Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Dingin Udara, Hangat di Hati
Minggu pagi – Vila Cipanas
Kabut pagi turun pelan di sekitar vila. Kayla keluar ke beranda membawa dua cangkir teh. Di sana, Liam sudah duduk sejak matahari belum terbit.
“Udah bangun dari tadi?” tanya Kayla, menyodorkan satu cangkir.
Liam menerima, “Tidurku ringan.”
Kayla duduk di kursi sebelah. Mereka diam sejenak, menikmati suara alam. Angin dingin meniup pelan, membuat rambut Kayla sedikit berantakan.
Liam melirik.“Kamu tahu?” katanya pelan.
“Aku sering iri sama orang yang bisa tidur nyenyak di tempat asing. Kamu salah satunya.”
Kayla menatapnya. “Aku bisa tidur nyenyak bukan karena tempatnya. Tapi karena aku tahu aku nggak sendirian.”
Liam tersenyum tipis. “Itu... sangat Kayla.”
Sementara itu – Dapur Vila
Lala dan Rina sedang ribut soal sarapan.
“GUE BILANG TELURNYA MATENG SETENGAH!”
“LO BILANG REBUS! GUE REBUS!”
“REBUS ITU BEDA SAMA SETENGAH MATENG, DONG!”
Cika masuk dengan rambut acak-acakan. “Udah pagi? Gue berasa baru tidur satu detik.”
“Mending lo bantuin kami sebelum dapur ini jadi zona perang,” gerutu Rina.
“Aku bikin kopi,” kata Cika damai, lalu menyalakan mesin kopi.
Kayla dan Liam masuk tak lama kemudian. Kayla langsung menyingsingkan lengan bajunya.
“Aku bantu ya. Yang bagian mana yang belum aman?”
Lala menunjuk nasi goreng. “Yang itu baru setengah jalan, sebelum Rina mulai nyambel kayak orang patah hati.”
“Aku masih punya hati!” protes Rina.
“Yang gampang patah,” timpal Cika.
Tawa memenuhi dapur. Liam hanya duduk sambil mengamati, diam-diam tersenyum.
Siang hari – Kebun belakang vila
Setelah sarapan, mereka bermain board game di bawah pohon rindang. Liam awalnya tak mau ikut.
“aku tau kamu takut kalah,” ejek Rina.
“Bukan takut. Malas,” jawab Liam datar.
“Tersinggung!” Lala drama menjatuhkan dadu.
Kayla tertawa. “Udah ikut aja, Liam. Rina gak akan berhenti nyinyir kalau kamu diem terus.”
Akhirnya Liam bergabung. Ternyata... dia sangat kompetitif.
"kamu hafal semua kombinasi angka di game ini?” tanya Cika shock.
“Saya terbiasa kerja dengan strategi,” jawab Liam tenang.
Kayla menggeleng sambil tertawa. “Baru pertama kali liat orang main UNO pakai analisis kayak mau merger perusahaan.”
Menjelang sore — Saat suasana mulai tenang
Cika baru saja selesai menyapu daun kering di halaman belakang vila ketika suara mobil mewah berhenti di depan.
Lala yang lagi asik ngelurusin rambut pakai sisir jari, langsung berdiri dan nyengir.
Rina yang tadinya lagi minum teh di teras juga bangkit sambil mengangkat alis.
Kayla menoleh keluar jendela dapur. “Kalian kenal mobil itu?”
Liam yang duduk di meja makan tersenyum tipis.
“Mereka datang.”
Cika memicingkan mata. “Mereka?”
Tak lama, tiga pria turun dari mobil — penampilan mereka rapi, tampan, aura pengusaha muda yang sukses dan penuh percaya diri.
“Astaga,” Lala berbisik ke Rina, “kita baru aja selesai healing, sekarang dikasih cobaan?”
Di depan vila
Liam berdiri menyambut mereka.
“Liam!” seru Renzo
Salah satu dari mereka memeluk cepat.
“Gila, kamu gak ngajak-ngajak healing beginian.”
“Ini dadakan,” jawab Liam.
“Kenalin, ini Kayla dan tiga sahabatnya.”
Kayla melangkah maju, disusul oleh Cika, Rina, dan Lala.
“Ini Renzo,” kata Liam memperkenalkan pria berkemeja hijau zaitun.
“Yang ini Leon, dan yang paling bawel — Damon.”
“Damon paling bawel?” Cika memicingkan mata. “Challenge accepted.”
Damon langsung tertawa. “kamu ngajak ribut? Kita baru kenal satu detik.”
“Lebih baik langsung tahu sifat aslinya,” kata Rina datar, tapi senyumnya menggoda.
Leon melirik Lala. “Kamu dokter juga?”
“Dokter hewan,” jawab Lala bangga.
“Oh pantes… soalnya dari tadi aku ngerasa kamu bisa nyembuhin hati yang ngelolong.”
Semua: “UWWW!”
Kayla tertawa sambil menggeleng. “Astaga, itu gombal tahun berapa?”
Sore makin larut – Suasana makin cair
Mereka semua duduk di halaman, membentuk dua lingkaran yang akhirnya menyatu.
“Jadi kalian sahabat Kayla sejak kapan?” tanya Renzo.
“SMP,” jawab Rina.
“Dia tuh paling pendiem san paling jenius.” tambah Cika.
Kayla hanya tersenyum menatap Cika.
Sebaliknya, para sahabat Liam juga diceritakan sisi unik Liam.
“Dia kelihatan dingin,” kata Bima. “Tapi waktu kecil, dia suka main boneka kelinci, lho.”
Leon melanjutkan, “Dan selalu nyelipin catatan di bukunya sendiri. Isinya? Quote dramatis tentang kesepian.”
Liam menghela napas berat. “Dan kalian gak bisa simpan aib barang dua jam?”
Kayla tertawa, disusul semuanya.
Malam – Api unggun kembali dinyalakan
Musik akustik diputar pelan. Beberapa mulai duduk lebih dekat dari sebelumnya.
Rina dan Renzo ngobrol serius tentang psikologi medis.
Cika dan Damon saling ejek sambil main uno.
Leon sudah duduk manis di sebelah Lala dan bertanya soal vaksin hewan. (Padahal gak punya hewan.)
Liam duduk di samping Kayla lagi, kali ini lebih tenang, lebih dekat.
“Mereka cocok ya,” kata Kayla pelan, menatap teman-temannya yang kini bercanda lepas dengan sahabat Liam.
“Mereka semua orang hebat,” jawab Liam. “Tapi dari semua orang di sini... aku paling bersyukur bisa duduk di samping kamu.”
Kayla menatap Liam lama.
“Aku juga bersyukur kamu datang... bukan karena bisnis, tapi karena... kamu ingin benar-benar mengenal kami.”
Sebelum masuk ke kamar, Damon berseru, “Boleh nggak kita bikin trip kayak gini lagi? Tapi versi camping di danau!”
Lala menyaut, “Asal jangan ada ular, gue ikut!”
Leon menambahkan, “Atau kita bisa bikin semacam kegiatan amal bareng. Medis & sosial.”
Kayla tersenyum melihat semua begitu akrab.
Untuk pertama kalinya, hatinya tak lagi hanya berisi luka.
Tapi juga persahabatan baru, momen manis, dan… awal dari sesuatu yang belum bisa ia namai.
bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....