"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #06
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Cek lek
"Apa, Mih?" tanya Kai yang sudah membuka pintu kamarnya sebelum wanita kesayangannya itu berteriak memanggil namanya yang cukup panjang berulang kali.
"Tumben, udah bangun?" tanya balik Mamih Rinjani dengan tatapan aneh serta kedua tangan yang melipat di dada.
"Kebangun sih sebenernya," kekeh si anak tunggal kaya raya.
Mamih Rinjani menghela napas berat, ia usap pipi anak kesayangannya itu dengan lembut dan pastinya penuh kasih sayang. Tak ada satupun keturunan Singa yang hidupnya sia sia, semua mendapat limpahan harta, tahta dan cinta yang teramat besar, belum lagi perhatian di setiap langkah di setiap detik harinya.
"Sarapan dulu ya, Papih udah nunggu di ruang makan," titah Mamih Rinjani.
Kaivandra mengangguk pelan, meski sedikit di kenal nakal tapi jika di hadapan Mamih dan Papihnya ia akan imut seimut para kucing peliharaan Oppa Rain..
"Kai nanti ke kantor Papih lagi?" tanyanya saat berjalan bersama dengan sang Mamih menuju Lift.
"Gak usah, nanti ada Uncle Asha yang kesana buat meeting. Kamu kuliah aja, nanti pulang dari kampus jangan nongkrong dulu ya," Pesan menantu bungsu Lee.
"Kenapa?"
"Ada Gemma nanti kesini," Jawab Mami Rinjani, yang di maksud wanita itu tentu saja Bubun Embun, mertuanya sendiri si mantan Buaya betina.
"Iya, Mih, kalau inget."
Plaaaak...
.
.
.
Erica yang baru selesai mandi di ketuk pintu kamarnya, ia yang masih memegang handuk untuk mengeringkan rambut basahnya pun mau tak mau membuka benda bercat putih tersebut yang sebenarnya tak di kunci.
"Ada tamu," ucap Cita.
"Tamu apa pagi pagi?" tanya Erica bingung.
Cita yang sudah rapih dengan stelan kerjanya hanya sedikit mengangkat bahu tanpa bicara, di sertai ekspresi wajahnya yang sulit di mengerti membuat Erica penasaran dan langsung bergegas ke arah teras rumah.
Dan, langkah kakinya langsung berhenti saat ia melihat sosok yang sudah beberapa hari belakangan ini tak lagi ia tahu kabarnya, semua akses dengan si Duda di tutup kecuali jalan menuju rumahnya.
Ya, Irham lah yang datang, dan ia tidak sendiri melainkan dengan putrinya yang beranjak remaja. Senyum yang mengembang dari anak itu mau tak mau membuat Erica membalasnya sambil mengulurkan tangan.
"Tante--," Panggilnya lembut, padahal dulu mereka bagai kucing dan tikus.
"Nia dari mana?" tanya Erica.
"Dari rumah, sengaja kesini. Papah mau ajak sarapan bareng, Tante mau kan?"
Erica melirik tajam ke arah Irham yang tersenyum ke arahnya tanpa rasa dosa padahal pria itu sudah sangat menghancurkan segalanya, mulai dari kepercayaan, hati, hingga masa depan Erica yang menjadikan kisah cintanya kali ini pelabuhan terakhir.
"Sarapan dimana?"
"Tukang bubur ayam Mang Udin," jawab Nia, si manis berkulit sawo matang dengan rambut ikal sebahu.
Erica hanya tersenyum tipis, kalau tidak tukang bubur, ya tukang nasi uduk. Itulah Irham, tak jauh dari dua tempat itu jika mengajaknya sarapan. Sama seperti saat makan siang, kalau bukan tukang baso ya tukang ketoprak. Namun saat malam, sudah bisa di pastikan jika mereka hanya punya satu tujuan yaitu ke tukang nasi goreng yang berada pinggir kali besar.
"Hem, maaf ya, Tante gak bisa, Nia," tolak halus Erica sambil mengusap mantan calon anak sambungnya itu.
"Loh, kenapa? bukannya kan Tante suka banget sama sate atinya? tanya Nia dengan ekspresi heran.
.
.
.
.
Enggak, sekarang Tante udah berhenti MAKAN ATI...