Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbohong?
Alvin yang duduk berhadapan dengan Alma merasa ada yang aneh dengan adiknya, karena penasaran dia pun melihat, mengikuti arah mata Alma. Alvin sama terkejutnya dengan sang adik bahkan dia sudah bersiap akan menghampiri Alvin, namun dengan cepat Alma menarik tangan kakaknya.
"Bang, aku mohon tahan emosi abang. Kita nggak bisa ambil kesimpulan secara singkat hanya karena kita melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jangan gegabah." Meskipun gemetar Alma masih berusaha menahan diri agar tidak terpancing, dia pun harus menenangkan Alvin, karena dia yang paling tidak terima melihat kejadian hari ini.
"Tapi dia sudah berkhianat sama kamu Al, laki-laki seperti itu harus dikasih pelajaran. " Alvin masih belum puas hanya berdiam diri, sedangkan adik iparnya sedang berbicara sambil tersenyum dengan lawan jenis, meskipun tidak ada interaksi berlebihan namun menurut dirinya hal itu tidak wajar.
"Bang Irsan cuma ngobrol, kita nggak bisa bilang itu selingkuh apalagi nggak ada bukti Bang."
Memang benar apa yang dikatakan adiknya, tanpa pikir panjang Alvin meminta Alma untuk menghubungi suaminya lalu bertanya perihal apa yang sedang Irsan lakukan saat ini.
"Hubungi dia atau kamu kirim pesan pada si Irsan mumpung dia sedang pegang ponselnya. Tanyakan pada suami mu itu apa yang sedang dia lakukan sekarang, abang ingin tahu dia jujur apa tidak."
Alma menganguk tanpa menolak permintaan kakaknya dia pun penasaran mengenai jawaban yang akan diberikan Irsan.
'Abang lagi apa, sudah makan siang apa belum? '
Pesan itu terdiri dengan cepat, terlihat dari gerakan irsan membuka kunci di ponselnya dan sepertinya dia langsung membaca pesan dari Alma.
'Kebetulan abang lagi makan siang Al. Kamu udah makan siang belum?'
Balasan yang diberikan Irsan sudah sampai pada Alma, ia sedikit lega karena Irsan sudah jujur, namun dia kembali bertanya sebagai jawaban dari rasa penasarannya.
'Abang makan sendiri, apa sama karyawan restoran?'
Pesan Alma sudah dibaca okeh Irsan, namu laki-laki itu tak langsung membalasnya. Irsan meletakan hapenya du samping meja, lalu ia mulai menyantap makan siangnya, canda tawa mereka masih terdengar meskipun samar, keadaan restoran cukup ramai, para karyawan disibukan dengan pekerjaannya masing-masing.
"Bagaimana Al, Irsan sudah membalas pesan mu?" Tanya Alvin, sementara Alma hanya menggelengkan kepalanya. Tangan Alvin sudah mengepal kuat urat-urat ditangannya terlihat jelas, dia sudah bersiap akan meninjau sesuatu.
"Brengsek!"
"Bang, aku mohon kita nggak boleh gegabah. Kita harus cari bukti yang akurat,aku juga nggak mau digantung kaya gini, tapi kita harus punya sesuatu untuk membuktikan kalau Bang Irsan sudah bersalah."
"Terlalu lama Al, rasanya aku ingin segera menonjok Irsan sampai babak belur laki-laki itu seperti baji*ngan yang tidak tahu diri, terlihat baik-baik saja padahal penghianat."
"Aku tahu perasaan abang saat ini sedang kecewa Aku juga sama Bang,aku tak ingin gegabah. Sebaiknya Abang kabari orang rumah kalau kita sudah sampai di Surabaya. Aku juga ingin mengirim pesan pada mertuaku biar mereka tudak menghubungi bang irsan. "
"Baiklah, lalu Apa rencana selanjutnya setelah ini ?kita tidak punya waktu banyak di sini, dan kita juga butuh kepastian atau sebaiknya kita langsung tanya saja sekarang?"
Alma menggeleng "Dia mungkin saja berkilah. Kita gunakan waktu beberapa hari ini untuk mengumpulkan bukti, jika benar dugaan kita maka aku sendiri yang akan mengakhirinya dengan tenang."
"Apa kamu yakin Al?."
Alma mengangguk "Aku yakin, untuk itu aku mohon bantuan abang, kita rahasiakan ini berdua saja keluarga kita tidak perlu tahu dulu. "
"Baiklah jika itu maupun."
Setelah beberapa waktu irsan membalas pesan Alma
'Aku makan sendiri saja seperti biasa.'
Jawaban pesan yang diberikan berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, Irsan sudah berbohong dan Alma menyaksikan hal itu dengan senyum miris.
'Siapa dia Bang?, bukankah kamu tidak pernah memiliki kekasih?' Tanya Alma dalam hatinya sambil tatapannya fokus pada sepasang manusia yang sedang menyantap makan siangnya.
Alma memutuskan untuk pergi ke toilet dia harus membasuh wajahnya, menenangkan dirinya sebelum memutuskan semuanya. Saat di dala toilet Alma mendengar perbincangan dua karyawan yang sepertinya sedang gantian beristirahat dengan karyawan lain.
"Eh Mas Irsan ngajak cewenya makan siang lagi ya?serasi banget ya mereka, kalau punya anak pasti lucu deh anaknya." ucap salah satu karyawan perempuan yang sedang membersihkan makeup, sepertinya akan berwudhu.
Alma masih fokus mendengarkan keduanya, sambil pura-pura mencuci tangan dan merapikan rambutnya.
"Iya serasi banget, katanya mereka teman kuliah ya? berarti udah kenal lama , ya wajar si kalau mereka pacaran." Sahut karyawan yang satunya.
"Emang iya? tau dari mana kamu, orang Mas Irsan orangnya serius gitu, mana ada cerita-cerita."
"Itu Mas Aji manager restoran ini kan teman kuliah Mas Irsan di jakarta, kamu tau sendiri kalau kasir kita saudara sepupunya sudah pasti informasi ini valid."
Mendengar hal itu Alma semakin yakin kalau irsan sedang menyembunyikan sesuatu. Apalagi ia baru mengetahui kenyataan kalau Irsan sudah menemukan orang kepercayaan untuk mengurus restoran di sini, lalu untuk apa Irsan lama-lama di Surabaya?
Alma menyudahi aktivitas mengupingnya, dia kembali ke meja dimana Alvin sedang menunggu adiknya. Makanan dan minuman yang sejak tadi sudah tiba pun belum di sentuh sama sekali. Alma dan Alvin sudah tak berselera.
"Lama sekali Al?"
"Maaf, tadi aku tak sengaja mendengar percakapan karyawan Bang Irsan. "
"Percakapan apa?" Tanya Alvin penasaran.
"Bang irsan sering membawa perempuan itu makan siang di sini, dan satu hal lagi kalau Bang Irsan sudah memiliki orang kepercayaan yang bertanggung jawab atas restdi sini."
Mendengar hal itu Alvin benar-benar kecewa, selama ini Irsan beralasan tidak pulang karena belum menemukan orang kepercayaan, tapi kenyataannya dia sudah memilikinya.
"Aku harap abang tetap tahan emosi, aku ingin melakukannya dengan tenang tanpa drama. Abang sudah menghubungi orang rumah?"
Alvin menganguk "Sudah, aku juga sudah bilang sama mamah dan ayah agar memberi tahu orang tua Irsan agar tidak menghubungi kamu atau Irsan. Aku bilang kamu dan Irsan sedang menghabiskan waktu berdua, dan mereka setuju."
Alma menganguk setuju dengan ide sang kakak, dengan begitu ia bisa mengumpulkan bukti dengan tenang, apalagi Irsan tidak akan curiga kalau Alma berada di dekatnya.
Alma dan Alvin keluar dari restoran setelah beberapa saat melihat Irsan meninggalkan restoran denga sang wanita. Mereka berdua secara sengaja mengikuti Irsan dan wanita berkerudung itu menggunakan mobil yang sudah Alvin sewa sebelumnya.
Irsan mengantar perempuan itu tepat di depan sekolah SMA bertarap internasional, sepertinya perempuan itu salah satu staf pengajar di sana atau hanya karyawan saja, entahlah.
udh lh al mnding kmu bahagia ja sma pak RT,,, biasa nu dlu msih skrng jdi calon suami,, 😁