perjalanan seorang anak yatim yang berusaha menjadi pendekar untuk membalaskan dendam atas kematian pamannya karena perampokan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Badar
Arya berlari ringan dan cepat meninggalkan mereka, tubuhnya melesat di antara pepohonan seperti bayangan angin. Gerakannya nyaris tanpa suara, hanya gesekan ringan dari rerumputan yang terinjak yang memberi tanda kehadirannya
"Kejar dia! Jangan biarkan lolos!"
Suara suara pengejarnya masih terdengar dan semakin dekat, bukan karena ilmu meringankan tubuh nya kalah tetapi mereka lebih hapal dengan daerah situ di bandingkan Arya yang baru keluar berpetualang
"Lukai kakinya! Biar dia gak bisa kabur jauh!" teriak salah satu dari mereka
Wuuut
Arya memutar tubuhnya sedikit ke samping saat satu anak panah meluncur cepat di udara,
Clap
anak panah itu menancap di batang pohon tepat satu jengkal dari wajahnya. Arya menjadi marah, ia berdiri dan berbalik menunggu para pengejarnya ,matanya menyala penuh perhitungan. Ia meloncat dan berdiri di sebuah batu besar di tengah jalan setapak sempit.
tak lama empat orang muncul, semuanya berpakaian lusuh namun bersenjata. Mereka adalah anak buah Badar, yang kini berdiri agak jauh di belakang, tubuhnya yang kekar berdiri dengan percaya diri sambil mengamati Arya seperti seekor harimau lapar yang melihat mangsa.
" Apa kalian yakin ingin merampokku!" tanya Arya , sambil memandang mereka semua, aura nya keluar tanpa di sadarinya
Para pengejarnya saling pandang. Mereka tidak menyangka pemuda yang tampak lemah lembut itu menyimpan aura dingin dan membunuh yang begitu tajam. Tapi mereka sudah terlanjur mengejar. Kembali bukan pilihan. Emas di buntalan Arya lebih dari cukup untuk membuat mereka hidup enak berbulan-bulan.
"Serang!" teriak salah satu dari mereka.
Hiaaaaat
Hiaaaaat
Dengan serempak ke empatnya menyerang Arya dari empat penjuru
" wuuut"
Dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya berputar di udara, kaki kanannya menghantam dada si penyerang pertama.
Dugh
Braaaak
Aaaargh
Tubuh lelaki itu terpental, menghantam pohon , ia berteriak sesaat dan tak lama terdiam untuk selamanya
Hiaaaat
Wuuut
Beeet
Dua orang lainnya menyerang bersamaan dari kiri dan kanan, pedang dan golok terhunus. Arya melompat mundur, kakinya menyentuh dahan pohon rendah lalu kembali menyentak ke depan.
Wuuut
Dugh
Aaaaaargh
Dengan jurus tangan kosong Cakar Elang, ia menekuk tubuhnya rendah dan menghantam tulang kering salah satu penyerang, membuat pria itu jatuh berteriak kesakitan.
Satu yang tersisa kini ragu-ragu untuk menyerang, ia berbalik dan melarikan diri. Arya dengan gerakan cepat mengejar sebelum ia bisa lari, Arya telah berada di belakangnya. Ia menyentuh punggung lelaki itu dengan jari telunjuknya, sebuah sentuhan ringan, namun cukup untuk membuat lelaki itu terguling ke tanah dengan tubuh berwarna merah.
"Racun tapak Merah,?" seru Badar kaget melihat anak buahnya tewas dengan tubuh memerah
Badar menggeram. Ia tahu kini tak bisa mengandalkan anak buahnya yang payah itu. Ia menarik napas panjang, lalu mengayunkan pedangnya sambil maju.
Hiaaaaat
Sriiiiing
Suara logam pedang tercabut dari sarungnya menggema, membuat hutan kecil itu terasa makin mencekam.
"kau harus meninggalkan nyawamu di sini, karena sudah membunuh anak buahku!" teriak Badar marah
Arya tak menjawab. Ia hanya merapatkan kedua telapak tangannya dan perlahan membuka kuda-kuda. Angin di sekitarnya mulai berputar halus, dedaunan bergetar, dan aroma lembut darah tercium samar.
Wuuuuy
Badar menyerang dengan jurus "Harimau Membelah Gunung", pedangnya berayun ke arah leher Arya.
Tapi Arya memiringkan tubuhnya dan menangkis dengan pedangnya,
Traaaang
suara logam beradu terdengar nyaring. Badar terkejut. Ia merasa pedangnya seperti bergetar, serasa mau patah dan tangannya menjadi kesemutan
"Aaaaargh"
Badar mundur selangkah merasa dadanya tiba tiba sesak,
Arya melesat dan menyabetkan pedangnya
Wuuut
Dagh
Aaaaargh
satu pukulan menghantam rusuk Badar, membuat pendekar golongan hitam itu terlempar beberapa meter dan mengerang keras. Ia bangkit, wajahnya marah, lalu mengangkat pedangnya tinggi. Tapi sebelum bisa menyerang, Arya menghentakkan kaki dan melompat ke atas.
Tangan Arya menghantam ke bawah dengan kekuatan penuh.
Wuuut
Bugh
Aaaaargh
Badar menjerit , perlahan tubuhnya memerah Badar menggeliat kesakitan merasakan panas yang merayap dari pukulan Arya yang beracun
Arya menatap lelaki itu dingin, lalu berbalik. Tapi sebelum ia berjalan jauh, suara parau Badar terdengar.
"Kau... takkan bertahan lama... racun itu... akan membunuhmu dari dalam..." ucap Badar menyumpahi Arya sebelum akhirnya ia tewas
Arya berhenti sejenak, lalu menjawab lirih,
"Mungkin. Tapi sebelum itu terjadi, aku akan membuat darah ini berarti." sahut Arya pelan seakan berbicara pada dirinya sendiri
di sungai kecil Arya membersihkan diri. Cahaya bulan terpantul di permukaan air, membuatnya terlihat seperti cermin alam. Di tangannya, sehelai daun pisang terbentang. Setitik darah ia teteskan di atasnya, merah pekat bercampur kilau hitam, seperti tinta hidup yang berbisik maut.
"Teratai Es berumur 500 tahun..." gumamnya.
Ia menatap ke langit. Di sana, bintang-bintang seolah memandu arah.
"Gunung Suralaya... atau mungkin Lembah Dingin di utara. Legenda mengatakan teratai itu hanya tumbuh di tempat yang tidak tersentuh matahari selama ratusan tahun.
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
sementara di perguruan Belati terbang, semua pendekar beraliran putih berkumpul, hati ini mereka akan menyerang markas perguruan Golok Merah, mereka tak menyadari bila rencana mereka sudah bocor dengan adanya mata Mata di pihak mereka.
" kita berangkat , kita bagi tiga bagian pasukan , Luwi kalian menyerang dari sisi kiri, Ki lalang dan Ki Bayu dari sisi kanan kami akan menyerang dari depan" ucap Ki Rendra memberi perintah,
" Siap!" mereka semua serentak menjawab ,Luwi menuliskan beberapa kata. ,dan meminta izin keluar dulu sejenak , di saat orang orang sudah jauh, ia memanggil merpatinya dengan suitan khusus, dan mengirimkan berita ke ayahnya
" Luwi, kamu kamu harus gerak cepat, bagian kiri jangan ada sampai yang lolos. Akan menjadi penyakit di kemudian hari" ucap Ki Rendra memperingati
" baik guru aku akan memastikan tak ada yang lolos" janji Luwi, mereka berangkat bersama ,namun saat akan mencapai tempat itu, mereka berpisah, Luwi mengambil jalur ke kiri, sedangkan Ki lalang, bersama rombongannya mengambil jalur kanan, mereka akan memastikan semua murid Perguruan Dari Golok Merah selamat .