Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI DALAM MOBIL
"Dia siapa?" tanya Kaisar merujuk pada Al, teman Iswa tadi. Gadis itu hanya menghela nafas pelan dan menjelaskan siapa Al. Harusnya Iswa juga tidak ada kewajiban menjelaskan siapa Al pada Kaisar, spontan saja, apalagi pandangan Kaisar seolah sedang memergoki pasangan yang sedang selingkuh.
"Yakin dia gak naksir kamu?" spontan Iswa berdecak sebal. Apalagi panggilan Kaisar berubah, membuat Iswa jadi berpikir nih cowok cemburu atau gimana sih.
"Gak semua cowok yang ngobrol atau dekat sama aku tuh naksir sama aku, Kak. Bahkan mantan suami aku aja gak naksir sama aku, apalagi orang lain," disinggung mantan, Kaisar langsung mengalihkan pandangan dari Iswa, tersindir lah. Sengaja agar Kaisar paham bahwa tak mudah bagi Iswa suka sama laki-laki.
"Aku naksir kamu kok."
"Semua akan pret pada waktunya," Iswa kali ini menunjukkan ketegasan dan juteknya pada Kaisar, apalagi tidak di rumah Kaisar yang sungkan pada mama dan papa bila ngomong kasar atau jutek pada mantan suaminya.
"Wa, sebenarnya setelah ujian skripsi itu aku mau ngungkapin sayang ke kamu. Aku benar-benar mau membangun rumah tangga kita bersama. Jujur, banyak hal yang ingin aku lakukan bersama kamu, Wa. Cuma ya kejebak dengan Adel."
Iswa tersenyum sinis, rasanya gak perlu Kaisar menjelaskan masalah yang sudah tutup buku baginya. Percuma. "Kamu gak mau balikan sama aku?"
Iswa menggeleng, "Untuk saat ini enggak, Kak."
"Kenapa?"
"Kamu dan Adel pacaran dua tahun, pastinya hati kamu benar-benar belum lepas darinya. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan cowok yang belum selesai dengan masa lalunya."
"Meski kita sudah berciuman bahkan aku sudah sering keluar meski kita belum berhubungan?" Iswa langsung melongo, kaget saja saat Kaisar membahas keintiman yang pernah terjadi di antara mereka. Spontan Iswa menabok lengan Kaisar hingga lelaki itu tertawa ngakak. Tak perlu diungkit. "Lah benar dong!"
"Gak usah dibahas," ucap Iswa tutup kuping, namun Kaisar jahil ia menarik lengan Iswa, dan Kaisar masih menggoda soal itu.
"Kak!" sentak Iswa.
"Ayolah, Wa."
"Kamu aja yang udah ciuman sama aku, masih bisa sama Adel!" terpaksa Iswa juga mengungkit kesalahan Kaisar.
"Sumpah, Wa. Aku gak ada niatan sama sekali ciuman sama dia. Adel tuh licik."
"Bukan Adel yang licik tapi Kakak yang bodoh."
Waduh, Kaisar langsung kincep dibilang bodoh, nih cewek lama-lama ngelunjak juga. Kaisar tak suka, tapi ia tak mau kasar pada Iswa bisa jadi dia jengkel karena pembahasan Adel. Kaisar langsung menyentuh tangan Iswa dan mencium punggung tangannya. "Bahasanya jangan sekasar itu dong," pinta Kaisar lembut, tak suka kalau Iswa berkata kasar. Baginya Iswa itu perempuan baik-baik.
"Iya, Maaf!" ucap Iswa sembari menarik tangannya. Nah kan dia memang gadis baik, tutur katanya lembut, dan tak sungkan mengucap maaf, pantas Kaisar lebih memilih Iswa daripada mempertahankan hubungan dengan Adel.
"Kalau kita gak bisa jadi suami istri lagi. Oke gak pa-pa, kita pacaran dulu deh," sebuah solusi yang agak lain bagi Iswa.
"Ogah. Aku gak mau pacaran kak, ribet."
"Terus gimana, Wa. Kamu maunya gimana?" mulai Kaisar tantrum, frustasi gak jelas kalau keinginannya gak dituruti.
"Ya kita saling kenal saja, gak usah ada hubungan tertentu. Gini Kak, kakak itu seorang laki-laki. Kakak nanti sebagai kepala keluarga, harusnya mengurus diri sendiri dulu, mengokohkan kepribadian kakak, punya tujuan hidup, ada langkah yang harus disusun untuk menata masa depan. Gak asal hidup aja." Kaisar tersenyum, nasehat Iswa persis dengan apa yang disarankan Sakti, curiga sekali kalau belahan jiwa Iswa ternyata sang Abang. Haduh, Kaisar tak terima.
"Begitu tipe lo?"
"Gak ada tipe bagi aku. Emang seharusnya lelaki kayak gitu kan?"
"Gak juga. Ada kok laki-laki yang bisa sukses karena dorongan ceweknya."
"Termasuk Kakak yang sukses jadi BEM karena Adel?" kali ini Iswa yang mengungkit gadis itu. Sengaja. Kaisar langsung berdecak sebal.
"Enggak, aku jadi BEM juga gak langsung jadi, perlu personal branding sejak semester 1, dan itu gak kenal sama Adel."
"Nah sekarang Kakak kenapa membangun personal branding? Apa tujuannya?"
"Memanfaatkan kegantenganku, biar terkenal!"
"Ck, tujuan apa itu. Yang ganteng juga gak Kakak doang! Apalagi nikah tuh gak butuh ganteng."
"Eh jangan salah, wajah ganteng dan cantik itu privilege, sudah mengatasi 50% masalah hidup."
"Mana ada kayak gitu," Iswa mulai tertawa mendengar kepercayaan diri Kaisar yang membanggakan wajahnya.
"Dih, beneran. Selama kita tidur seranjang, aku senang banget lihat wajah cantik kamu, apalagi pas nganga!"
Suek, malunya. Iswa tak terima, langsung menepuk pundak Kaisar, duh turun nih pamor, mana sadar Iswa nganga kalau tidur juga. Kaisar tertawa ngakak. Suka sekali menjahili Iswa, dan bikin dia ngamuk gini.
"Mana ada aku nganga!"
"Dih, aku yang lihat juga. Tapi meski begitu, membuka mata lihat wajah cantik kamu tuh bikin aku senyum, dan semangat banget jalani kehidupan. Makanya please, balikan yuk!" Iswa tahu kalau Kaisar memang sudah ada rasa sayang sama dirinya, tapi Iswa tak semudah itu percaya dengan Kaisar.
Wajar kan ya? Apalagi Kaisar masih tampak labil, Iswa ingin Kaisar menjadi lelaki dewasa yang menata masa depannya sendiri dulu baru membangun rumah tangga. "Sori, Kak. Aku gak bisa."
"Wa!" ucapnya frustasi sembari menyenderkan kepalanya. "Terus aku menjalani hidup gimana? Aku butuh seseorang buat menjadi tujuan hidupku, Wa. Aku bisa bergerak aktif karena kamu tujuanku. Bayangkan aku garap skripsi cepat karena aku ingin cepat kerja, biar kita bisa hidup mandiri tanpa bantuan papa. Andai gak ad kamu ngapain aku cepat-cepat lulus. Sumpah, Wa. Aku butuh kamu. Ya? Kita balikan?"
"Kak, aku gak semudah itu buat percaya sama kamu lagi. Lebih baik kita hidup sendiri-sendiri dulu, nanti kalau kita memang berjodoh kita bakal balik kok." Kaisar menggeleng.
"Dan selama itu pasti kita dihadapkan pada situasi ada pihak yang menyukai kita atau kita menyukai pihak itu, harus memulai beradaptasi lagi. Ribetnya ya, Wa!"
"Kalau aku sih sangat bisa membatasi urusan hati setelah perceraian kita, karena tidak mungkin ada laki-laki yang langsung legowo menerima status janda."
"Ya makanya itu, aku mau balikan sama kamu, setidaknya kamu tidak perlu memikirkan status janda kamu. Ya?"
"Enggak. Kakak nikmatin masa muda Kakak dulu, kerja, uang banyak, baru tanggung jawab sama anak orang. Begitupun aku, aku mau cari pengalaman sebelum aku menjadi seorang istri."
Kaisar diam, ego Iswa sangat tinggi. Kalau dipaksa jelas dia makin tak suka, saran Sakti mendadak terlintas, balas cuek mungkin bisa menyadarkan Iswa kalau Kaisarlah yang cocok untuk hidupnya.
"Kalau begitu berikan aku saran agar di mata kamu aku siap dan pantas jadi suami kamu lagi?" tanya Kaisar serius.
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah