Seorang dokter jenius dari satuan angkatan darat meninggal karena tanpa sengaja menginjak ranjau yang di pasang untuk musuh.
Tapi bukanya ke akhirat ia justru ke dunia lain dan menemukan takdirnya yang luar biasa.
ingin tau kelanjutannya ayo ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Tangga batu itu terasa tak berujung. Setiap langkah menuruni kegelapan seperti ditelan bumi. Obor yang dibawa Mo Feng hanya memberi cahaya kecil, namun dinding sekitar berkilau samar, seolah berlapis mineral asing yang memantulkan sinar ungu.
“Semakin dekat kita… semakin kuat denyut segelnya,” bisik Mo Feng tanpa menoleh.
Li Xiaoran merasakan hal yang sama. Di dalam ruang dimensi, Shui Ying dan Bai He tampak menegang. Yue Lan bahkan menutup matanya, seakan menolak melihat.
“Ran’er, apa kau merasakan itu? Bukan sekadar aura roh biasa… ini kekuatan yang pernah melahap daratan ribuan tahun lalu.” suara Shui Ying menggema lirih.
Xiaoran menelan ludah, tapi langkahnya tak surut.
Setelah entah berapa lama, lorong itu terbuka ke sebuah ruang luas. Langit-langit gua menjulang, dihiasi ukiran naga yang sudah aus dimakan waktu. Di tengah ruangan, ada lingkaran batu raksasa dengan simbol-simbol kuno yang terus berdenyut ungu gelap, retakan menjalar seperti sarang laba-laba. Dari celah retakan itu, kabut hitam pekat merembes keluar, berputar-putar seolah hidup.
Li Xiaoran berhenti, menahan napas. “Inikah… segelnya?”
Mo Feng mengangguk. “Sumber semua rahasia Xiang. Jika ini pecah sepenuhnya… bukan hanya negeri ini yang musnah. Dunia bisa kembali ke zaman kabut.”
Sebelum Xiaoran bisa menjawab, suara tawa dingin menggema di seantero ruangan. Dari kegelapan, beberapa sosok berjubah hitam muncul. Wajah mereka tersembunyi di balik topeng perunggu, tapi mata mereka berkilau merah darah.
“Kau membawa anak itu, Mo Feng,” ucap salah satu dari mereka. “Bagus. Dengan begitu, segel bisa benar-benar runtuh lebih cepat.”
Xiaoran segera menghunus pedangnya. “Jadi kalian yang disebut Bayangan Leluhur.”
Mereka tertawa, suara mereka bergema seperti bisikan ribuan mulut. “Kami adalah warisan asli Xiang. Leluhur kami membuat perjanjian, dan kini waktunya kami menagih.”
Aura gelap menyebar dari tubuh mereka, membuat simbol di tanah bergetar makin liar. Retakan segel semakin lebar, dan dari dalamnya terdengar raungan… bukan lagi sekadar suara, tapi kehadiran yang begitu besar hingga dada Xiaoran terasa terhimpit.
Mo Feng maju selangkah, aura hitam keunguannya menyala. “Xiaoran! Pegang pedangmu erat-erat. Jangan biarkan kabut menyentuh jiwamu!”
Kabut hitam dari celah segel mulai menjulur seperti tangan-tangan halus, mencoba meraih tubuh Xiaoran.
Shui Ying berteriak di dalam benaknya. “Ran’er! Jika kabut itu masuk ke hatimu, kau akan menjadi salah satu dari mereka!”
Li Xiaoran memejamkan mata sejenak, lalu menghunus pedang dengan cahaya peraknya yang menyala, menyibak kegelapan. “Aku tidak akan membiarkan kabut ini menelan siapapun lagi!”
Kabut dan cahaya pedang beradu, menciptakan ledakan energi yang mengguncang seluruh ruang bawah tanah.
Dan pertempuran untuk segel pun dimulai.
Ledakan pertama membuat seluruh langit-langit gua bergetar. Debu berjatuhan, sementara simbol kuno di lantai terus berdenyut tak terkendali. Kabut hitam menari liar, seolah memiliki nyawa. Ia berputar, merayap, dan melolong seperti binatang kelaparan yang baru saja dibebaskan dari kurungan.
Li Xiaoran memutar pedangnya, cahaya perak dari bilahnya menjadi satu-satunya cahaya suci yang sanggup menahan kegelapan. Namun, kekuatan kabut itu bukan sembarangan setiap kali ditebas, ia akan memecah menjadi ribuan serpihan lalu menyatu kembali, semakin pekat dan semakin menyesakkan.
Mo Feng berdiri di sampingnya, aura ungu hitam yang melingkupinya seakan melawan kabut, tetapi ada sesuatu yang berbeda kabut itu tidak berusaha menelannya. Justru, ia seperti menyambut Mo Feng, mengibaratkan dirinya sebagai anak kandung yang kembali pada pelukan ibunya.
Xiaoran melirik, curiga. “Apa kau… bagian dari mereka?”
Mo Feng menoleh sekilas, matanya berkilat dingin. “Tidak. Tapi darahku pernah disentuh kekuatan yang sama. Karena itulah aku bisa melawannya. Fokus pada pedangmu, Xiaoran. Hanya cahaya kontrakmu yang bisa memutus kabut ini.”
Belum sempat ia membalas, tiga sosok berjubah hitam maju ke depan. Gerakan mereka cepat, tubuh seperti bayangan. Salah satu mengayunkan tangan, dan dari telapak tangannya keluar bilah hitam menyerupai sabit, terbuat murni dari kabut pekat.
Xiaoran menangkis, suara benturan besi dan bayangan beradu memekakkan telinga. Percikan cahaya berhamburan, dan dalam hitungan detik ia harus menghadapi dua lawan sekaligus yang bergerak secepat angin.
Pedang Xiaoran menari, setiap ayunan penuh ketepatan, hasil dari latihannya . Namun melawan kabut, pedang biasa saja tak cukup. Untungnya, Bai He yang berada di dalam ruang dimensi tiba-tiba bersuara lantang:
“Ran’er! Serahkan sedikit energimu padaku, biar aku menyalurkan sayapku!”
Xiaoran mengangguk cepat. Ia menarik napas dalam, membiarkan sebagian aliran kontrak roh mengalir ke dalam pedangnya. Seketika, bilah itu menyala dengan motif sayap api putih. Begitu ditebaskan, kabut yang menyambar langsung terbelah dua, teriakannya melengking kesakitan.
Bayangan Leluhur yang mengenakan topeng perunggu itu mundur, darah hitam menetes dari lengannya.
“Pedang kontrak…” bisiknya dengan suara berat. “Anak ini benar-benar pewaris terkutuk. Sang ratu agung”
Xiaoran berbalik, menatap dingin. “Jika terkutuk berarti melawan kalian, maka aku menerima kutukan itu dengan senang hati.”
Bersambung
btw kbr pangeran kedua dan permaisuri gmn ya? gk dibahas lg ending nya
mana misterius pulak lagi
ngambil kesempatan dalam kesempitan ini namanya, gak mau buang tenaga tapi cuma mau untung nya aja.