NovelToon NovelToon
Bukan Sekolah Biasa

Bukan Sekolah Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vian Nara

Sandy Sandoro, murid pindahan dengan bakat unik dalam memprediksi masa depan, mendapati dirinya berada di SMA Sayap Hitam. Sekolah ini dijuluki 'sekolah buangan' yang dianggap aneh. Tapi, di balik reputasi itu, Sandy menemukan dunia yang sangat menarik: murid-murid dengan bakat super yang luar biasa, rahasia-rahasia unik, dan suasana yang perlahan mengubahnya menjadi lebih baik.

​Di tengah tawa, konflik kecil, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy dan teman-temannya terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah mereka—sebuah misteri yang berhubungan dengan masa lalu dan masa depan.

​SMA Sayap Hitam bukan sekadar sekolah biasa, dan Sandy bukanlah murid biasa. Mereka adalah bagian dari takdir yang luar biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 : Nervous

Hari yang cerah. Langit mendukung pertandingan yang sebentar lagi di mulai. Tapi, suasana kelasku, pemain yang menganalisis pertandingan kemarin yang sangat amat bikin mental jatuh, Fahri, Alex, Bora, dan aku lemas tak berdaya di ruang ganti.

Sangat gila. Tujuh kosong, sepuluh kosong. Akankah kelasku mengalami hal yang sama? Di tambah para cewek kelas akan bertanding juga hari ini tepatnya siang hari nanti.

Aku ingin sekali mendukung Nayyara dan melihatnya bertanding, namun pertandingan pada hari ini akan sangat melelahkan.

IPA 1 VS IPS 2 ( IPS 2)

               VS. (?)

IPA 5 VS IPS 3 ( IPS 3 )

IPA 2 VS IPS 4 (. ? )

               VS. \= (. ? ). VS

IPA 6 VS IPA 8 (. ? )

          .  VS. (?)

IPA 3 VS IPS 1 (. ? )

              VS. \= (. ? )

IPA 4 VS IPA 7 (. ? )

"Sesuai line up pemain yang telah di tentukan, orang-orang yang akan bermain hari ini adalah yang terbaik pastinya." Alex berpidato.

"Kita langsung saja beritahu, inilah dia susunan pemainnya!"

Kiper : Adit

Bek kiri : Beben

Bek kanan : Genta

Bek tengah : Deka, Raga, Ivan

Gelandang : Sandy, Bora

Sayap kanan : Nara

Sayap kiri : Ravel

Striker : Fahri

"Sebentar, kok ada yang janggal. Kenapa mayoritas pemain hari ini itu orang-orang malahan squad yang kebantai sama lawan kita ini?" Dimas menyidik dan menatap tajam Alex .

"Enggak, kok. Perasaan kau saja." Alex mulai berkeringat dingin.

"Kenapa harus Genta yang main? Kau tahu tahun kemarin aja trio absurb bikin kita jadi tim ngakak. Untuk belum di tambah Rino, dah jadi berempat." Dimas beranggapan.

"Berprasangka itu tidak baik, wahai tuan tsundere akut. Siapa tahu line up sekarang adalah yang akan menang." Alex menepuk-nepuk pundak Dimas dengan tangan memegang handphone, tapi malah tidak sengaja terjatuh ke lantai. Kecerahan yang jernih sehingga aplikasi gacha atau spin terlihat.

Judulnya "Yang bakal bermain hari ini"

"ALEX?!" Dimas bertanya dengan senyuman mematikan dengan tangan yang di main-main kan oleh Dimas sehingga tulang jari-jemarinya berbunyi renyah.

"Anu, teman-teman... Ada kesalahan dalam analisis kemarin... Begini... "

"LU MALAH GACHA ORANG-ORANG YANG BAKAL MAIN HARI INI?! KITA LAMA-LAMA DISKUSI STRATEGI WAKTU ITU BUAT APA?!" Dimas berteriak sembari menggoyang-goyangkan tubuh Alex .

"Nentuin posisi pemain doang." Jawab Nara santai, kotak jus yang di pegangnya mulai di minum.

"Lagipula pemain itu tidak penting dalam turnamen sekarang, kita hanya perlu tunjukkan semangat kita dengan baik!" Nara memberikan motivasi dengan berdiri

"Benarkah?!" Empat sekawan absurb dan Reiji berserta teman yang lainnya antusias.

"Semangat untuk di bantai oleh mereka." Nara kembali duduk.

"Sudahlah, kita ibarat orang-orang di anime serangan raksasa. Jangankan mencetak gol, menembus tembok besarnya saja susah." Dimas berlutut pasrah.

"Kau menonton Serangan Raksasa juga? Hebat! Bersiap jadi teman wibu sekaligus otaku seperti watashi?" Reiji bersemangat.

Dimas seketika terdiam. "Sekelas Nara berkata sulit, pasti akan benar-benar sulit." Keluh Dimas.

"Memang semangat kita harus di turunkan mengingat peforma permainan mereka, tapi jangan khawatir itu berlebihan, seperti yang sudah di katakan sebelumnya... Data bisa salah dan kita hanya tunjukkan apa yang kita bisa." Nara meyakinkan sambil mengisap permen milikkita.

Aku akan bermain bersama ayah? Sudah amat sangat lama aku tidak merasakannya lagi. Apakah ibu akan menonton kami juga? (Ivan bersemangat)

Raga memutar malas mendengar Kondisi yang sedang terjadi.

"Bisa tidak aku di gantikan sekarang? Nanggung lagi push rank. Joki akun orang." Deka fokus kepada gawai dengan posisinya miring.

"Gua boleh pasang kamera di kepala, gak? Live streaming sangat penting buat popularitas gua." Ujar Ravel yang bersiap-siap.

"Kacau begini, Sandy." Fahri mengusap wajah.

Aku berpikir keras bahkan sampai role depan dan role belakang. Sekalian buat refleksi diriku sendiri.

"Sepertinya kita butuh acuan motivasi dari seseorang." Akhirnya aku mendapatkan ide.

"Aku sudah panggil Tukang gali makam." Celetuk Bora.

"Untuk apa?" Aku bingung.

"Siapa tahu ada yang saking kena mentalnya terus bunuh diri atau.... " Aku kemudian menutup mulut Bora secara paksa.

"Cukup. Perkataan terlalu berbahaya untuk cerita ini."

"Kalian memang harus membutuhkannya." Ibu Mariska tiba-tiba masuk ke ruangan ganti kami.

Suasana? Hening langsung. Seperti sedang menghadapi raja terakhir dari sebuah game. Sekelas Deka saja langsung keringat dingin dan merelakan akun yang lagi di jokinya, mana permainan masih berlangsung lagi.

"Bahkan ibu sampai harus memanggil Pak Rolex segala. Dulunya juga Pak Rolex adalah guru BK." Pak Rolex memasuki ruangan ketika namanya di sebut.

"Baiklah kalian semuanya. Waktu menuju kick off di mulai tinggal setengah jam lagi. Kalian harus sportif dan tidak curang. Apalagi sampai menggunakan kemampuan spesial kalian. Fokus pada pertandingan yang berlangsung, paham?" Pak Rolex bertanya dan kami semua menjawab "Iya" dengan serentak.

"Kau juga paham?" Pak Rolex menatap tajam Deka.

Deka yang melihat hal tersebut langsung mengalihkan pandangannya seolah acuh.

"Kalau sampai dalam turnamen untuk menentukan perwakilan tim sepak bola dan voli ke festival lomba nasional antar sekolah ada yang menggunakan kekuatannya... Bisa-bisa bapak akan tidak meluluskan orang tersebut dan juga dia akan di berikan hukuman yang lumayan berat, paham?!" Pak Rolex bertanya kembali, dan seperti tadi, kami menjawab serentak, namun sekarang di sertai anggukan kepala.

"Sekian dari saya, mari!" Pak Rolex menundukkan sedikit kepalanya lalu pergi ke luar.

"Katanya mau pidato seperti presiden pertama, malah kabur si onyon teh." Gerutu Ibu Mariska.

"Sebentar, kenapa Rio tidak ada? Ibu sudah jarang melihatnya." Ibu Mariska memperhatikan anak didiknya satu persatu.

Nara mengangkat tangan, meminta izin untuk menjawab.

"Rio memang jarang terlihat Bu. Dia fokus kepada kelas teknologinya. Tapi, kali urgent dia bisa bantu. Ambisi akan cita-citanya sangat besar sekali. Saya sebagai sahabat kecilnya tahu persis seperti apa dia ketika mengejar sesuatu." Jawab Nara.

"Baiklah kalau begitu, ibu berharap Rio segera bergabung kembali dan kelas XI - MIPA 2 kembali rusuh lagi."

"Tapi.... " Ibu Mariska memecutkan cambuknya ke lantai.

"Jangan sampai ibu harus di panggil ke BK karena ulah kalian." Ibu Mariska tersenyum dengan menyimpan Aura sangat mengerikan sehingga satu ruangan mulai berkeringat dingin.

"Mohon perhatian saudara-saudara sekalian, sebangsa dan tanah air—Tim XI MIPA2 dan Tim XI IPS 4 harap segera menuju lapangan. Pertandingan akan segera di mulai!" (Suara Jojon.)

Di tengah pemanggilan tersebut. Dengan santainya Jojon dan Gustian sedang makan nasi Padang di tambah dengan ayam geprek.

Minumannya? Air putih satu galon penuh. Ini untuk nyata. Karena apa? Ayam gepreknya berada di level pedas sangat brutal.

"Maaf saudara-saudara.... Hah!!!." Jojon kepedasan. Keringat keluar mengucur deras dari seluruh tubuhnya termasuk dengan Gustian.

"Lima menit... Berikan komentator lime menit untuk menyelesaikan makanannya.... Hah!!" Jojon kembali kepedasan.

"Lakukan yang terbaik! Ibu tahu kalian pasti bisa melakukannya. Dan seperti yang di katakan oleh Pak Rolex jangan pernah gunakan kemampuan spesial dalam pertandingan. Hukuman sebelum masuk ke BK atau dari Pak Rolex adalah dari ibu dulu..... " Ibu Mariska memecutkan cambuknya ke lantai hingga membuat kami semua terdiam dan semakin tegang seolah bersiap menghadapi eksekusi mati.

"Paham kalian?!"

"Siap Paham!" Jawab Kami serentak.

"Baiklah kalau begitu, semoga sukses. Ibu akan ke pertandingan voli sekarang. Teman-teman kelas perempuan kalian kini sedang berjuang. Ibu Pamit." Ibu Mariska meninggalkan ruang ganti kami.

"Kalau begitu kita bersiap dan bergegas menuju lapangan. Kita tunjukkan bahwa ada perbedaan dalam pertandingan kali ini. Kelas IPA tidak sepenuhnya harus terbantai!" Fahri membakar semangat teman-teman yang lain termasuk diriku.

Semua sudah siap, Kami semua mengecek kondisi satu sama lain agar benar-benar fit saat pertandingan di mulai.

"Baiklah semuanya! Tanpa berlama-lama lagi kita akan saksikan pertandingan pertama di hari kedua turnamen yang akan menentukan perwakilan tim sepak bola sekolah untuk di kirim ke festival lomba nasional antar sekolah seluruh Indonesia!" Jojon kembali bertugas. Acara makannya telah selesai. Perutnya kembung karena kebanyakan air, tapi dia harus tetap menjalankan pekerjaan, toh dia dari klub bebas diskusi.

Di sekolah ada pelajaran khusus contohnya kelas yang Rio ikuti. Sekalian kelas khusus untuk mendukung pengembangan skill para murid, ada juga ekskul yang tidak di miliki oleh sekolah lain. Jika aku sebutkan satu-persatu itu akan panjang. Ambil saja contoh Ekskul diskusi bebas.

Aku akan jelaskan sedikit. Ekskul tersebut di dirikan untuk membantu siswa-siswi memperlancar publik speaking dan juga mencari teman dengan mudah. Nah Jojon ikut ekskul tersebut untuk membuatnya dirinya semakin percaya diri agar bisa mencapai cita-cita sebagai komentator Sepak Bola seperti Valentino Simanjuntak.

Gustian juga katanya ingin menjadi Caster dalam divisi game MLBB Indonesia. Semua ini adalah praktek nyata ekskul itu sendiri.

"Tanpa bahas sana- bahas sini lagi, kita langsung saja melihat para pemain yang memasuki lapangan stadion!" Jojon membuat suasana stadion menjadi sangat ramai.

"Bagaimana menurut saudara Gustian, dengan performa dan penampilan dari rata-rata kelas IPS, Apakah kelas MIPA akan terbantai lagi pada hari ini? Atau jangan-jangan malahan ada kejutan yang akan membuat kita semua sangat terkejut? Bagaimana tanggapannya?" Jojon melemparkan situasi.

"Saudara Gustian?" Jojon baru sadar Gustian tidak ada di sampingnya.

"Lah kok ilang? Gustian?" Jojon bingung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Seseorang datang menghampiri Jojon lalu membisikkan sesuatu kepadanya.

"Maaf sekali, saudara-saudara sebangsa dan setanah air kita Indonesia, nampaknya Saudara Gustian tepar karena makan ayam geprek dan di larikan langsung ke UKS Karena kembung."

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Trik untuk menghilangkan nervous.

Kelas kami dan kelas IPS 4 sudah berbaris rapih.

"Semua orang pada penampilan pertama pasti akan merasakan hal yang sedang kau rasakan saat ini." Fahri menepuk pundakku dari belakang.

Sekilas wajahnya tampak seperti sudah sangat terbiasa dengan suasana ramai di stadion.

Aku menoleh ke belakang lalu mengangguk perlahan.

Wasit mulai berjalan masuk menuju lapangan di ikuti oleh kami semuanya.

"Inilah dia para pemain gemilang kita dari SMA Sayap Hitam, pertandingan yang tentu sangat menunjukkan rivalitas antara kelas IPA dan IPS!"

"Data yang telah di terima menunjukkan data masing-masing pemain yang akan bermain pada pertandingan hari ini." Layar televisi raksasa langsung menunjukkan nama-nama para pemain.

Dimulai dari kelasku XI IPA 2 :

Kiper : Adit

Bek kiri : Beben

Bek kanan : Genta

Bek tengah : Deka, Raga, Ivan

Gelandang : Sandy, Bora

Sayap kanan : Nara

Sayap kiri : Ravel

Striker : Fahri.

"Well.. Well... Well... Sepertinya ini akan menjadi sebuah kombinasi yang sangat sulit untuk di tebak mengingat biasanya XII IPA 2 hanya tampil dalam futsal dengan jumlah 5 orang, bagaimana peforma mereka dengan bermain kesebelasan? Kita tentu akan sangat menantikannya."

"Dan inilah dia... Monster cabang olahraga sepak bola entah itu mini soccer dan futsal... Mereka kali ini akan bermain dalam kesebelasan juga, mari kita lihat susunan pemain tim XI IPS 4."

XI IPS 4

Kiper : Udin

Bek kiri : Marwo

Bek kanan : Asep

Bek tengah : Daniel, Candra, Bayu

Gelandang : Fiko, Dion

Sayap kanan : Opta

Sayap kiri : Julio

Striker : Hanif

"Sulit di percaya! Susunan ini adalah para pemain unggulan ternyata." Jojon menepuk jidat. Para penonton semakin bergemuruh ramai seolah tak bosan dengan pertandingan sepak bola ini.

Karena ini adalah moment yang hanya ada dua atau satu tahun sekali. Selain itu, justru permainan dari SMA Sayap Hitam semuanya sangat mengerikan. Mengerikan secara nyata. Tidak pernah tersorot media tetapi selalu juara satu dalam turnamen futsal dan lainnya. Nama sekolah yang mewakilinya sengaja di samarkan sehingga seluruh penjuru negeri ini tidak akan pernah tahu. Dan Festival lomba nasional antar sekolah seluruh Indonesia ini juga, pertama kali akan di gelar. Itu adalah event yang bisa membantu mendapatkan beasiswa, dukungan skill dan bahkan memudahkan mencari pekerjaan nantinya jika menonjol.

Kelasku dan kelas IPS 4 berbaris menyanyikan lagu Indonesia raya kemudian bersalaman satu sama lain lalu lempar koin dan kelasku mendapatkan bola.

Kami semuanya berkumpul dulu sementara dengan melingkar.

"Nothing to lose. Satu kata itu saja. Yang penting kita tunjukkan bahwa kelas IPS 2 berbeda dan bukanlah lawan yang mudah untuk di remehkan." Fahri memberi arahan karena dia captain dalam tim.

"Sebagai KM hanya ada satu yang akan di sampaikan. Jangan sampai kebobolan dulu di menit awal dan jangan sampai cedera."

"Itu lebih dari satu hal, kocak." Timpal Genta.

"Yang penting itu omongan penting." Balas Alex.

"Baiklah kalau begitu, kita akan tunjukkan peforma terbaik kita!" Fahri mengepalkan tangan lalu mengangkatnya.

"Siap!" Kami mengikuti apa yang di lakukan oleh Fahri.

"Dit, kenapa kamu gemetaran gitu?" Aku memperhatikan Adit yang sedari tadi gemeteran kakinya tak wajar.

"Dia kalau Nervous bakal begitu. Bahkan bisa sampai kayak bayi yang ngompol di celana." Rino menyeringai.

"Berisik, T****!" Adit kesal.

Kami sudah berada di dalam posisi masing-masing.

PRITT! Peluit di bunyikan.

Fahri mengoper kepada Bora, tapi sebelum bola itu tepat menempel di kaki Bora, Hanif merebutnya dengan kecepatan lari yang cepat.

Serangan cepat terjadi. Hanif bermain satu dua dengan Julio dan dalam hitungan detik mereka berhasil membobol pertahanan kelasku.

"Cepat sekali." Bora berusaha mengejar Bola. Dia berlari menuju ruang kosong yang bisa di manfaatkan lawan sebagai tempat mengoper atau shooting tepat dekat kotak penalti.

"Seperti biasa, Tim IPS selalu bermain dengan serangan cepat."

Julio membaca situasi, di sedang berduel dengan Beben. Beben yang bermain curang dengan membaca pikiran sekalipun tidak bisa memprediksi gerakan Julio. Anak IPS 4 tersebut bermain dengan pikiran kosong, tapi tetap memiliki tujuan.

Bola dengan sangat baik di umpan lambungkan oleh Julio mengarah tepat kepada Hanif.

"Umpan Lambung dan...... "

Hanif menyambut bola dengan salto

Adit yang melihat arah bola mencoba menangkap bola, tapi gagal. Padahal Bola tipis mengenai tangan Adit.

Gol pun tercipta dengan sangat indah oleh Hanif.

"GOL! GOLI GOLI, GOL!"

"Pembukaan yang cantik dengan salto di udara oleh Hanif. Ini akan membuat kedudukan sementara di pegang Oleh IPS 4!

Anak-anak IPS berselebrasi sedikit merayakan kemenangannya sementara.

Fahri menatap tak percaya. Dirinya jadi teringat oleh ingatannya yang buruk.

"Ayah dan Ibu kecewa padamu. Kau adalah kegagalan, dan kau seharusnya tidak pernah ada di dunia ini."

Fahri mulai merasakan sedikit sesak nafas.

Kedudukan kelasku tertinggal untuk sementara. Dan dari sinilah awal dari pertandingan yang sangat sengit.

...****************...

Sementara pertandingan di mulai, para anggota OSIS kelas dua belas sedang berkumpul di asrama bawah tanah. Fasilitas SMA Sayap Hitam.

Mereka semua di ruang interogasi, masih membutuhkan jawaban dari Bos The Bear yang sampai saat ini bungkam. Dengan cara apapun juga, dia tetap tidak mau mengatakannya seolah mulutnya tidak punya mulut.

"Obat-obatan itu masih misterius. Kita sudah menelitinya, tapi untuk penawarannya jelas tak Ada. Padahal Nara sudah bersusah payah. Kita harus dapat langsung jawaban darinya." Kak Arthur menatap tersangka dari balik jendela tembus pandang satu sisi dengan lampu yang lumayan redup.

"Aku rasa kau benar. Tapi, bukankah ini mencurigakan." Kak Anastasia menyidik bos The Bear.

"Apanya yang mencurigakan? Apa ini adalah strateginya? jika begitu sungguh konyol. Bungkam terus meskipun sudah di lakukannya kekerasan, Manusia macam apa dia?" Kak Arlo memukul meja lalu menduduki meja tersebut.

"Sabar ngab." Kak Fahmi menenangkan Kak Arlo.

"Tapi, apa yang di katakan Anastasia ada benarnya juga termasuk pertanyaanmu, Arlo." Kak Aurora berpikir mendalam.

"Alma, coba kau cek dia dengan kemampuanmu! Suruh hewan berbahaya untuk merayap dan hinggap bahkan menyengatnya." Kak Anastasia memberi arahan.

"Kalajengking? Sungguh? Hewan itu menakutkan untukku. Coba hadiah setimpal apa yang bisa kah berikan terlebih dahulu." Kak Alma bernegosiasi karena kalajengking adalah ketakutan terbesarnya.

"Tidak ada yang khusus. Bagaimana jika uang saja? Aku juga kurang tahu barang kesukaanmu."

"Begini saja, aku berbicara dengan kalajengking, sebagai gantinya bisakah kau mentraktir ku spaghetti selama satu Minggu? Kalajengking juga adalah hal yang aku takuti." Usul Kak Alma.

"Baiklah." Kak Anastasia mengangguk.

Kak Alma pergi beberapa menit untuk mencari makhluk paling paling mematikan di dunia. Dan bahkan itu tidaklah mudah. Karena habitatnya. Kebanyakan Kak Alma hanya menemukan laba-laba atau kadang kelabang berukuran tak besar.

"Apa kita tidak menonton pertandingan sepak bola? Adikmu bahkan hari ini bermain loh, Anastasia." Kak Fahmi mengalihkannya topik sementara.

"Aku sangat ingin sekali melihatnya, sudah lama sejak aku menonton dia tampil dalam lomba-lomba. Tapi, kita harus prioritaskan keamanan orang-orang berkemampuan." Jawab Kak Anastasia.

"Kita pasti berharap semua ini segera berakhir. Organisasi, kekuatan dan para mafia bedebah yang mendukung mereka, kita pasti mengharapkan semua itu lenyap, dan kita juga menginginkan kehidupan yang normal, bukan?" Kak Arthur masih menatap tersangka.

Semuanya terdiam sementara dan memikirkan perkataan Kak Arthur.

"Untuk itulah kita berjuang seperti ini. Bagaimana kalau kita semua membuat janji bersama?" Kak Arthur berusul, kali ini dia menoleh ke arah anggota OSIS yang lain.

"Janji?" Kak Arlo mengerutkan dahi.

"Kita buat janji, bahwa kita akan terus hidup sampai kekuatan dari meteor aneh ini sepenuhnya menghilang."

"Itu ide bagus." Kak Fahmi antusias. Dia reflek bangkit dari tempat duduknya.

Kak Arthur menaruh satu tangannya udara—tengah-tengah mereka semua berdiri. Di susul satu persatu oleh yang lainnya hingga menumpuk.

"Kalian ngapain kayak gitu terus gak ngajak aku?" Kak Alma tiba-tiba lalu ikut menumpuk tangannya.

"Inilah janji kita yang resmi di ikrarkan." Ujar Kak Arthur.

"Janji apa, hei?! Aku tidak di beri tahu." Kak Alma sedikit kesal.

"Kau sudah dapatkan hewannya?" Tanya Kak Anastasia.

"Tentu saja." Di bawah sepatu Kak Alma sudah ada kelabang berukuran sedang yang sedari tadi mengikuti.

"Kau boleh mencabik-cabiknya, silahkan!" Kak Alma mempersilahkan kelabang masuk melewati celah pintu besi.

Semua mata terfokus kepada kelabang yang sudah mulai merayap ke kepala Bos The Bear. Kelabang itu mulai menggigit kepalanya.

"Dia diam?! Mustahil! Bukankah seharusnya dia mulai kesakitan?!" Kak Arlo memukul kaca tembus pandang satu sisi dengan satu tangan. Untungnya kaca itu tebal.

"Lihat!" Kak Aurora menunjuk.

Semua mata seketika membesar karena sangat terkejut.

Ternyata Bos The Bear hanyalah sebuah ilusi. Setelah di gigit, dirinya malahan menghilang seperti di telan oleh bumi.

"Kita di kelabui selama ini?" Kah Fahmi terkejut.

"BRENGSEK!" Kak Arlo memukul kaca dengan ketas.

"Arthur, Anastasia, bagaimana sekarang?!"

"Tetap tenang kalian semua." Pak kepala sekolah atau bisa di sebut Pak Ghani tiba-tiba masuk ke dalam ruangan di ikuti oleh Bagas dan adiknya Lala.

"Kita memang telah di kelabui, tapi setidaknya kita telah mendapatkan informasi dari orang lain. Adiknya Bagas." Pak Ghani menyeruput kopi.

Semua mata memperhatikan Lala. Remaja perempuan yang dua tahun lebih muda dari Bagas nampak risih dan bersembunyi di balik bada Bagas.

"Dia masih sulit untuk berbicara dengan orang lain. Selana terapi untuk menghapus pencucian otak, Lala belum bisa membuka diri kepada siapapun, termasuk aku sebagai kakaknya." Bagas sedikit tertunduk.

"Aku telah mendengar kebenarannya langsung dari Lala. O3PMI... Mereka menginginkan satu hal yang jelas....... Mereka ingin, tidak—pemimpin 03PMI ingin membangun sesuatu bernama Tower Of Fairy tail. Aku tidak tahu untuk apa, yang pasti sudah jelas itu adalah sesuatu yang mengerikan."

Lenggang sejenak ruangan, semua orang diam dan mulai merinding ketika nama Tower Of Fairy tail di sebutkan.

"Terakhir... Sepertinya aliansi akan menghadapi musuh yang setara juga." Lanjut Bagas.

"Apa maksudmu dengan musuh yang setara? Bukankah anggota-anggota mereka sudah mulai di ketahui, menurut data mungkin jumlahnya ada Lima atau enam, untuk orang. Terkuatnya." Kak Arlo membantah.

"Diam dulu, Arlo! Kita dengarkan penjelasan sekutu kita terlebih dahulu. ini adalah informasi yang sangat penting." Nada Kak Arthur terdengar tenang, tapi sangat serius.

Kak Arlo tak berani membantah, dia kemudian diam seperti yang di perintahkan.

"Kita sepertinya sudah sangat tertinggal. Perlu kalian ketahui, O3PMI telah membangun armada pemburu dan keamanan organisasi yang dinamakan 7 JPSD." Bagas melanjutkan penjelasannya.

"Ini semakin menegangkan saja." Pak Ghani meletakkan kopinya di meja satu lagi di ruangan interogasi.

"Menurut Arfy dan juga wakil dari SMA Palu Adil dan SMAN Elang Merah, dapat di simpulkan bahwa 7 JPSD adalah singkatan dari 7 Jenderal Perubah Sistem Dunia."

"Menurut informasi dari Intel yang satuan kita kirim untuk menyusup ke sana, O3PMI ingin mengubah seluruh peraturan yang ada di dunia dengan sebuah sistem paling tidak masuk akal. Mereka ingin membangkitkan sosok yang katanya bersemayam dalam meteor. Dan terakhir, progress mereka sudah mencapai 70%."

"Tidak mungkin! Yang benar saja? Kita sangat tertinggal jauh dari mereka dan bahkan kita di ibaratkan seperti kumpulan semut yang di kelilingi air lalu tidak bisa kemana-mana." Kak Arlo emosi kembali.

"Ada satu hal lagi, aku lupa menyampaikannya tadi."

Semuanya memperhatikan ke arah Bagas.

"Agar rencana mereka berhasil, mereka berencana menangkap dan menggunakan seseorang yang mempunyai kemampuan melenyapkan serta imajinasi."

"Sudah aku duga, pasti mereka mengincar Nayyara dan juga Vania. Ini buruk sekali." Kak Arthur menghela nafas.

"Kenapa kau tidak memberi tahu kami lebih awal?" Tanya Kak Fahmi.

"Kalian telah melakukan banyak hal. Kalian pelopor dari gerakan untuk menyelamatkan orang-orang berkemampuan. Jasa itu tidak terhitung bahkan sampai membuat asrama ini dan juga mempersiapkan rencana untuk melawan O3PMI. Kami sekutu kalian, sudah sepatunya juga harus melakukan tindakan yang sama. Selain itu, kami juga lupa karna terlalu sibuk menganalisis." Bagas membungkukkan badannya.

"Maaf saya ucapkan, mewakili sekutu yang lain juga."

"Tidak perlu sampai segitunya." Kak Alma tidak enak.

"Angkat kepalamu, Bagas! Kami tidak perlu itu." Kak Aurora juga.

"Tenang saja semuanya!" Semua orang kemudian terdiam kembali.

"Kita semut yang lemah, tapi kuat juga. Kelebihan semut adalah ikatan kuat yang bisa melakukan apa saja." Kak Arthur menenangkan situasi.

"Kalau begitu, kita susun rencana untuk kedepannya. Dan juga kita perketat keamanan." Kak Arthur memberi usul.

Kak Anastasia menatap ruang sebelah yang kosong dari balik kaca tembus pandang satu sisi.

Kak Anastasia memegang tangan kanannya sendiri seolah merasa bersalah.

"Kau tidak perlu khawatir." Pak Ghani berdiri di sebelah Kak Anastasia.

"Kau sudah melakukan apa yang bisa kau lakukan. Jangan menggunakan kekuatanmu lagi untuk memutar waktu. Kau yang mengubah waktu dan takdir semua orang berkemampuan hingga sampai pada titik bisa berkumpul dan harmonis, itu sudah sangat luar biasa. Mengorbankan banyak hal juga sungguh tidaklah mudah."

Pak Ghani menepuk pundak Kak Anastasia, dia mencoba menenangkannya.

"Kini serahkan pada orang-orang yang mendukungmu. Kita sebagai orang berkemampuan spesial tidak akan kalah dengan mereka."

"Tiga bidak yang akan menjadi harapan, kemungkinan itu juga akan segera ada. Para tirani di seluruh dunia akan segera musnah. Kedamaian akan kembali. Bukankah itu semua telah di ramalkan?"

"Mungkin, bapak benar." Kak Anastasia menghela nafas panjang.

Di saat yang lain berbincang dan berdiskusi, Kak Arthur yang melihat Kak Anastasia Berbicara dengan Pak Ghani, dia mengepalkan tangan kuat-kuat seolah membulatkan tekadnya.

"Semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, bukan?" Ingatan Arthur tentang Kak Anastasia semasa dia di tolong muncul kembali.

"Kalau begitu, ayo kita membuat janji. Mulai sekarang kita akan bersama melihat masa depan yang damai."

Aku akan mewujudkannya Anas. Aku akan menepati janji sekarang dan yang Waktu itu, bahwa kita akan terus bersama-sama dan melihat kedatangan kedamaian dunia yang telah di gariskan itu.

****************

Rusia. 8 Oktober 2035

"Ayolah, hibur aku lebih baik. Empat setengah bulan pemulihan, dan aku masih kaku, nih." B memegang kerah baju seseorang yang terlihat sudah sekarat.

"To-tolong..... Ja-jangan... Sa-sakiti.... " Dalam bahasa asing. Orang tersebut kemudian pergi untuk selamanya.

"Yeh, malah meninggal, tidak seru!" B melempar jasad orang tersebut ke tembok.

B berdiri di tumpukan mayat orang-orang yang telah dia siksa.

"B, sepertinya kah terlalu berlebihan. Cepat turun dari sana!" Seorang remaja lelaki dengan masker mulut anti asap menegur.

"Bukankah seharusnya kita menangkap mereka lalu memperalatnya?"

"Jangan begitu, A. Jangan memberiku terguran, aku sangat tidak suka. Terlebih lagi, aku dan kau adalah dua dari tujuh jenderal. Kita adalah pemimpin yang setara. Meskipun PP yang memegang seluruh komando, tapi kita di berikan kebebasan yang leluasa." B berdiri dari posisi jongkoknya.

B tiba-tiba teringat waktu dia di kalahkan oleh Nara hanya dengan drone saja.

"Aku benci orang yang lemah dan aku juga benci kalah. PP waktu itu saat mengobatiku sampai marah besar karena aku kalah. Itu tidak akan terjadi lagi!"

TRING~~~

TRING~~~

"Baru saja di bicarakan orangnya." B mengangkat telpon dari earphone yang dia pakai.

"Sepertinya mereka sudah mengetahui ilusi tersebut. Kau dan A segera menyerbu tempat persembunyian mereka!" Suara lelaki jelas terdengar.

"Maafkan aku PP, tapi kemungkinan kami berdua akan bisa menyerang mereka lima hari lagi. Karena kau sendiri menugaskan kami ke luar negeri, kan?" B menanggapi.

PP terdengar menghela nafas panjang seolah mencoba untuk sabar.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan berikan arahan lain terlebih dahulu. Jangan pernah mencoba melupakan tugasmu! Apalagi kau adalah peringkat lima dari dua belas komandan bulan." PP sedikit mengancam.

"Tenang saja. Kali ini aku akan membawakanmu oleh-oleh yang baik. Gadis bernama Nayyara dan juga Vania itu, kan?" B menyeringai.

"Baiklah kalau begitu."

Telpon di tutup.

"Ya ampun, dia memang tipe orang tidak sabaran sepertinya." B menggeleng-gelengkan kepala.

"Baiklah, sudah saatnya kita beraksi." B tersenyum dengan ekspresi yang seram.

"Aku akan menjadi lebih kuat dan tidak akan ada lagi yang bisa mengalahkanku!" B kemudian tertawa puas dengan niat jahat.

1
pembaca setia
lanjuut
pembaca setia
lanjut
pembaca setia
ok thoor
pembaca setia
keren, pastikan ap terus
pembaca setia
Oka, lanjuuuut
Vian Nara
menarik
pembaca setia
lanjut
pembaca setia
kalau 80 berapa ro aku mulai aktif membaca kembali
pembaca setia
nggak konsisten
Vian Nara: Maaf ya, karena sulit untuk konsisten bagi saya karena saya mengidap penyakit mental yang di mana lamuna sedikit saja sudah membuat cerita yang baru serta kompleks jadinya sulit /Frown/
sekali lagi mohon maaf
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!