Istri Culun Badboy Tengil

Elang akhirnya memilih pulang ke apartemen. Mungkin dengan melihat istrinya ia akan tenang. Kia sudah menjadi bagian hidupnya sekarang. Gadis itu selalu membuatnya nyaman.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Kia melihat suaminya yang sedari tadi hanya diam dengan tatapan kosong.

Elang hanya tersenyum tipis tanpa berkata apapun. Ia kembali menoleh saat merasakan tangan lembut istrinya menggenggam tangannya, "Cerita aja."

Elang menghela nafas kasar. Ia menatap intens gadis di hadapannya. Lalu berkata, "Papa usir gue dan sekarang lagi bingung tinggal dimana. Gue bisa aja tinggal di markas. Tapi, lo? Gue gak mungkin ajak lo tinggal di sana."

"Selama ini gue cuman ngandelin duit papa. Gue masih punya sedikit tabungan, apa lo mau tinggal di kontrakan untuk sementara?" tanyanya sambil menatap istrinya sendu.

"Kenapa gak tinggal di rumah aku aja? Rumahnya kosong, sebenernya aku juga pengen tinggal di sana," ujar Kia.

"Emang gapapa?"

"Ya gapapa dong, kamu kan suamiku. Aku juga punya toko kue yang aku kembangin bareng ayah. Masih bisa buat makan, tanpa ngandelin papa," jelasnya yang membuat Elang merasa malu karena selama ini hanya mengandalkan uang papanya.

"Gak usah, gue bakal cari uang mulai sekarang. Lo tanggung jawab gue," ucapnya mulai dewasa.

"Kita pindah sekarang ya? Gue gak mau ketemu dia lagi," Kia hanya mengangguk patuh.

Elang tersenyum, tangannya terangkat menyelipkan rambut istrinya yang tergerai. Lalu membelai pipinya lembut.

"Lo gadis baik, makasih udah mau nerima gue apa adanya. Gue janji, bakal bahagiain lo," ucapnya dengan tulus.

Elang menggenggam tangan istrinya. Lalu mengecupnya pelan. Membuat Kia terdiam membeku, jantungnya berdebar kencang. Apalagi melihat tatapan suaminya yang terus menatapnya intens penuh kasih sayang.

'Gak, lo gak boleh luluh!'

Setelah beberapa saat saling terdiam. Keduanya mulai membereskan barang-barangnya. Malam hari, Elang langsung mengajak istrinya pergi dari apartemen. Kia naik taxi bersama barang-barangnya. Sedangkan Elang mengikutinya di belakang, menggunakan motor sportnya.

Dan saat ini keduanya sudah sampai di rumah minimalis milik Kia. Namun, terlihat mewah karena desainnya modern.

"Maaf rumahnya kecil. Itu kamar kamu," Kia menunjuk kamar tamu yang tidak jauh dari kamarnya.

"Kenapa gak tidur bareng? Lagian udah nikah kan?" Elang menaik-naikan alisnya membuat Kia melotot.

"Tenang aja, gue gak bakal macem-macem. Gue tau kita masih sekolah. Gue tau batasan, gak bakal pernah ngelakuin apapun sebelum lo sendiri yang izinin," ujar Elang meyakinkan.

"Tapi ...."

"Gue cuman pengen tau rasanya jadi suami istri beneran. Pengen ngerasain tidur ada yang nemenin, gak lebih. Percaya sama gue," ia mengangkat kedua jarinya membentuk v.

Kia menghela nafasnya pelan. Ia mengangguk tanda mengizinkan, "Kamu duduk dulu aja, aku mau beresin kamar sekalian naro barang-barang."

"Mau di bantuin?" tawarnya.

"Gak usah, kamu istirahat dulu aja."

Elang hanya mengangguk dan memilih menunggu di sofa. Menyenderkan tubuhnya hingga tertidur karena merasa lelah. Wajahnya kembali babak belur karena ulah saudaranya sendiri.

Setelah beberapa menit berlalu. Kia kembali menghampiri suaminya dengan pakaian sudah berganti menjadi piyama tidur pendek. Ia menepuk-nepuk pelan tangan suaminya untuk membangunkan.

"Elang!"

Elang mengerjap-ngerjapkan matanya yang perlahan terbuka, "Tidurnya di kamar aja. Bersih-bersih dulu!" titah Kia.

Elang hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar istrinya. Begitupun Kia pergi mengikuti, ia menyiapkan piyama tidur milik suaminya. Setelah Elang masuk ke dalam kamar mandi, ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan mulai memejamkan matanya.

Tidak lama, Elang keluar dari kamar mandi. Ia tersenyum tipis melihat istrinya sudah tertidur membelakangi. Kakinya mulai melangkah mendekat, dengan perlahan ia naik dan ikut merebahkan tubuhnya. Ranjang yang tidak terlalu besar, sangat pas di tempati berdua.

Elang melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Membuat Kia yang belum tertidur, tersentak kaget.

"Ngapain?"

"Peluk aja, janji gak bakal aneh-aneh. Gue capek mau tidur," ucapnya sambil memejamkan matanya.

Kia terdiam, hingga tidak lama terdengar suara dengkuran halus suaminya. Kia dapat merasakan nafas hangat terasa di leher belakangnya.

...***...

Hari-hari kian berlalu. Sesuai omongannya, Elang sekarang menjadi pekerja keras. Walaupun masih sekolah, ia terus mencoba bekerja untuk membiayai dirinya dan istrinya. Elang ingin menafkahi dari hasil kerja kerasnya sendiri, tanpa uang dari orang tuanya. Setelah menikah dan jatuh cinta, membuatnya belajar menjadi lebih dewasa.

Elang mengikuti grup band, setiap pulang sekolah ia akan tampil di cafe-cafe. Belum lama ia gabung, banyak yang menyukainya. Selain wajahnya yang tampan, orang-orang sangat mengagumi suaranya. Membuatnya semakin banyak job, bahkan hari Sabtu-Minggu pun jadwalnya sangat padat. Terkadang membuatnya kelelahan. Namun, Elang tidak pernah menyerah.

Ia akan terus berusaha, bahkan sekarang sudah jarang bolos dan semakin rajin belajar demi masa depannya. Apalagi kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus, banyak sekali tugas. Kesibukannya itu membuatnya jarang sekali menongkrong dengan teman-temannya.

Seperti saat ini, tepat pukul 23.45 malam hari. Elang baru saja pulang, hari ini malam Minggu dan dirinya habis tampil di sebuah mall. Kebiasaannya setiap pulang, ia akan membawa makanan untuk istrinya. Begitupun malam ini, Elang tahu pasti istrinya akan selalu menunggunya. Ia membawa martabak dan beberapa cemilan lainnya.

Elang menyenderkan tubuhnya di sofa karena merasa lelah. Matanya terpejam sejenak, lalu kembali terbuka menatap wajah istrinya. Senyuman mengembang di sudut bibirnya, hanya melihatnya saja membuat rasa lelahnya hilang.

"Mau di pijitin?" tawarnya.

Elang tersenyum, lalu mengelus pipi istrinya yang semakin chubby. Mungkin karena sering di kasih makanan setiap malam, membuatnya semakin gembul. Elang tidak ilfeel, dia malah semakin menyukainya. Di matanya, istrinya sangat menggemaskan.

"Kamu gak cape emang?"

Kamu? Ya selama ini mereka semakin dekat, dan Elang mulai mengubah panggilan menjadi aku-kamu. Semakin ke sini gadis itu membuatnya semakin tergila-gila. Bahkan Elang memiliki panggilan kesayangan untuknya.

Kia menggeleng sambil tersenyum, ia menarik kaki suaminya ke atas pahanya.

"Kamu pasti cape, sibuk banget sekolah terus kerja. Padahal kata aku juga, pake dulu aja uang aku," ujar Kia sambil memijit kaki suaminya.

"Gak perlu, sweetie. Udah kewajiban aku sebagai suami. Cari nafkah dan kamu cuman perlu nikmatin," ucapnya lembut.

Ucapannya membuat Kia meleleh, pipi chubbynya bersemu. Entah kenapa semakin ke sini membuat jantungnya semakin berdebar kencang saat bersama suaminya. Siapa yang tidak akan meleleh memiliki suami seperti Elang? Udah tampan, tubuh bagus, baik, lembut, romantis, perhatian, pekerja keras, pokoknya paket lengkap deh.

Suasana mulai hening, Kia menatap suaminya yang tertidur. Wajahnya terlihat sangat lelah, kurang istirahat.

'Liat lo gini buat gue makin gak tega.'

'Gue gak mau semakin jauh, sepertinya gue harus segera bertindak lagi.'

'Sorry, kebahagiaan lo mungkin cuman sesaat.'