Kamu punya pengalaman unik bersama pasangan yang dingin? Katanya, bisa mengakibatkan pilek setiap hari, loh.
Duh, kalau hidung yang pilek boleh lah minum obat, tapi, kalau hati yang terus merasa terabaikan bagaimana?
Yuk, simak kisah Jedar (Jeje dan Darren) dalam menjalani kisah cintanya yang begitu menggemaskan.
Jika suka jangan lupa untuk like dan komen di setiap bab, saranghaeyo 💙
Jangan lupa untuk rate Bintang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Belum Usai?
"Kenapa, apa kamu mau kembali sama Mas Darren?" tanya Jeje seraya menatap Rossi.
"Kembali? Kembali yang seperti apa?" tanya Rossi seraya menatap Jeje.
"Tidak usah berbelit," kata Jeje dan Darren menggenggam tangan Jeje yang ada di bawah meja.
Darren tersenyum padanya dan Rossi yang sebenarnya sangat cemburu itu menahan, menahan segala perasaannya.
"Aku tidak berniat seperti itu, tapi, seandainya Darren
memilihku, aku akan menerimanya," jawab Rossi apa adanya.
"Ross," lirih Darren
seraya menatapnya.
Yang dipanggil pun menoleh.
"Iya," jawab Rossi dan Rossi menatap Darren
Dan pemandangan itu cukup membuat hati Jeje menjadi risau, Jeje takut Darren akan kembali pada masa lalunya.
Dan Jeje pun berdeham, ia mengingatkan pada semua orang akan keberadaannya.
Dan Darren
pun menunduk, mau tak mau ia harus menanyakan yang selama ini mengganggu pikirannya.
Sebelum bertanya pada Rossi, Darren
bertanya lebih dulu pada Jeje, "Je, kamu ingin tau hubunganku dengannya seperti apa? Setelah ada kamu, aku tidak mau bertemu dengannya di belakangmu, aku mau kamu tau semua supaya tidak menjadi pertanyaan dalam hati saja."
Jeje terdiam, ia takut untuk mendengar tetapi harus mendengar supaya semua jelas, Jeje pun berniat akan menanyakan perasaan Darren.
Lalu, Jeje menjawab dengan mengangguk.
Darren pun mengusap pucuk Kepalanya dan apa yang Darren lakukan membuat Rossi teringat kalau dulu Darren melakukan itu padanya.
Rossi hanya bisa diam, ia sadar kalau apa yang sedang ia pikirkan adalah masa lalu.
Kemudian, Rossi harus menjawab pertanyaan Darren, pertanyaan yang selama ini ingin ia dengar walau sudah terlambat.
Tetapi tidak bagi Rossi, bagi Rossi sebelum ada janur kuning melengkung, ia masih boleh berharap.
"Ross, kenapa dulu kamu pergi?" tanya Darren.
Rossi pun tersenyum yang dipaksakan, sementara Jeje, ia merasa hatinya tersayat saat mendengar itu, tetapi, Jeje harus kuat karena sekarang Darren tengah menggenggam tangannya.
Jeje memilih untuk menunduk, ia siap mendengar kata cinta dari Rossi untuk Darren. Berharap, pertemuan yang membahas masa lalu ini tak membuat Darren meninggalkannya, itulah yang Jeje harapkan.
Dan Rossi menjawab, "Mungkin aku harus menceritakan semuanya dulu dari awal."
"Ya, katakan. Aku akan mendengarkan," kata Darren yang sebenarnya sedang menyembunyikan laranya.
Walau bagaimana pun kehadiran Rossi sungguh mengusik hatinya.
"Baik, kamu tau kita saling kenal dari kecil, kita saling bercerita saat kita merindukan orang tua kita," lirih Rossi dan kali ini Rossi tidak dapat menahan air matanya.
Rossi pun menghapus air mata itu, air mata yang dulu akan Darren hapus ketika dirinya menangis.
"Semua perhatian kamu membuatku merasa nyaman, aku juga masih ingat jelas saat kamu cemburu ketika Justin mendekatiku dan aku pun akan cemburu ketika ada yang mendekatimu," lanjut Rossi, kali ini ia mengangkat kepalanya, ia menatap Darren dengan mata yang memerah, bukan marah, tetapi karena menahan sedih, menahan kerinduan, menahan supaya air mata itu tidak menetes.
Dan sesekali, Darren melihat pada Jeje dan Jeje terlihat datar.
"Astaga," ucap Jeje dalam hati. Ia benar-benar merasa kalau ada di antara Rossi dan Darren.
"Lalu, kamu jatuh cinta dengan Viona, aku pun cemburu, tapi, kamu tidak merasakan karena kamu terlalu fokus pada rasa sukamu saat itu," kata Rossi dan Darren masih mendengarkan.
Darren masih menunggu jawaban atas pertanyaannya.
"Awalnya, aku bekerja sama dengan Lea untuk menyingkirkan Vio demi mendapatkan kamu, tapi jujur, aku tidak tau kalau Lea akan menjual Vio dan itulah yang membuat Lea membenciku, aku menggagalkan rencananya." Ya, pada akhirnya Rossi mengakui ini dan Darren berdecak.
"Setelah kejadian itu, aku berteman dengannya dan kamu harus tau kalau perjodohan aku dengan Kak Dandi adalah rencana Viona, dia berpikir kalau kamu akan cemburu dan dapat menyadarkan perasaanmu yang sebenarnya," kata Rossi.
Lalu, sekarang giliran Rossi yang bertanya, ia menanyakan perasaan Darren. "Apa yang membuatmu menjauhi ku saat itu? Seandainya kamu tidak menjauhiku, mungkin aku tidak pergi."
"Aku merasa dipermainkan dan aku malas untuk itu, di saat kamu pergi aku merasa takut, takut tidak melihatmu lagi," jawab Darren dan jawaban itu membuat Jeje menitikkan air matanya.
Jeje melepaskan tangan Darren yang masih menggenggamnya.
Dan Jeje bangun dari duduk, gadis itu merasa tak kuasa mendengarkan curahan hati dari keduanya, Jeje pun berkata, "Aku akan menunggu setelah urusan kalian selesai."
Setelah mengatakan itu, Jeje pun pergi, ia keluar dan langkahnya diikuti oleh Justin yang sebenarnya memperhatikan mereka.
Dan Darren hanya menatap kepergian Jeje. Di saat inilah Rossi mengambil kesempatan, ia meraih tangan Darren yang ada di meja dan menggenggamnya.
"Aku ingin tau perasaan kamu saat ini, Darren. Jujurlah dengan isi hatimu," kata Rossi dan Darren pun melepaskan tangannya.
"Perasaan ku saat ini sudah seharusnya untuk Je," jawab Darren seraya menatap Rossi.
"Kamu pergi dan setelah itu datang kembali dengan menanyakan perasaanku, bagiku itu sudah terlambat, Ross. Kamu tau, aku memilih Jeje untuk melupakanmu!" ucap Darren seraya bangun dari duduk, Darren yang berniat untuk mengejar Jeje itu merasakan tangan dingin Rossi yang menahannya.
"Tolong jangan benci aku," pinta Rossi dan Darren tidak menjawabnya.
Karena diabaikan, Rossi pun mengambil ponselnya, walau ia tau kalau Darren tidak akan membalas pesannya, tetapi, Rossi merasa kalau tidak ada salahnya untuk berusaha. Rossi menanyakan sikap diamnya. "Kenapa kamu diam, apakah benar kamu memiliki perasaan untukku?"
Dan Darren yang sedang mencari Je itu merasakan ponselnya bergetar, ia mengambilnya dan membaca pesan itu.
"Perasaan yang seperti apa, Ross?" tanyanya dalam hati.
Lalu, Darren membalas pesan itu, "Aku perhatian karena takut kamu akan terjerumus dengan pergaulan sekarang ini, sebagai sahabat aku ingin melindungimu dan akan melepaskanmu disaat mendapatkan pria yang tepat."
Rossi yang membaca itu berdecak, ia merasa kalau Darren mengelak. Ia pun kembali bertanya, "Apa yang membuatmu takut tak melihatku lagi?"
Darren membalas, "Tidak tau."
Setelah itu, Darren menyimpan kembali ponselnya dan ia melanjutkan untuk mencari Jeje.
Dan yang dicarinya itu sedang bersama dengan Justin.
Jeje mengatakan ingin pulang dan Justin mengantarkannya.
Justin ingin memberitahu Darren kalau Jeje ada dengannya, tetapi, ia mengurungkannya. Justin tidak ingin mengganggu Darren dan Rossi yang dianggapnya sedang menyelesaikan masalah.
****
Di perjalanan, Jeje terdiam, ia memikirkan Darren. Lalu, Justin pun bertanya.
"Kenapa?"
Jeje pun melihat ke arahnya dan menggeleng.
"Tidak apa, kalau mau cerita aku siap mendengarkan," kata Justin dan Jeje mengangguk.
"Aku siap jika Mas Darren meninggalkanku, aku juga merasa bersalah pada Rossi, aku merasa kalau perasaan mereka belum selesai," kata Jeje.
Justin yang mendengar itu pun menarik nafas.
Lalu, Justin menyarankan padanya untuk bertanya pada Darren.
"Ya, memang aku sudah berniat untuk itu," jawab Jeje, gadis itu tak berhenti menatap layar ponselnya, ia menunggu pesan dari Darren dan yang ditunggunya tak juga mengirim pesan atau menghubungi.
Siapkah Jeje mendengar jawaban yang akan Darren berikan?
Bersambung..
Ilihhh aki" menganggu aja .. orang yg mau merasakan gejolak yg selama setahun lebih ngk dirasakan....
sabar. derren tuh Jeje udah kasih kode bt nanti malamm pasti di servis dg Baik dahh😂😂😂😂
lahhh udah tamat .... blm puas sihh episode derren Jeje tp ... ok lahhh..semangat berkarya Othorrrr....❤️❤️❤️❤️