanpa melakukan tindakan apa pun. Ia merasa bingung dan heran apa yang dipikirkan oleh kepala kecil Lady itu. Walaupun begitu, lelaki itu tidak melepas pandangannya. Kini Wanita itu menatap patung pancuran tersebut. Patung berbentuk wanita bersayap dengan membawa panahan sedang duduk. Patung tersebut sering disebut Aphrodite, yaitu Dewi Eros. Wanita itu memperhatikan patung itu cukup lama hingga ia memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk melihat berbagai sisi patung tersebut.
“Wajah itu.. seperti familiar bagiku,” gumam Erika yang menatap patung di taman labirin.
“Ah, entahlah, yang penting aku sudah berhasil hingga tengah taman,” katanya sambil tersenyum lalu melihat tubuhnya yang ternyata berantakan.
“Huh.. ternyata aku sangat berantakan sekali,” kata Erika sambil mengangkat gaun bagian kanan sedikit karena banyak robekan kecil di sekitar situ. Erika berjalan ke kolam pancuran dan menatap wajahnya dari pantulan air. Dia sungguh berantakan. Dari rambut, wajah, dan tampilannya. Ia merasa tidak layak untuk bertemu dengan Pangeran Ketiga untuk saat ini.
“Yah, mau bagaimana lagi. Aku harus menundanya. Setidaknya aku sudah berhasil di tengah taman,” katanya pada dirinya sendiri dari pantulan air kolam. Lalu Erika mengambil air dari kolam dan membasuh wajahnya untuk membersihkan kotoran tanaman di wajahnya.
“AKKH!! Dingin. Bodohnya akuuu!!” teriaknya yang baru menyadari bahwa ini sudah mau memasuki musim dingin (Saat ini masih musim gugur). Setelah itu, hiasan pita biru di rambutnya jatuh ke kolam.
“Eh!..” kejut Erika yang terlambat dalam refleksnya untuk mencegah pita itu jatuh ke kolam. ‘Sial, dingin sekali,’ pikir Erika yang tangannya masuk ke dalam air.
Tiba-tiba, “NONA ERIKAA? NONA?” panggil seseorang yang Erika kenal hingga dirinya tidak jadi mengambil pita tersebut dan menoleh ke belakang. ‘Sepertinya aku akan mendapatkan masalah di hari pertama di istana,’ pikir Erika sambil tersenyum memaksa ke Sir Richard.
Lelaki yang bersandar di pohon itu menyadari bahwa wanita itu dipanggil "Erika" dan bahwa pengawal yang memanggilnya adalah Richard. Wajahnya yang semula geli kini berubah menjadi sedikit terkejut dan berpikir. Dia turun dari pohon dengan tenang, seolah-olah tidak ada yang terjadi. 'Erika... kenapa dia ada di sini?’
Bersambung...