MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Terbangun karena cekikan yang membuatnya susah bernapas. Athena mendapati dirinya ternyata masuk ke dalam novel yang dia baca sebelum dia tidur. Ternyata dia menjadi seorang pemeran antagonis yang lemah dan manja yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Bisakah Athena bertahan di dunia yang asing itu baginya? bagaimana caranya dia kembali? apa saja dia temui di sana? adakah cinta yang mengubah dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Kalau tidak suka, tidak perlu memainkannya!
“Kau ini sebenarnya ingin apa? kau menganggu tidurku hanya untuk menghinaku begitu?” tanya Athena yang kesal. Sudah tidurnya terganggu oleh Arabella. Dia malah mengatakan hal yang tidak-tidak. Athena segera berdiri dari duduknya untuk menghadapi Arabella.
“Eh? bukan begitu, aku benar-benar hanya takut kau nantinya ditertawakan oleh orang-orang. Aku hanya peduli padamu,” ujar Arabella polos. Begitu juga wajahnya.
“Tak perlu sok perhatian denganku. Lagi pula kau tidak perlu takut! Aku tidak akan mengikuti pengambilan nilai piano itu! sudahlah! Minggir! Kau menghalangi jalanku,” kesel Athena sedikit mendorong bahu Arabella sebelum dia melangkah meninggalkan Arabella. Tentu saja Athena semakin kesal melihat wajah Arabella yang bertopeng palsu seperti itu.
Arabella menggigit bibirnya dan dia melihat seseorang yang bersembunyi untuk mengamati dan mendengarkan percakapan mereka tak jauh dari tempat dia berdiri. Melihat itu, Arabella merasa dia tidak boleh membiarkan Athena pergi dari tempat ini sekarang. Karenanya Arabella segera mengejar Athena yang sudah menjauh ingin keluar dari kampus ini. Tentu saja Athena ingin pulang, dia sudah pusing dengan drama yang terjadi di kampusnya, apalagi dia sudah cukup lapar.
“Athena, Athena, tunggu dulu! Tunggu sebentar!” pinta Arabella dengan wajah yang perhatian. Athena tentu mendengar hal itu, tapi dia tidak menghentikan langkahnya. Berpura-pura tidak mendengarkan panggilan Arabella. Tapi ternyata Arabella sungguh-sungguh mengejarnya, Arabella bahkan mencegat langkah Athena hingga Athena berhenti sejenak. Athena mengerutkan dahinya melihat Arabella yang sekarang sudah kembali ada di depannya.
“Kau ini benar-benar ingin apa lagi denganku?” tanya Athena. Bukannya seharusnya Arabella senang mengetahui bahwa Athena tidak tertarik untuk mengambil nilai piano itu? Apalagi yang diinginkan oleh Arabella?
“Athena, dengarkan dulu aku,” ujar Arabella seolah memelas seolah benar-benar ingin berbicara dengan Athena. Tentu saja siapa pun yang melihatnya merasa kasihan dengan Arabella. Hal yang memang selalu menjadi tamengnya dalam melakukan segala sesuatu. “Kau jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku benar-benar ingin kau mengikuti pengambilan nilai piano itu, pengambilan nilai piano ini sangat penting untuk kita” ujar Arabella lagi dengan senyuman palsu yang mengembang. Wajahnya berubah berharap kembali. “Aku yakin hal ini akan merubah pandanganmu tentang piano. Aku yakin kau pasti menyukainya ….”
Arabella terus saja melanjutkan perkataannya panjang lebar di depan Athena. Tapi sebenarnya Athena sama sekali tidak mendengarkan apa yang diucapkan oleh Arabella sekarang. Athena hanya merasa tiba-tiba saja merasa sakit di bagian perut bawahnya dan yang pasti dia harus pergi ke toilet sekarang.
Athena segera berjalan meninggalkan Arabella begitu saja. Arabella yang tadinya masih tampak begitu semangat berbicara dengan Athena dengan gayanya segera kaget melihat Athena yang meninggalkannya begitu saja. Arabella kembali melihat ke arah pria yang sedang memperhatikan mereka dari jauh. Mau tak mau Arabella kembali mengejar Athena. Dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Arabella sekali lagi menghalangi jalan Athena.
“Athena, kau ini ingin ke mana? Tidakkah kau mendengarkan perkataanku tadi?” tanya Arabella lembut.
“Bisa kah kau tidak menghalangi jalanku dan minggir! Kau membuatku makin kesal,” ujar Athena. Dia harus cepat-cepat ke toilet sekarang karena perutnya semakin sakit. Athena mencoba untuk kembali berjalan, tapi lagi-lagi Arabella menghalanginya. Tentu Arabella tidak mau kehilangan momen ini. Dia harus menunjukkan bahwa Athena adalah wanita yang kejam dan juga tidak punya tata krama, sedangkan dia adalah wanita yang baik, polos, lemah lembut, juga sangat perhatian.
“Athena, tunggu dulu sebentar, aku hanya ingin berbicara denganmu. Aku ingin kau bisa menyukai piano,” kata Arabella begitu mengganggu untuk Athena.
Athena menggenggam tangannya, menatap Arabella dengan geramnya. Dia tahu bahwa Arabella terus menghalanginya dan berkata seolah-olah dia begitu perhatian dengan Athena karena seseorang ada di belakang mereka. Tentu saja Athena tahu bahwa ada orang yang sedang memperhatikan mereka dari tadi dan sekali lagi, Athena tidak peduli apa yang dipikirkan oleh orang yang sedang memperhatikannya. Lagipula dia tidak tahu siapa pria itu.
“Kau ini kenapa sih!” bentak Athena yang membuat Arabella sampai tersentak karenanya. Tidak menyangka Athena akan membentaknya seperti itu. Dia tahu Athena kesal, tapi tidak tahu Athena bisa melakukan hal ini. “Aku sudah bilang bahwa aku tidak akan ikut pengambilan nilai piano itu dan aku sangat membenci piano! Apa kau puas? Apa kau tidak bisa mendengar apa yang aku katakan dari tadi!” teriak Athena yang membuat Arabella membesarkan matanya.
“Jika tidak suka piano, maka tak perlu memainkannya!” tiba-tiba suara Edward terdengar dari belakang mereka. Suara pria itu sangat dingin membuat Athena dan juga Arabella segera melihat ke arah pria itu. Athena mengerutkan dahinya melihat pria yang berjalan ke arahnya. Penampilannya sangat tertutup membuat Athena tidak bisa melihat wajah pria itu.
“Untuk wanita ini, tak perlu mengambil nilai pianonya,” ujar Edward pada rektor yang mengikuti Edward, berjalan di sampingnya.
“Eh? baiklah Tuan,” ujar Rektor itu segera mengiyakan apa yang dikatakan oleh Edward.
Rektor itu langsung melihat ke arah Athena. Dia cukup kesal dengan apa yang dilakukan oleh Athena dari tadi.
“Kamu ini, bagaimana bisa bertindak tidak sopan seperti itu? Aku tidak mengerti bagaimana seorang wanita begitu kasar seperti dirimu. Sudah! Pulang saja jika kau tidak ingin mengambil nilai piano!” ujar Rektor itu memarahi Athena. Baginya Athena sudah mencoreng nama universitas ini di mata Edward. Dia benar-benar merasa tak nyaman gara-gara ulah Athena. Sepertinya memang dia harus mengeluarkan Athena seperti laporan dari Brian dan juga Arabella tadi.
Athena tentu tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh rektor itu dan segera ingin melanjutkan perjalannya ke toilet karena perutnya semakin saja sakit. Tapi sekali lagi, Arabella langsung saja menghalangi langkah Athena. Athena yang sedang menahan sakit tentu semakin kesal dan merasa sudah lewat batas kesabarannya dibuat oleh Arabella.
“Athena ….” Ujar Arabella lagi.
Tak ingin mendengar perkataan Arabella, Athena segera mendorong kuat tubuh Arabella hingga Arabella terjatuh ke tanah. Athena sudah tidak peduli apakah Arabella benar-benar jatuh karena ulahnya atau dia hanya pura-pura jatuh seperti biasanya. Athena hanya ingin segera sampai ke toilet karena perutnya begitu melilit.
Tentu hal ini membuat orang-orang yang ada di sana kaget. Apalagi Edward dan juga rektor yang tidak menyangka Athena bisa begitu kasarnya. Mereka berpikir Athena bahkan tidak takut dengan rektor yang sedang ada di sana. Bukannya jika begitu dia bisa langsung dikeluarkan. Tapi lagi-lagi mereka dibuat tercengang dengan apa yang dilakukan oleh Athena selanjutnya. Athena seolah tak berdosa segera berjalan meninggalkan Arabella yang masih terduduk di tanah dengan wajah tertindas.
“Hei!!!” terdengar teriakan seorang pria dari belakang Athena.
ada apakah dengan kak author kok lama up nya