Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Menculik Maura
Maura masih bergeming. Ia hanya bisa menatap punggung suaminya yang semakin menjauh. Lalu menghilang dibalik pintu.
Maura terduduk memikirkan bagaimana ia bisa menjalani hari-hari sulit setelah ini. Mengingat ia telah mengandung anak dari pria yang menghabisi keluarganya.
Malam semakin gelap. Sementara itu di luar sana kabut tebal menyelimuti area sekitar bercampur gerimis.
Deru mesin mobil yang terdengar keras, diiringi bunyi klakson membuat Maura mengerjap. Lalu ia bangkit dan megintip dari balik tirai jendela.
Pemandangan menakutkan membuat bibirnya terbuka lebar, sementara matanya mulai melebar. Perlahan, ia mundur ketakutan.
Beberapa mobil terparkir di halaman. Lengkap dengan beberapa penumpang yang berpakaian serba hitam, lengkap dengan senjata mereka yang memberi kesan menantang.
"Maju!" Liam memimpin memberi interuksi.
Jantung Maura seperti mencelos melihatnya. Bagaimana mungkin Liam bisa terus mengikutinya ke manapun ia pergi bersama Danny?
"Danny!" Maura berteriak ketakutan.
Seharusnya ini yang dia inginkan, Liam membawanya pergi dari Danny. Tetapi entah kenapa ia justru berteriak histeris setelah melihat ada banyak senjata mengerikan yang sekelompok orang itu bawa.
Beberapa orang Danny pun tak kalah banyak dan siaga.
Salah seorang pemuda menerobos masuk dan berhasil menemukan Maura. Sementara yang lainnya sedang sibuk dengan kerusuhan yang mereka ciptakan sendiri.
DOR!
Suara pistol meledak membuat Maura panik.
Ekspresinya berubah menjadi lebih tegang. Terlihat jelas jika wanita ini sedang takut dengan kedatangan pria tak dikenal yang menghampirinya.
"Mau apa kamu!" serunya, mata Maura membiak sekitar, ia mencari apapun yang bisa dijadikan senjata.
Nahasnya. Nihil. Ia tak menemukan apapun yang ingin ia gunakan untuk memukul, menikam barangkali. Napasnya tersengal. Keringat seketika mengalir deras membasahi sekujur tubuh dan juga area wajahnya.
"Kau harus ikut kami. Ini perintah." Pria itu mendekat, da meraih paksa tangan Maura.
Maura langsung reflek menendangnya, pria itu sempat terjatuh. Tetapi hanya dalam hitungan detik, ia berhasil bangkit.
Samar-samar Maura masih bisa mendengar suara kegaduhan di luar.
Tetapi dengan cekatan, pria itu langsung memukul tengkuknya. Tiba-tiba suasana sekitar berubah gelap dan Maura tidak bisa lagi membuka matanya.
Pria misterius itu akhirnya langsung mengangkat tubuh Maura dan meletakkannya di bahunya.
Pria bertubuh kekar itu melewati ruang tamu yang berserak. Beberapa orang sedang terlibat baku tembak dan juga baku hantam. Riuh.
Ketika melewati suasana ramai itu. Maura sempat mendengar suara Danny yang berteriak memanggil namanya. Tetapi sayangnya, kelopak matanya sulit dibuka.
****
Sebelum detik-detik Maura terlelap di lantai. Tubuhnya diikat, bahkan diguyur oleh air dingin.
Tubuhnya menggigil. Tetapi ia sempat melihat tepat di bawah tangga bagaimana pria berjas navy itu berlari menuruni anak tangga dengan raut wajah yang terlihat cemas.
"Maura," panggilnya.
Wanita yang sedang dalam kondisi lemah dan basah kuyup itupun berkedip pelan.
'Kenapa kamu melakukan ini, Liam? Jika ini caramu membuktikan bahwa kamu sangat mencintaiku. Itu membuatku takut. Dan aku lega karena telah memejamkan mata.'
Maura berpikir sudah akan bertemu dengan malaikat di atas sana saat ia berhasil membuka sepasang kelopak matanya dengan sempurna. Tapi ternyata, yang terpampang di depannya ternyata adalah sosok pria paruh baya di masa lalunya. Paman Luo.
Pria itu terlihat lusuh, dan berkeringat. Aroma minyak oles terasa menyengat. Dan membuat Maura lagi dan lagi ingin memuntahkan seisi perutnya.
Sementara di ambang pintu. Liam berdiri sambil membawa nampan berisi makanan. Sorot mata Maura, menelusuri setiap sisi demi sisi ruangan. Ia memikirkan di mana kini dirinya berada.
Mungkinkah ia benar-benar sudah tiada? Kenapa ada paman Luo dan Liam? Apakah mereka saling kenal? Bukankah paan Luo bekerjapada ayah Maura? Lalu bagaimana bisa terlihat memiliki hubungan dekat dengan Liam?
Ada banyak pertanyaan terluntas begitu saja di benak wanita itu. Tubuhnya bahkan sudah tidak lagi basah kuyup. Kemeja kering berwarna putih kini melekat di tubuhnya. Matanya membulat sempurna seketika.
"Paman Luo, siapa yang menggantikan pakaianku?" Ia bertanya dengan ekspresi panik.
Paman Luo tersenyum dengan ekspresi khasnya. Senyuman angkuh, setengah mengejek yang dari dulu tidak pernah berubah dari sudut bibirnya.
"Tentu saja pelayan, Maura. Mana mungkin putraku lancang menyentuh putri budak caturku sepertimu?"
"Bidak catur?" Maura mengulang pernyataan paman Luo.
"Ya, apa kamu pikir ayahmu adalah benar-benar bosnya? Dia tak lebih penjagal bayaran," terang Paman Luo.
Mata Maura langsung memerah bercampur air mata. Kalimat yang keluar dari bibir Paman Luo nyatanya sangat menyakitkan bagi Maura.
"Tunggu, itu artinya... semua yang dilakukan oleh Ayahku selama ini adalah perintah Paman Luo?" tanya Maura mencoba mencari kejelasan.
Pria itu tersenyum mengejek.
"Aku membayarnya, Maura," cetusnya lalu berdiri setelah Liam berada di dekat Maura.
Kedua pasang mata itu saling pandang. Kini bukan hanya Danny, Maura benar-benar juga membenci Liam.
"Penipu!" teriak Maura.
"Aku hanya ingin menyelamatkanmu, Maura. Anggap saja ini adalah hutang budi keluargaku. Ayahku, sudah lepas tangan sejak ayahmu membelot dan justru mulai dekat dengan Danny. Mungkin ia tidak akan menduga, jika calon menantunya adalah putra dari orang yang pernah dihabisinya di masa lalu."
"Maka aku lebih baik mati membusuk bersama dendam Danny." Maura ludahkan kembali sup yang berusaha dimasukkan ke mulutnya oleh Liam.
"Bukankah kamu yang memintaku untuk membawamu meninggalkan Danny?" Kening Liam berkerut ketika berbicara dan menatap lekat pada Maura.
"Apa sebenarnya rencana kalian? Kenapa harus keluargaku yang kalian jadikan sasaran?" tanya Maura dengantatapan tajam.
"Ayahku sudah menjelaskan. Ia memiliki dendam dengan keluarga Lionel Danny di masa lalu, dan menggunakan ayahmu sebagai bidak. Apa kurang jelas. Bukan salahku jika Danny membalas," sahut Liam.
"Menjauh dariku!" teriak Maura.
Dari sorot matanya yang menyiratkan amarah luar biasa, ia seperti jijik kepada Liam. Ia menyesal telah percaya dan menganggap pria itu lebih baik dari suaminya.
"Aku akan membantumu menghilangkan janin diperutmu. Setelahnya, kita bisa menikah, Maura." Liam berusaha memasukkan sup bercampur obat di dalamnya.
Ia bahkan membuka paksa bibir wanita itu dengan cara menangkup kasar dagunya hingga wanita itu merintis kesakitan. Di saat itulah obat itu dijejalkan.
Maura menggeleng. Lalu....
BOOM!
Tiba-tiba suara mobil menabrak tembok bagian depan bangunan membuat semua terkejut.
Liam langsung berlari memeriksa. Meninggalkan Maura yang lebam seperti habis dipukuli di bagian kaki dan tangannya.
Bagian depan bangunan runtuh. Mobil sport berwarna hitam terlihat tertutup debu reruntuhan. Tak lama berselang, seorang pria berkacamata hitam keluar dari dalamnya.
"Lionel Danny," lirih Maura.
Beberapa mobil lainnya ikut menyusul datang berikut sekelompok orang yang turun dari dalam mobil mereka.
Maura pikir, pertikaian yang sebelumnya terjadi di rumah Danny sudah berhenti, siapa sangka jika keributan itu terus berlanjut hingga ke tempat ini.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...