NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:16.2k
Nilai: 5
Nama Author: riena

“Pernikahan kita cuma sandiwara. Di depan keluarga mesra, di belakang orang asing. Deal?”
“Deal!”

Arman sudah punya kekasih, Widya ogah ribet. Tapi siapa sangka, hidup serumah bikin aturan mereka berantakan. Dari rebutan kamar mandi sampai saling sindir tiap hari, pura-pura suami istri malah bikin baper sungguhan.

Kalau awalnya cuma perjanjian konyol, kenapa hati ikut-ikutan serius?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Semakin berani

Ranjang terasa bergetar sedikit, jantung Widya deg-degan karena Arman semakin dekat di belakang punggungnya. Lalu. tangan Arman tiba-tiba sudah melingkar di pinggangnya.

“Aku bolehkan, tidur sambil memelukmu?” bisik Arman di belakang kepalanya, Widya diam saja.

“Kamu diam lagi, berarti boleh.” dan dengan nekatnya, Arman memeluk Widya dengan erat, seraya menciumi rambut di kepalanya.

“Mas,” panggil Widya lirih.

“Kita suami istri, Wid. Kakek juga udah minta cicit, masa’ kamu lupa. Memangnya kalau cula ngobrol aja, kamu bisa hamil?” kekeh Arman.

“Mas, ih.” Widya malu setengah mati, lalu menggeliat pelan, ingin melepaskan pelukan Arman tapi tidak benar-benar menolak. Justru detak jantungnya makin kencang saat merasakan dada bidang suaminya menempel erat di punggungnya.

“Mas jangan gitu…” ucapnya setengah manja.

“Gitu gimana? Kan cuma peluk istri sendiri,” balas Arman, suaranya berat dan hangat di telinga Widya. Ia semakin menundukkan wajah ke leher istrinya, pura-pura mengendus. “Hmm, wangi banget… sampai bikin susah tidur.”

Widya meraih bantal, menutup sebagian wajahnya. “Mas Arman ini, dari tadi modus mulu.”

Arman terkekeh kecil. “Eh, bukan modus, lho. Ini mah pengamalan sunnah rumah tangga,” ucapnya santai, menekan tubuhnya lebih dekat. “Lagian kamu pikir aku betah cuma ngobrol dan jalan-jalan aja? Nikah tuh ada bonusnya, Wid.”

Widya langsung menoleh dengan pipi memanas. “Bonus apaan coba?”

“Ya gini…” Arman menatap lurus ke mata istrinya, lalu dengan nakal menempelkan keningnya ke kening Widya. “Tidur ada yang dipeluk, ada yang bisa aku gangguin tiap malam. Gratis, tanpa pulsa.”

“Mas Arman, astaga.” Widya menutup wajahnya dengan kedua tangan, tapi Arman sigap menariknya turun, menahan dengan jemari.

“Lho, malu kenapa? Kan suami sendiri.” Arman tersenyum lebar, matanya menatap penuh arti. “Kalau aku bilang ‘sayang’, kira-kira kamu balas nggak?”

Widya hanya menggigit bibir, tidak menjawab.

“Diam lagi… berarti balas,” goda Arman sambil menempelkan kecupan kilat di pipinya. Begitu cepat, tapi cukup membuat Widya terlonjak kaget dan makin salah tingkah.

Arman buru-buru membalikkan badan, pura-pura menutup mata. “Udah, ah. Aku ngantuk.”

“Mas Arman!” Widya mencubit pelan punggung suaminya, wajahnya panas bukan main.

Arman pura-pura tidur. Tapi senyum tipis yang ia tahan masih jelas di sudut bibir.

Widya, dengan pipi yang panas dan jantung berdegup tak karuan, memelototi punggung suaminya. “Dasar Mas Arman… seenaknya banget,” gumamnya lirih. Tangannya masih menempel di pipi yang barusan dikecup. Rasanya masih ada bekas hangatnya.

Widya mencoba menenangkan diri, menarik napas panjang. Tapi semakin diingat, semakin wajahnya makin merah.

“Tidur beneran apa pura-pura sih, Mas?” bisiknya pelan, mendekatkan wajah ke arah bahu Arman.

Tak ada jawaban. Yang terdengar hanya napas tenang Arman yang teratur, seakan-akan benar-benar terlelap.

Widya mendesah pelan. Dan entah keberanian dari mana, jemari Widya menyentuh bahu Arman pelan. Ia berniat menggoyang, sekadar memastikan suaminya betul tidur. Tapi begitu tubuh Arman sedikit bergerak, ia malah buru-buru menarik tangannya lagi.

Widya menggigit bibir, lalu memberanikan diri menatap wajah suaminya dari samping. Garis rahang tegas itu, bulu mata yang cukup tebal, dan senyum tipis yang ternyata belum hilang.

“Mas pura-pura tidur, ya?” tanya Widya pelan.

Tak ada jawaban lagi.

Widya menunduk lebih dekat. Degup jantungnya makin keras. Ia sendiri tidak sadar apa yang mendorongnya, tapi sebelum otaknya sempat mencegah, bibirnya sudah singgah sekilas di pipi Arman.

Cepat. Ringan. Tapi cukup nyata untuk membuat Widya langsung menutup wajah dengan kedua tangan setelahnya.

“Ya Allah… aku ngapain barusan…” bisiknya panik, berguling sebentar ke arah berlawanan.

Tapi sebelum sempat menenangkan diri, suara berat Arman terdengar pelan dari balik punggungnya.

“Wid…” panggil Arman lirih.

Widya langsung membeku. “Hah? Mas—Mas Arman belum tidur?”

Arman berbalik, menatap wajah istrinya yang kini semburat merah. Senyum nakalnya makin jelas. “Ternyata bukan cuma aku yang berani, ya?”

“Mas jangan salah paham! Itu… itu tadi… nggak sengaja!” Widya menutupi wajah dengan bantal.

Arman tertawa kecil, merebut bantal itu dengan mudah. Tatapannya hangat, tapi juga penuh arti. “Nggak sengaja kok pas di pipi akku, ya? Aneh.”

“Mas Armaaan…” Widya merajuk, wajahnya makin merah.

Arman mengusap lembut rambut istrinya, lalu kembali meraih pinggang Widya dan menariknya ke dalam dekapannya. “Nggak apa-apa, Wid. Justru aku seneng banget. Akhirnya kamu juga berani kasih kode.”

Widya terdiam, jantungnya makin berdebar. Tapi kali ini ia tidak melawan. Pelukan itu terasa aman, meski membuatnya salah tingkah setengah mati.

Di keheningan malam, Arman menempelkan dagunya di kepala Widya. “Makasih ya… udah balas. Sekarang aku bisa tidur tenang. Dan kita nggak harus buru-buru, pelan-pelan aja, sampai kamu merasa nyaman. Aku akan menunggu.” bisik Arman dari atas kepala Widya.

Dan malam itu, Widya membiarkan dirinya terlelap dalam dekapan erat suaminya.

------

Menjelang subuh, Arman sudah bangun lebih dahulu. Ia menatap wajah damai Widya yang masih terlelap. Senyuman bahagia tidak, bisa ia sembunyikan.

Sebenarnya malam tadi, bisa saja ia langsung nyosor, tapi nanti Widya kaget. Arman tidak mau buru-buru. Dan tanpa sadar, ujung jari tangan Arman mengusap lembut bibir Widya.

Widya tidak memberikan respon, sepertinya masih berada di alam mimpi, lalu Arman mendekat dan memberikan kecupan singkat disana. Muah. Setelahnya Arman buru-buru bangun dan ngacir ke kamar mandi. Tanpa Arman ketahui, pas Arman mengusap bibirnya tadi Widya sudah bangun, tapi sengaja pura-pura tidur. Widya langsung meraba bibirnya sendiri, setelahnya menarik selimut sampai menutupi wajahnya, malu tapi bahagia juga.

Tidak lama setelahnya terdengar pintu kamar mandi terbuka, Widya tetap pura-pura tidur.

“Wid, bangun!” ucap Arman pelan sambil menarik selimut.

“Aku udah bangun kok, tapi masih ngantuk.” Widya pura-pura menguap.

“Aku cium ya, biar nggak ngantuk lagi.” goda Arman.

“Hah?”

Muah, Arman sudha menempelkan ujung bibirnya yang basah dan dingin di pipi Widya. Widya membeku.

Muah, Arman mencium lagi. “Masih belum bangun?”

“Iya-iya, tapi kenapa Mas Arman jadi sering mencium aku?” tanya Widya dengan wajah yang merona.

“Suka aja, aku jadi nyesel.” ucap Arman.

“Nyesel kenapa?”

“Pernah buat kesepakatan sama kamu. Padahal kalau dari awal nggak ada kesepakatan konyol itu, udah lebih sekedar cium pipi kan?” ucap Arman sambil mengedipkan sebelah matanya genit.

“Mas Arman genit,” Widya buru-buru bangun, dan langsung masuk ke dalam kamar mandi. Arman hanya tertawa.

Begitu pintu kamar mandi tertutup, Arman masih tertawa sendiri di depan ranjang. “Mas Arman genit…” Arman menirukan nada Widya dengan wajah pura-pura manyun.

Arman lalu bersandar di headboard, menyalakan ponsel sebentar, lalu meletakkannya lagi. tidak lama, suara guyuran air dari kamar mandi membuatnya makin tersenyum. “Masih malu-malu dia,” gumam Arman.

Beberapa menit kemudian, pintu terbuka. Widya keluar dengan wajah segar, rambut masih agak basah, dan kaus tipis yang baru dipakai.

Arman melirik sekali, lalu pura-pura menutup mata. “Wid, kamu sengaja bikin aku nggak bisa tahan, ya?”

Widya berhenti, refleks menoleh dengan wajah memerah. “Hah? Maksudnya apa sih, Mas?”

Arman membuka satu mata, menyeringai. “Rambut basah itu lho… bisa bikin aku pengen nyium lagi. Serius.”

Widya mendengus, buru-buru mengambil sisir. “Mas jangan aneh-aneh, ah. Ini masih pagi.”

Arman malah berdiri, mendekat, dan merebut sisir dari tangan istrinya. “Sini, biar aku aja yang sisirin.”

“Mas Arman…” Widya hendak protes, tapi Arman sudah menuntunnya duduk di tepi ranjang. Dengan hati-hati, Arman menyisir rambut hitam panjang Widya. Gerakannya pelan, sesekali sengaja mendekatkan wajahnya.

“Mas, bisa serius nggak?” Widya menahan senyum.

“Serius kok,” jawab Arman santai. Lalu dengan nada bercanda ia menambahkan, “Kalau kamu ganti warna rambut, misalnya pirang, kira-kira kamu tambah cantik nggak ya?”

“Nggak mau, rambut sebagus itu kok mau dipirangi.”

“Ya biar kayak punya istri bule.” jawab Arman asal, menurunkan sisir, lalu dengan tiba-tiba mengecup ubun-ubun istrinya. “Widya asli ini aja udah bikin aku susah tidur. Kamu aja yang nggak peka.” omel Arman sambil manyun.

Widya diam, pipinya memanas lagi. Ia buru-buru berdiri. “Aku ke dapur dulu ah, bikin sarapan.”

Arman menahan pergelangan tangannya sebentar, matanya berkilat nakal. “Sarapan ciuman dulu boleh, nggak?”

“Mas Armaan!” Widya melepaskan diri dengan tawa gemas, lalu kabur ke dapur.

Arman langsung tertawa lebar, “Gini aja udah bikin aku bahagia, Wid.”

—---

1
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Safitri Agus
syahdu 🤭
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Mam AzAz
terimakasih up nya 😊
Mam AzAz
begitulah perempuan kalau lagi sakit inginnya tiduran dan butuh ketenangan,kalau laki laki cuma demam aja sudah seperti sekarat dan sangat drama😂😂😂
Safitri Agus: setuju 👍😊
total 1 replies
Mam AzAz
terimakasih up nya 😊
Mam AzAz
gantian jadi pasien 🤭🤭
Enisensi Klara
Manja si Arman 😂😂
Safitri Agus
terimakasih kak Riena updatenya 🙏🥰
Safitri Agus
semoga rukun dan damai RT mereka
Safitri Agus
pasti rasanya pedes
Safitri Agus
ketularan demamnya Arman
Safitri Agus
eh ngelunjak ya🤭
Enisensi Klara
Modus Àrman 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Lebay Arman 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Makasih up nya kk Riena 😍😍
Ratu Tety Haryati
Perasaan laki2 klo sakit berasa sudah paling tak berdaya, malah buat istri double repotnya.
Ratu Tety Haryati
Klo Arman sudah ingkar janji berarti, ia bukan pria yang baik untukmu.
Ratu Tety Haryati
Klo sudah begini ada rasa iba dan tak menyalahkan Priya sepenuhnya, karena Arman sendiri yang memberikan janji untuk minta ditunggu.
Ratu Tety Haryati
Memangggg😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!