NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Sang CEO

Istri Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Lestary

"Aku tidak mencintaimu, Raya. Kau hanya pelengkap... sampai dia kembali."

Itulah kalimat pertama yang Raya dengar dari pria yang kini secara sah menjadi suaminya, Arka Xander — CEO dingin yang membangun tembok setebal benteng di sekeliling hatinya.

Raya tak pernah memilih jalan ini.
Di usia yang baru dua puluh tahun, ia dipaksa menggantikan kakak tirinya di altar, menikah dengan pria yang bahkan tak ingin melihat ke arahnya.
Pernikahan mereka adalah rahasia keluarga—dan dunia mengira, kakak tirinya lah yang menjadi istri Arka.

Selama dua tahun, Raya hidup dalam bayang-bayang.
Setiap pagi, ia tersenyum palsu, berusaha tidak berharap lebih dari tatapan kosong suaminya.
Sampai suatu malam, satu kesalahan kecil—sepotong roti—mengubah segalanya.
Untuk pertama kalinya, Arka menatapnya bukan sebagai pengganti... melainkan sebagai wanita yang menggetarkan dunianya.

Namun, ketika cinta mulai mekar di tengah dinginnya hubungan, masa lalu datang menerjang tanpa ampun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch : Dua Puluh Enam

Raya masih berdiri bersandar di pintu setelah Arka meninggalkannya.

Keheningan di ruangan itu begitu tebal hingga ia bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Napasnya keluar berat, seolah beban yang menekan dadanya belum juga berkurang sejak pintu apartemen itu terbuka dua jam lalu.

Ia menarik napas dalam, menutup mata sejenak, mencoba menenangkan diri.

Saat membuka mata kembali, pandangannya terarah ke tempat tidur.

Amara terbaring di sana. Tubuhnya menyamping, wajahnya menghadap ke arah lain.

Tampak tertidur pulas—atau mungkin hanya berpura-pura. Raya tak tahu. Tapi entah kenapa, bahkan saat Amara diam sekalipun, ia tetap membuat udara di ruangan itu terasa sesak.

Raya menarik langkah pelan, malas dan berat. Ia membuka pintu kamar mandi, membiarkan air dingin mengalir deras ke kulitnya.

Ia menatap bayangannya sendiri di cermin, air menetes di pipi, bercampur dengan rasa getir yang tak bisa dihapus begitu saja.

Malam ini, ia tahu… ia tidak akan benar-benar tidur.

*

Pagi datang dengan cahaya matahari yang masih malu-malu menembus tirai ruang tamu.

Aroma kopi memenuhi udara.

Arka duduk di meja makan, setelan jasnya rapi, dasinya sudah terpasang sempurna.

Tablet di tangannya menampilkan laporan keuangan, namun matanya tidak sepenuhnya fokus pada layar. Ada sedikit guratan lelah di wajahnya—bukan karena pekerjaan, tapi karena pikiran yang tidak berhenti semalaman.

Suara langkah pelan terdengar dari arah kamar.

Amara muncul dengan piyama satin berwarna lembut, rambutnya berantakan namun tetap terlihat menawan. Ia menguap kecil sebelum melangkah ke dapur.

“Pagi,” sapanya ringan. “Aku pikir kalian ada meeting penting pagi ini, karena Raya pergi dengan terburu-buru tadi.”

Nada suaranya terdengar polos, tapi ujung bibirnya melengkung dengan makna yang sulit dibaca.

Arka mengangkat wajahnya perlahan. “Jam berapa dia pergi?”

“Entahlah, masih agak gelap,” jawab Amara, sambil menuang kopi ke dalam cangkir. Ia meneguk sedikit sebelum menambahkan, seolah tanpa niat apa pun, “Anak itu ngapain ke kantor subuh-subuh. Apa jangan-jangan dia janjian sama cowok di kantor?”

Nada bercandanya ringan, tapi setiap katanya jatuh tepat di tempat yang bisa menyalakan bara kecil dalam diri Arka.

Arka menatapnya sekilas — tajam, tapi terkendali.

“Aku pergi dulu.”

Tanpa menunggu respon, ia bangkit, mengambil jasnya dan melangkah keluar apartemen.

Amara tersenyum tipis di belakangnya, mengangkat cangkirnya tinggi-tinggi, seolah memberi salam. “Hati-hati, Arka…”

*

Namun bukannya langsung menuju ruangannya di lantai paling atas, Arka menekan tombol lift ke lantai 17.

Langkah-langkahnya teratur, cepat, tapi ada ketegangan yang jelas pada garis rahangnya.

Begitu pintu lift terbuka, pandangannya langsung menemukan sosok yang ia cari.

Raya — duduk di meja kerjanya bersama Clara dan beberapa rekan lain. Wajahnya terlihat lebih cerah dibanding semalam, tertawa kecil di sela obrolan santai.

Bahkan ketika ia tertawa paling keras, ia menutupi mulutnya dengan tangan — kebiasaan lama yang entah sejak kapan membuat Arka hafal.

Namun kali ini, tawa itu bukan tawa yang benar-benar bahagia.

Arka tahu, itu tawa yang digunakan untuk menutupi sesuatu. Luka, atau kecewa — mungkin keduanya.

Ia berdiri di sana cukup lama, diam, memperhatikan dari jauh.

Namun tak butuh waktu lama sampai seseorang menyadari keberadaannya. Clara, yang duduk membelakangi lift, tiba-tiba menegakkan tubuhnya dan memberi isyarat pada Raya untuk berhenti bicara.

Raya menoleh, dan matanya langsung bertemu tatapan Arka.

Tatapan yang dingin, menembus, namun di baliknya ada sesuatu yang lebih dalam — rasa sakit yang disembunyikan dengan rapi.

“Pak Arka.” Clara langsung berdiri, suaranya gugup tapi sopan. “Bapak perlu sesuatu?”

Arka menatap Raya tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.

“Raya,” katanya pelan tapi tegas, “ke ruangan saya.”

Semua mata di sekitar meja langsung beralih ke Raya.

Ia sempat diam dua detik, menegakkan punggungnya, lalu tersenyum tipis kepada Clara.

Clara berbisik lirih, “Sudah aku bilang jangan tertawa terlalu keras.”

Raya menahan tawa getir. “Aku rasa bukan karena itu,” balasnya pelan sebelum melangkah pergi.

Ia berjalan melewati lorong panjang menuju ruangan Arka, mencoba menjaga langkahnya agar tetap stabil meski perutnya terasa tegang.

Setiap tatapan pegawai yang ia lewati terasa seperti sorot lampu di panggung — tajam dan penasaran.

Begitu pintu ruangan CEO itu tertutup di belakangnya, suasana berubah total.

Keheningan.

Hanya suara jarum jam yang terdengar jelas.

Arka berdiri di dekat jendela besar, punggungnya menghadap Raya.

Siluetnya terlihat kokoh dalam cahaya pagi yang menyinari ruangan. Tapi dari jarak itu, Raya bisa melihat bahunya sedikit tegang.

Ia menunggu.

Beberapa detik berlalu tanpa suara, hingga akhirnya Arka berbalik.

Tatapan mereka bertemu, dan untuk sesaat, Raya berharap pria itu akan tersenyum — tapi yang ia dapat hanya pandangan datar, nyaris dingin.

Dan di sanalah Raya sadar, jarak di antara mereka tak lagi diukur oleh langkah, tapi oleh perasaan yang mulai renggang perlahan.

“Kenapa pergi sepagi itu?” suara Arka akhirnya memecah keheningan, datar tapi tajam.

Raya mencoba tersenyum tenang. “Aku hanya ingin memulai hari lebih cepat.”

“Dan meninggalkan rumah sebelum matahari terbit?”

“Kalau aku bilang aku butuh udara segar, apa itu juga salah?”

Arka tidak menjawab. Ia hanya menatap, dalam dan lama, seolah berusaha membaca isi pikirannya.

Namun ketika Arka melangkah mendekat, nada suaranya berubah—lebih rendah, tapi mengandung sesuatu yang berat.

“Raya, aku tidak suka kamu menghabiskan waktu di luar rumah tanpa keperluan penting. ”

Raya memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan senyum lemah.

“Dan aku tidak suka setiap langkahku selalu diawasi.”

Keheningan itu kembali menggantung.

Arka menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengembuskan napas panjang dan kembali ke meja kerjanya.

“Selesai bicara. Kau boleh kembali bekerja.”

Raya menatap punggung Arka untuk beberapa saat — punggung yang dulu menjadi tempat ia merasa aman, tapi kini terasa begitu asing.

Ia berbalik, berjalan keluar ruangan dengan langkah pelan, sementara di dalam sana, Arka menatap layar tabletnya yang kosong.

Ia tidak membaca apa pun.

Karena pikirannya, sejak semalam, berhenti bekerja di satu nama saja — Raya.

📖 To Be Continued...

1
partini
kenapa ga pergi jauh ke lai kota,,ayo be smart jadi sukses ,,cintai dir sendiri baru cintai orang lain
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Ayu_Lestary: Terima kasih 💞
total 1 replies
sutiasih kasih
lagian untuk ap km mngekang raya.... & mmbuat raya dlm situasi sulit....
km sbg suaminya raya sja tak mmberinya kpastian tentang posisi raya... apa lgi km jga GAJE... mmbiarkn masa lalumu hidup bebas dlm satu atap dgnmu dan raya....
rmh tangga macam apa ini arka........
Ayu_Lestary: Arka juga gak tau ini pernikahan macam apa 😭😭
total 1 replies
Dwi Estuning
wah...
momsRaydels
semangat selalu awal yang sangat menarik semangat kak 💪🏼
Ayu_Lestary: Terima kasih 🙏🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!