Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.
Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?
Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Amarah Jaka.
Bab 26. Amarah Jaka.
"Terima kasih karena telah memberikanku kesempatan untuk bergabung dan menjadi bagian dari kalian semua," kata Jaka. Di saat yang sama matanya menatap sekeliling, atau lebih tepatnya ke delapan orang pendiri A.S.E.
"Ah... itu tidak perlu dipikirkan. Justru seharusnya kami yang berterima kasih padamu. Dengan adanya dirimu aku yakin A.S.E akan menjadi semakin kuat," kata Bagaskara.
Yang tidak disangka-sangka adalah Rafael dan Lucas tiba-tiba maju ke depan. Mereka mengulurkan tangan dan berkata dengan ekspresi canggung dan juga rasa bersalah. Rafael berkata, "Aku minta maaf karena sempat meragukan dan meremehkanmu sebelumnya. Kau bukan hanya pantas tapi juga merupakan kehormatan bagi kami jika kau ingin bergabung di dalam A.S.E. Dengan adanya dirimu kami yakin bisa mengalahkan lawan yang selama ini sulit kami imbangi."
Setelah menjabat tangan mereka, seketika Jaka langsung mengerutkan kening. "Hmm? Mengalahkan lawan? Mengimbangi? Bagaimana maksudnya?" tanyanya dengan bingung.
Setelah melepaskan rangkulannya, Nickolas berkata sambil menghela napas, "Akan sangat panjang jika diceritakan, maka dari itu aku akan menjelaskannya secara singkat saja."
Dan mengalirlah penjelasan Nickolas tentang organisasi yang sama besarnya dengan mereka semua yang disebut A.S.S atau Aliansi Sembilan Saudara. Dari penjelasan Nickolas Jaka akhirnya mengerti Kota Nusantara dibagi menjadi empat wilayah besar.
Dan masing-masing organisasi menguasai dua wilayah besar. A.S.E menjadi penguasa bagian timur dan barat, sedangkan A.S.S menguasai selatan dan utara.
Dari sini juga ia mengetahui adanya keluarga tersembunyi yang bergerak secara diam-diam dan selalu bersaing untuk menentukan siapa yang lebih kuat.
"Jadi seperti itukah? Baiklah, aku mengerti," kata Jaka sambil mengangguk.
Ternyata segala sesuatunya tidak sesederhana yang terlihat. Diam-diam terjadi pergolakan hebat dan persaingan yang tidak ada habisnya untuk menentukan siapa yang paling berkuasa.
Saat Jaka masih merenung, suara Bagaskara membuyarkan lamunannya. "Nah... Itu dia cincin dan juga diamond card milikmu sudah tiba," ucapnya saat melihat seorang petugas datang menghampiri.
Petugas tersebut memegang nampan yang di atasnya terdapat sebuah cincin hitam dengan batu ruby berwarna ungu di tengah-tengahnya. Cincin ini dibuat khusus sehingga sangat mudah dikenali oleh semua anggota.
Di sampingnya ada sebuah diamond card berwarna ungu yang di bawahnya juga ada ukiran nama A.S.E (Aliansi Sendok Emas) dengan huruf yang lebih kecil namun terlihat sangat mencolok karena dicetak dengan cukup tebal.
Bagaskara mengambil nampan itu dan membawanya di depan Jaka.
"Nah... Sekarang pakailah cincin ini dan simpanlah diamond card yang ada di sampingnya. Dengan begitu kau sudah benar-benar resmi menjadi bagian dari kami semua."
Mendengar itu Jaka mengangguk sambil tersenyum. Mengambil cincin tersebut dia langsung memasangnya tepat di jari telunjuk kanan. Perasaan yang ia rasakan saat pertama kali memakainya adalah nyaman. Itu terlihat sangat nyaman dan pas; tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
"Ini cukup nyaman dipakai," gumamnya sambil tersenyum ke arah Bagaskara.
Sebagai tanggapan Bagaskara menjawab dengan percaya diri, "Tentu saja, itu dibuat dengan bahan khusus dengan metode rahasia dan ketika masuk ke dalam jari akan terasa nyaman dan pas."
Yang lain mengangguk setuju. Akhirnya setelah berbasa-basi sejenak mereka pun meninggalkan ruangan tersebut dan kembali naik ke lantai atas, atau lebih tepatnya ke ruangan utama di tempat perjamuan.
Setelah keluar dari lift, Bagaskara kembali berkata, "Jaka... Karena kau sudah menjadi anggota kesembilan dari A.S.E, maka aku akan mengumumkannya ke semua anggota. Nanti... aku harap kau bisa mengucapkan beberapa kata-kata untuk mereka."
Untuk kedua kalinya Jaka mengerutkan kening. "Haruskah? Apakah itu wajib?"
Sebagai tanggapan Bagaskara menggeleng pelan. "Tidak juga itu, hanya formalitas. Akan tetapi aku menganjurkanmu untuk melakukannya. Bukan apa-apa, hanya saja agar semua anggota bisa mengenalimu dengan lebih baik. Jadi, jika suatu saat kau berada di tempat lain asalkan itu masih dalam jangkauan wilayah timur dan barat, mereka tidak mencari masalah denganmu karena sudah mengetahui statusmu terlebih dahulu."
"Oh... Itu cukup masuk akal," ucap Jaka sambil mengangguk.
Dan baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba langkahnya berhenti di tempat. Wajahnya yang santai tiba-tiba berubah menjadi dingin. Matanya berkedip dengan cahaya tajam dan seketika niat membunuh yang begitu dahsyat meletus dari dalam tubuhnya.
Tak terelakkan, kekuatan yang luar biasa dahsyat menyambut seperti gelombang pasang ke seluruh area. Seluruh gedung bergetar hebat. Udara seolah membeku; tekanan yang begitu mengerikan membuat napas semua orang seperti tercekik.
Dalam kebisuan itu, Jaka menggumamkan sesuatu yang hanya bisa dia dengar.
"Kak Reina dalam bahaya."
Ya, saat ini dia bisa merasakan jika jejak jiwa yang dia tinggalkan pada kakaknya berfluktuasi yang menyatakan jika kondisi kakaknya tidak baik-baik saja.
Jejak jiwa ini adalah metode khusus yang diajarkan Amira padanya. Fungsinya untuk meninggalkan tanda atau petunjuk pada orang-orang yang penting baginya. Dan jika ada sinyal bahaya, itu akan berfluktuasi sehingga dia bisa dengan cepat mengambil tindakan untuk melindungi mereka.
Segala sesuatunya nampak berlangsung lama, tetapi untungnya niat membunuh itu hanya berlangsung beberapa detik saja.
Setelah menenangkan diri, Jaka menarik seluruh aura membunuh yang ada di dalam tubuhnya. Seketika semua orang bernafas lega dan hampir semuanya menghirup udara dengan rakus, berusaha memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-paru mereka.
Jaka melirik sekilas ke arah Bagaskara. "Bagaskara! Maaf karena aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus pergi karena kakakku saat ini berada dalam bahaya," ucapnya.
Kemudian fluktuasi energi yang begitu dahsyat melonjak dari dalam tubuhnya. Belum sempat Bagaskara menjawab, sosoknya sudah melesat seperti sambaran petir dan menghilang dari pandangan semua orang bahkan sebelum mata mereka sempat berkedip.
Jaka melesat seperti meteor. Setiap detik ia bergerak, angin akan berhembus liar. Ruang dan waktu seolah terbelah dan gelombang energi yang begitu liar menyebar sembarangan, menghempaskan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Saat melesat, matanya yang tajam diselimuti oleh niat membunuh yang luar biasa. Wajahnya seperti iblis. Dengan suara yang dingin seolah Dewa Asura datang dari kedalaman neraka, ia berkata dengan berat, "Tidak peduli siapapun, atau dari kekuatan manapun, berani menyentuh keluargaku! Mati!"
Sementara itu, di tempat lain.
Seorang pemuda berusia 24 tahun sedang tertawa terbahak-bahak di dalam sebuah mobil BMW. Di sampingnya ada seorang gadis cantik yang terlihat sangat polos dan anggun. Dirinya saat ini pingsan karena telah diberi obat bius.
Saat menatap wajahnya, pemuda itu menjilat bibirnya dengan sangat menjijikkan.
"Hahaha! Aku tidak menyangka bahwa tugas dari Kakak yang menyuruhku untuk menyalip dan melihat situasi di wilayah Kota Blue Star serta menyelidiki sebuah geng kecil bernama RPJ itu, masih bisa menemukan wanita cantik seperti ini."
Jika Jaka ada di sini, dia pasti bisa mengenalinya langsung karena gadis yang saat ini pingsan dalam mobil tersebut adalah kakaknya, yaitu Reina.