Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendam yang terbakar amarah
Pak Yoga kembali menarik napas berat. Wajahnya menunjukkan kelelahan dan keprihatinan yang mendalam. "Kasus ini benar-benar sangat berbahaya, Yumi. Kamu lihat sendiri, bukan? Tuan Dominic tidak segan-segan menghancurkan kamu, bahkan merenggut nyawa orang-orang yang kamu cintai. Bisa saja ke depannya, nyawamu lagi yang akan menjadi sasarannya," ujarnya, suaranya penuh dengan keprihatinan yang tulus. Ia mengungkapkan rasa kepeduliannya terhadap Yumi dengan jujur.
Namun, maksud baik Pak Yoga tidak direspon seperti yang ia harapkan. Bagi Yumi, pernyataan Pak Yoga itu sama saja dengan menyerah dan membiarkan Dominic lolos dari hukuman. Ia merasa kecewa dan sakit hati karena tidak bisa membalas kematian orang-orang yang disayanginya. Keinginan Yumi untuk mencari keadilan dan menghukum Dominic jauh lebih kuat daripada ketakutannya akan bahaya yang mengancam nyawanya. Perbedaan pandangan ini menciptakan ketegangan dan konflik antara Yumi dan Pak Yoga, meningkatkan intensitas cerita dan menimbulkan pertanyaan tentang langkah apa yang akan diambil Yumi selanjutnya.
"Dan Bapak berpikir, dengan cara menghentikan saya menyelidiki kasus putra-putra dan ibu saya, juga kasus pria bajingan itu, apakah bisa menyelamatkan nyawa saya?" tanya Yumi, suaranya bergetar karena kemarahan dan kesedihan. Air matanya mulai menetes. "Apa artinya nyawa saya kalau saya tidak bisa menegakkan keadilan untuk ibu dan anak-anak saya!" suaranya meninggi, menunjukkan keputusasaan dan rasa sakit hati yang mendalam. Ia tidak bisa menerima usulan Pak Yoga yang menurutnya sama saja dengan menyerah pada ketidakadilan.
Kekecewaan dan kemarahan Yumi tampak jelas. Ia merasa bahwa Pak Yoga tidak memahami perasaannya dan tidak menghargai perjuangannya untuk mencari keadilan.
"Kamu tidak mengerti, Yumi! Apa yang saya lakukan ini demi untuk kebaikan, kamu. Ketahuilah, nyawamu saat ini pasti dalam keadaan terancam karena sudah berani melawan Tuan Dominic," ujar Pak Yoga, suaranya penuh dengan keprihatinan, namun juga menunjukkan keputusasaan karena Yumi tidak mau menerima usulannya.
"Bapak salah!" bantah Yumi, suaranya bergetar karena marah dan sedih. "Justru dengan apa yang sudah dia lakukan, saya semakin ingin melihat dia meringkuk di penjara sampai tulang belulangnya hancur di sana!" Ia menunjukkan ketegasan dan keputusannya untuk terus berjuang mencari keadilan, meskipun nyawanya terancam.
"Pak Yoga tidak pernah ada di posisi saya! Jadi Pak Yoga tidak akan pernah mengerti bagaimana perasaan saya sebagai ibu dan anak kepada putra-putra saya!" Yumi menangis, bukan karena lemah, tapi karena tekanan emosional yang sangat berat. "Enam tahun, Pak Yoga, enam tahun saya menjadi ibu tunggal untuk kedua putra-putra saya. Saya tidak pernah kenal lelah. Dan dengan mudahnya, si brengsek itu mengambil nyawa anak-anak saya! Dan saat saya ingin menegakkan keadilan untuk mereka, Bapak sendiri yang menghalangi saya!" Ratapan Yumi menunjukkan kesedihan dan kemarahan yang mendalam.
"Yumi–" Pak Yoga mencoba untuk membela diri, namun Yumi memotongnya dengan tegas.
"Cukup, Pak! Apapun keputusan Bapak, kalau tujuannya untuk menghentikan saya, saya tetap akan menolaknya! Apapun yang terjadi, saya akan tetap memastikan si bajingan itu akan berakhir di jeruji besi!" Yumi berkata dengan nada yang tegas dan penuh keyakinan. Matanya berbinar dengan tekad yang kuat. Ia tidak akan menyerah pada ancaman dan tekanan apapun. Keputusan Yumi yang tegas ini menunjukkan keberanian dan keteguhan hatinya dalam mencari keadilan. Ia telah membuat keputusan yang pasti dan tidak akan berubah meskipun risikonya sangat besar, meski nyawa jadi taruhannya.
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘