Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin mencari tahu
"Tuan Dewa, akhirnya Anda sadar juga," ujar Jun sambil bernapas lega.
Dewa berusaha untuk bangun dengan bantuan Jun. Pria itu melepas masker oksigen yang semula menutupi mulutnya.
"Aku kenapa, Jun?" tanya Dewa.
"Kata dokter, Anda terkena serangan jantung. Untung saja, Anda mendapatkan penanganan yang sangat cepat. Kalau tidak, mungkin Anda bisa..."
Jun tak meneruskan ucapannya. Seharusnya, Dewa bisa menebaknya sendiri.
"Bagaimana dengan Syakila?" tanya Dewa yang akhirnya teringat pada Syakila.
Yang barusan dia alami, semoga saja hanya mimpi buruk. Tidak mungkin Syakila benar-benar meninggal. Perempuan itu pasti sedang berada di suatu tempat dan sedang menunggu Dewa untuk menyelamatkan dirinya.
"Jasad Nyonya sudah dikuburkan oleh sahabatnya tadi pagi," jawab Jun.
"Apa!?" pekik Dewa terkejut. Ia menarik kerah kemeja sang asisten dengan kuat.
"Bagaimana mungkin jasad Syakila bisa diambil dan dikuburkan oleh orang lain, Jun? Aku suaminya. Seharusnya, aku yang membawa pulang jasadnya."
"Maaf, Tuan. Saya sudah mengusahakannya. Tapi, pihak rumah sakit bilang kalau Tuan dan Nyonya Syakila bukanlah pasangan suami-istri yang sah secara hukum. Itu sebabnya, Anda tidak bisa dianggap sebagai anggota keluarga."
Jun berkata takut-takut. Terus terang saja, dia juga tak menyangka jika semua akan jadi serumit ini.
Hubungan Dewa tak bisa ditakar oleh akal sehat manusia. Dia menikah secara pura-pura dengan Syakila. Membiarkan perempuan itu hidup dalam dunia yang penuh dengan tipuan.
Hampir setiap detik, Dewa mempermainkan perasaannya, melukai batinnya, membuat Syakila terus menangis, bahkan mungkin hingga mengalami frustasi.
Namun, disaat Syakila sudah meninggal seperti ini, Dewa justru terlihat seperti orang yang paling kehilangan. Seolah-olah, dia pernah sangat mencintai Syakila.
"Bagaimana dengan orangtua angkatnya dan Nania? Apa mereka tidak datang untuk menjemput jenazah Syakila?"
Jun lagi-lagi menggeleng pelan. "Semenjak Tuan pingsan dan koma selama dua hari ini, Tuan Dito dan keluarganya belum pernah datang ke rumah sakit lagi."
"Apa!?"
Dewa tertegun. Dia tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa Dito sekeluarga terkesan sangat tidak peduli pada Syakila?
Bahkan, saat meninggal pun, tak ada yang sudi menjemput jasadnya untuk dikebumikan dengan layak.
"Tuan... Saya sudah mencari tahu selagi Anda tidak sadarkan diri. Ternyata, Nyonya Syakila sudah dikeluarkan dari kartu keluarga Tuan Dito sejak dua tahun yang lalu. Status Nyonya Syakila adalah yatim-piatu."
Lagi, Dewa hanya bisa membeku ditempat. Seluruh tubuhnya seolah baru saja disiram dengan bongkahan es yang sangat banyak.
Dingin, sampai-sampai susah bergerak.
"Jadi, Syakila juga tidak terdaftar sebagai anggota keluarga Anggara?" lirihnya tak percaya.
"Ya, kurang lebih begitu," sahut Jun.
Dewa mengusap wajahnya dengan kasar. Terlalu banyak hal yang tidak bisa dicerna baik-baik didalam kepalanya.
Tiba-tiba, sebuah bisikan yang entah darimana datangnya terus terngiang di telinganya.
Bagaimana, jika ternyata Nania selalu berbohong tentang keburukan Syakila?
Bagaimana, jika ternyata yang menjadi korban justru malah Syakila sementara Nania adalah pelaku?
Tidak. Semua ini tidak mungkin benar. Nania adalah gadis yang sangat polos dan baik. Mustahil, Nania mengarang cerita yang bisa menghancurkan hidup perempuan lain. Apalagi, perempuan itu adalah adik angkat yang sangat disayangi oleh Nania.
"Jun... apa kau tahu, kenapa sahabat Syakila bisa membawa jasadnya pulang? Padahal, mereka juga tidak memiliki hubungan keluarga."
"Nona Syakila tenyata sudah menyiapkan surat wasiat, Tuan. Isinya, tentang siapa yang akan mengurus jenazahnya jika dia meninggal nanti. Dalam video dan surat wasiat yang ditinggalkan, satu-satunya nama yang disebut hanya nama Viola Langford."
Kecewa merambat masuk ke dalam dada Dewa. Selama ini, dia mengira bahwa nilai dirinya di mata Syakila sangatlah istimewa.
Tapi, hari ini dia seolah baru saja tersadarkan akan sesuatu. Dirinya tak seistimewa itu. Atau mungkin, sebenarnya Syakila justru sangat membenci dirinya.
Jika tidak benci, mustahil Syakila meminta orang lain untuk mengurus jenazahnya. Seharusnya, tugas seperti itu dipercayakan hanya kepada Dewa.
"Kita ke kediaman keluarga Langford, Jun. Sekarang!" kata Dewa penuh penekanan, terkesan tak mau dibantah.
"Tapi, kondisi Anda..."
Wajah pucat Dewa masih terlihat jelas. Namun, laki-laki itu berusaha untuk bersikap kuat.
"Aku sudah baik-baik saja. Sekarang juga, antarkan aku ke sana!"
Jun tak punya pilihan lain. Dewa adalah sosok yang sangat keras kepala. Percuma membujuknya. Dia hanya akan melakukan apa yang terlintas dalam pikirannya.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...