Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh Enam
Jamet berjalan menghampiri meja Arka dengan tangannya yang tremor.
Ia meletakkan gelas tersebut dengan wajahnya yang semakin pucat. Sepertinya ia menahan rasa sakit yang cukup berat namun memaksanya untuk tetap bekerja.
treeetak treeetaaak
Terdengar suara gemeretak antara gelas dan piring berbahan keramik berisi kopi yang saling beradu. Air berwarna hitam dengan campuran gula pasir itu bergoyang bagaikan sebuah gelombang dilautan, dan hampir saja tertumpah dari wadahnya.
Arka masih sibuk memperbaiki kemejanya yang acak-acakkan.
"Met," ucapnya dengan lirih.
"Ya, Pak." sahut pemuda itu tak kalah lirih, bahkan hampir tak terdengar.
"Jangan pernah ceritakan hal ini pada siapapun," pintanya dengan nada penuh harap.
Jamet hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia sendiri merasa kasihan pada Arka yang saat ini sedang dikejar-kejar oleh Riri yang terlihat sangat berambisi.
"Sebaiknya bapak menghindari wanita itu, Pak. Jangan sampai bapak kena marabahaya, sebab pengaruh pesonanya adalah musibah," ucap Jamet dengan nada bergetar.
Arka mengusap wajahnya. Ia merasakan ucapan dari sang Office Boy ada sesuatu yang tersirat dalam maknanya.
"Apa maksudmu?" tanya Arka dengan rasa penasaran yang cukup besar.
"Intinya jangan sampai terpengaruh, Pak. Itu saja. Saya tidak bisa jelaskan." Jamet merundukkan kepalanya, lalu berpamitan untuk pergi keluar dari ruangan tersebut.
Arka menoleh ke arah Jamet yang saat ini sudah menghilang dibalik pintu.
Saat bersamaan, suara adzan Dzuhur berkumandang. Sesaat hati Arka bergetar. Ia ingin sekali untuk shalat, namun hatinya menolak.
Sesaat ia mencoba memaksakan dirinya untuk melawan apa yang sedang mencegahnya. Meskipun begitu berat, Arka pergi ke akmar mandi. Lalu membersihkan dirinya dan segera berwudhu.
Setelah selesai, ia membentangkan sejadahnya, lalu mulai mengangkat takbir.
Praaaank
Gelas yang masih berisi kopi dan belum tersentuh itu tiba-tiba terjatuh ke lantai tanpa sebab. pecahan kaca itu berserakan, dengan airnya yang mengotori lantai.
Arka terus melanjutkan shalatnya. Namun gangguan tak hanya sampai disitu, sebab tiba--tiba saja pintu kamar mandi dihempaskan dengan cukup keras.
Braaak
Arka tersentak kaget, namun masih terus melanjutkan shalatnya, hingga sampai diakhir salam, tiba-tiba saja jam yang menempel dinding terhempas ke lantai, dan kembali membuat keterkejutan bagi pria tersebut.
Pecahan kaca berserakan dan hal itu membuat Arka merasa sangat bingung.
Saat bersamaan, Arka merasakan sakit dibagian perutnya, seperti sebuah tusukan jarum yang cukup menyakitkan.
"Laa ilaaha ilaa anta subhanaka inni kuntu minadzhalimin," ucapnya dengan wajah meringis menahan sakit. "Ya Rabb, sebagaimana Engkau mudahkan Nabi Yunus keluar dari perut ikan Nun, maka mudahkan lah segala urusanku, sembuhkan lah penyakit dan sakitku, dan perbaiki lah bubunganku dengan istriku ," doanya dengan penuh keyakinan.
Perlahan rasa nyerinya mukai mereda, meskipun belum sepenuhnya.
Arka menyudahi shalat dan doanya, lalu akan kembali ke meja kerjanya.
Namun ia dikagetkan oleh penampakan yang sangat mecengangkan. Dimana banyaknya kaca pecah yang berserakan, bahkan kopi yang belum sempat disentuhnya juga sudah tertumpah, padahal terletak ditengah meja.
"Astaghfirullah halladzhim..," Arka berucap spontan, sembari mengerutkan keningnya. Ia mulai merasakan kejanggalan yang terjadi akhir-akhir ini.
"Apa sebenarnya yang terjadi?" gumamnya dengan lirih, namun ia terus mengamati sekitarnya, mendadak ia merasakan punggungnya menebal, seolah ada sesuatu yang tak kasat mata sedang berada dibelakangnya dan mengikutinya kemanapun pergi.
Sesaat ia teringat akan ponselnya yang sedari tadi dinonaktifkan. Ia mengambil dari dalam tas kerjanya. Lalu mengaktifkannya kembali. Sebab tadi ada rapat dadakan, dan ia tidak ingin diganggu.
Ia ingin menghubungi Jamet dan meminta tolong untuk pria itu membersihkan ruangannya.
Akan tetapi, ia melihat notifikasi panggilan tak terjawab dari nomor ketua RT. Arka mencoba mengabaikannya sejenak, sebab ia akan menghubungi Jamet terlebih dahulu.
Saat panggilan tersambung, ia mendengar jawaban pemuda itu seperti sangat lirih, dan sedang mengerang kesakitan.
"Kamu kenapa, Met? Kamu sakit? Kalau iya, minta Joni yang menggantikan, dan kamu pulang saja untuk berobat," titahnya pada sang Office Boy yang selama ini bekerja cukup lama padanya.
"I-iya, Pak. Nanti saya sampaikan pada Joni," sahut Jamet dengan wajah memerah menahan rasa sakitnya.
Ia menyesali mengapa harus terjerumus pada perzinahan itu, yang pada akhirnya membawa ia pada kenistaan dan juga penderitaan.
Arka mengakhiri panggilannya, lalu mencoba menghubungi pak RT yang tadi sudah mencoba menghubunginya berulang kali.
Panggilan tidak tersambung, sepertinya nomor Pak RT sedang tidak aktif.
Ia mengalihkan tombolnya, lalu menuju galeri. Sepertinya ia terlihat sangat gabut hari ini.
Sesaat matanya tertuju pada sebuah foto bocah laku-laki berusia dua tahun dengan pipinya yang gembul dengan senyum yang begitu ceria.
"Raihan," gumamnya lirih. Ia menatap lama foto tersebut. Apakah ia lupa kapan terakhir kali menggendong yang bayi menggemaskan itu?
Ia mengusap layar ponselnya dan mengusap wajah didalam foto tersebut, tiba-tiba ia merasakan kerinduan yang hadir meski hanya seujung kuku.
"Maafin papa, Sayang. Kamu sekarang dimana?" ia baru menyadari jika tidak melihat puteranya beberapa hari ini. Bahkan ia tidak mendengar celoteh manja dari sang bocah.
Drrrrrt drrrrrt drrrrt
Sebuah panggilan masuk dengan nama kontak Pak RT telah membuyarkan renungannya. ia mencoba menggeser tombol hijau diponselnya.
"Hallo, Assalammualaikum, ya, Pak," sahutnya dengan sesopan mungkin.
"Maaf, Mas Arka. Kami tadi sudah mencoba menghubungi tapi tidak tersambung. Saya ingin menyampaikan kalau istri bapak sedang berteriak-teriak dirumah. Pagi tadi ia membuat keonaran, dan kami para warga sudah menenangkannya dengan memanggil.dokter, namun sepertinya pengaruh obat itu sudah habis, dan kini kembali berteriak, warga merasa terganggu,"
Deeeegh
Arka tersentak kaget. Ia semakin merasa sangat dilema. Ia takut untuk pulang. Ia takut jika akan melakukan kekerasan lagi pada istrinya, dan ia terdiam mendengar penuturan dari pak RT.
Akan tetapi, disisi lain, ia merasa iba, dan juga kasihan, semua hati dan fikirannya sungguh saling bertentangan.
"Terimakasih infonya, Pak. Saya akan segera atasi, maaf sudah merepotkan semuanya," sahut Arka.
"Iya, Mas. Sudah, ya. Saya lagi ada keperluan, Assalammualaikum," ucap Pak RT dari seberang telepon, lalu mengakhiri panggilannya.
"Waalaikumsalam," jawab Arka lirih. Ia meletakkan ponselnya diatas meja, fikirannya saat ini sedang kalut. Emosinya sangat mudah sekali meledak, dan ini membuatnya semakin terbebani.
Wwwwwuuush
Ia.merasakan kembali hembusan angin berhawa panas, dan hatinya kembali gelisah, namun fikirannya tertuju pada Gita yang dinyatakan seperti orang depresi.
~Sesulit apa hidup dan ekonomimu serta masalahmu, maka bacalah selalu tasbih Nabi Yunus yang merupakan mustajab segala doa. Niatkan segala apa yang kau inginkan, Insya Allah akan terkabulkan.
~Tasbih Nabi Yunus juga bagus bagi wanita yang akan melahirkan, karena akan dipermudah persalinannya.
kaauupok mu kapan dehhh
dan di lubang lily nnti ada bisa kelabang siapa yg mencicipi akan metong /Facepalm/