"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Dia Segalanya Bagiku
Suasana kota yang tampak ramai namun tetap teratur lalu lintasnya. Para turis membaur dengan masyarakat lokal yang ikut mencari hiburan di tengah keramaian kota yang menawarkan beberapa restoran siap saji maupun pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan yang dicari oleh para turis sebagai oleh-oleh.
Khalid memilih beberapa aksesoris wanita yang terbilang mahal untuk Rani. " Apakah ini untukku?" tanya Rani saat Khalid mengenakan gelang ditangan nya.
"Tentu saja untukmu sayang. Masa buat pelayan." Mencium tangan Rani dan memberikan beberapa tote bag pada Rani yang melihat isinya sebentar.
Mata Rani membulat penuh karena Khalid membelikan untuknya pakaian haram yang berbentuk unik namun sangat merangsang.
"Ya Allah. Apa gunanya pakai ini kalau nanti juga disobek sama dia," batin Rani yang sudah tahu bagaimana gaya bercinta suaminya yang mudah terangsang dan tidak sabaran untuk menyentuhnya.
"Kamu sudah mendapatkan barang mu?" tanya Khalid.
"Sudah. Rani menunjuk ke arah kasir di mana barangnya sedang di kemas.
"Biar aku yang bawa. Kamu tidak boleh memegang apapun kecuali lenganku." Mengecup bibir Rani dengan mengangkat cadar wanita itu membuat beberapa SPG di toko itu sangat iri atas kemesraan mereka.
"Jangan mencium di depan umum. Malu Khalid," protes Rani.
"Menunggu sampai di villa terlalu lama sayang. Lagian aku ingin membuat wanita di sini iri padamu. Mereka seakan meragukan kecantikan istriku," goda Khalid.
Rani mencubit perut Khalid sambil menahan malu. Keduanya keluar dari toko itu dan ingin mencari makan malam.
"Apakah disini tidak ada yang jual makanan yang halal?" tanya Rani yang belum pernah ke Budapest tapi di kota lainnya.
"Ada. Itu restoran sahabatku. Ayo kita ke sana. Tidak jauh dari sini," ucap Khalid merangkul pundak Rani posesif.
Mata indah Rani cukup menghipnotis para lelaki yang melihat ke arahnya.
"Pakai kacamata mu sayang...! Aku tidak suka kamu diperhatikan oleh lelaki lain," ucap Khalid bucin parah.
Rani mengenakan kacamatanya padahal senja mulai berakhir hari itu menggantikan malam. Keduanya terus menyusuri jalan di mana restoran halal milik Khalid yang dikelola oleh sahabatnya.
Rani memperhatikan bangunan bernuansa timur tengah itu. Sudah banyak turis yang mungkin beragama Islam yang mendatangi restoran tersebut.
Rupanya Khalid sudah ditunggu oleh sahabatnya Raffa. Begitu melihat Khalid, Raffa langsung memeluknya. Keduanya saling bertukar kabar dengan candaan yang tidak jauh dengan pikiran mesum.
"Hati-hati dengan ucapanmu. Istriku mengerti bahasa Arab," bisik Khalid.
"Oh sorry...! Keduanya menggunakan bahasa inggris agar tidak menyinggung Rani.
"Inikah bidadari mu, Khalid?" tanya Raffa tersenyum hormat pada Rani yang mengatupkan kedua tangannya sebagai tanda salam kenal.
"Ratunya bidadari," sahut Khalid begitu memuja istrinya.
"Aku sudah menyiapkan tempat romantis untuk kalian berdua tanpa cctv sesuai permintaanmu. Ayo ikut aku. Makanan kalian sudah disiapkan," ucap Raffa dan Khalid langsung menarik tangan Rani lalu di rangkul pinggang wanitanya.
Raffa paham dengan sifat Khalid yang begitu menjaga wanitanya. Keduanya memasuki ruangan untuk tamu kelas VVIP yang ada di restoran itu. Karena bernuansa Arab, mereka duduk lesehan dengan sajian makanan khas Arab. Raffa meninggalkan keduanya untuk menikmati hidangan makan malam mereka.
Tidak lama kemudian ponsel Khalid berdering. Khalid melihat nama dengan tulisan mommy. Dan lagi-lagi Khalid tidak ingin mengangkatnya.
"Dari siapa Khalid?" tanya Rani.
"Mommy."
"Kenapa tidak dijawab? Siapa tahu penting," ucap Rani.
"Paling mommy meminta aku pulang dan aku sudah berkeluarga. Mommy harus tahu itu," ucap Khalid.
Rani tidak memaksa lagi Khalid. Ia pun menikmati makan malamnya dengan tenang. Namun entah mengapa ia merasa ada yang tidak beres dengan perasaannya. Rani akhirnya memutuskan membuka email-nya. Mungkin ada informasi penting dari rumah sakit. Tapi email itu bukan dari rumah sakit miliknya tapi dari rumah sakit Istambul tempat ia pernah melakukan bedah pada bayi kembar Siam.
"Nona. Ada yang mencari mu dan membutuhkan bantuan mu. Tolong hubungi aku karena ini sangat penting."
Rani melirik Khalid yang masih fokus makan lalu melanjutkan makannya karena ia belum bisa balas email itu karena tangannya masih dipakai untuk makan.
"Ada masalah sayang?" tanya Khalid melihat perubahan ekspresi wajah istrinya.
"Iya sayang. Sepertinya aku diminta oleh salah satu keluarga yang ingin melakukan operasi kembar Siam pada bayi mereka. Itu insting ku saja. Belum jelas kasusnya apa. Sebenarnya aku sangat takut nanganin kasus seperti itu karena sangat beresiko dengan nyawa pasien," jelas Rani.
"Apakah kamu ingin kembali ke Indonesia?" tanya Khalid.
"Ini bukan di Indonesia. Ini dari Istambul Turki. Tapi biasanya permintaan itu dari negara lain. Rumah sakit Istambul sebagai penghubung aku saja," ucap Rani.
"Jika sangat penting sebaiknya temui mereka," ucap Khalid.
"Apakah kamu akan menemaniku?" tanya Rani.
"Iya sayang. Tapi kalau aku punya urusan penting, tidak apakan kalau aku meninggalkan kamu di tempat yang menjadi tujuan mulia mu," ucap Khalid bijak.
"Tidak apa. Yang penting suamiku sudah ridho padaku. Aku hanya butuh doamu saja. Biasanya tidak semua kasus aku tangani dengan baik. Metodenya sudah baik tapi kondisi pasien tidak mendukung dan berujung kematian. Namun yang membuat ku sedih, kelurga mereka selalu menuduh dokternya tidak becus bekerja. Mereka tidak bisa menerima takdir. Maunya ibu dan anaknya harus selamat. Ini sangat membuat ku frustrasi," tutur Rani sendu.
"Bukankah ada perjanjian dari awal saat pihak keluarga pasien menandatangani perjanjian dengan resiko kematian akan mereka terima nantinya?" tanya Khalid.
"Masalahnya orang yang tidak bisa terima kenyataan adalah orang-orang yang tingkat sosialnya diatas rata-rata," ucap Rani yang tidak mau menyebut kelas sosial secara spesifik agar Khalid tidak tersinggung.
"Hmm...! Begitu ya. Aku paham sekarang," ucap Khalid.
Rani mengangkat kedua bahunya dengan perasaan yang kian gelisah. Ia meneruskan makanannya sampai selesai dan segera membersihkan tangannya untuk menghubungi rekannya yang mengirim email padanya.
Sementara itu kelurga Khalid khususnya saudara kembarnya Sarah sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada.
Ia memang sudah memiliki anak kembar pertama yaitu semuanya cewek. Dan saat ini dia sedang menantikan bayi kembar keduanya yang berjenis kelamin laki-laki. Melahirkan bayi laki-laki adalah kebanggaan tersendiri untuk kelurga kerajaan seperti dirinya.
"Princess Sarah. Kami sudah menemukan di mana dokter yang menangani kasus anda. Cuma saat ini kita harus menunggu dia karena kabarnya beliau sedang melakukan bulan madu tapi tempatnya dirahasiakan. Tolong bersabar karena kita masih butuh waktu satu bulan lagi agar bisa melakukan operasi sesar dan selanjutnya operasi pada bayi kembar anda," ucap dokter Hafiza.
"Alhamdulillah ya Allah. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Apakah dia akan segera datang ke sini?" tanya Sarah cemas.
"Belum ada kepastian namun kolega kami akan tetap berusaha meyakinkan beliau," ucap dokter tersebut.
"Maksudnya dia tidak selamanya mau menangani kasus seperti ku?" cecar Sarah.
Dokter Hafiza tidak bisa menjawabnya karena takut salah bicara pada kelurga kerajaan seperti Sarah.
...----------------...