NovelToon NovelToon
Cinta Yang Beralih

Cinta Yang Beralih

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romantis / Office Romance
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: iqueena

Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.

Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.

Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.

Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.

Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SECOND PAIN

Aluna mengendap-endap, lalu mengintip dari celah pintu rooftop, penasaran siapa yang ada di sana.

Deg!

Begitu melihat dengan jelas, siapa yang ada dari balik pintu itu, tubuhnya sontak membeku. Gelas kertas berisi kopi panas di tangannya terlepas, dan menyiram kakinya.

Ia berbalik dan meringis sejenak, namun rasa perih itu sama sekali tak sebanding dengan sakit yang kini menusuk hatinya.

Bagaimana tidak. Di luar sana, Reza berdiri tepat di hadapan Kezia yang duduk di tepi dinding rooftop.

Kezia merengkuh lelaki itu dalam pelukan mesra, bibir mereka beradu, larut dalam ciuman yang begitu dalam hingga tak menyadari sepasang mata tengah menyaksikan dari balik pintu.

Napas Aluna tercekat. Ia buru-buru menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan isakan agar tak terdengar. Tubuhnya bergetar, sementara air mata jatuh deras membasahi pipinya.

Dengan langkah goyah, ia menuruni anak tangga darurat satu per satu, meninggalkan cangkir kopi yang tadi terlepas.

Setiap langkah terasa berat, seakan seluruh kekuatan hilang bersamaan dengan hatinya yang hancur.

Begitu masuk ke dalam lift, tangannya gemetar saat merogoh ponsel dari saku celana. Layar ponsel terlihat buram karena air mata yang menggenang, tapi ia tetap mencari nama yang terpikirkan.

Nada panggilan terdengar beberapa kali sebelum akhirnya tersambung.

*📞*Aluna.

"Van..." suaranya lirih, nyaris patah

📞Revan.

"Aluna? Ada apa dengan suaramu?"

*📞*Aluna.

"Cukup dengarkan aku. Terima kasih... Kamu benar. Seharusnya aku mengatakannya sebelum terlambat. Tapi... ternyata sekarang semua sudah terlambat."

TUTTT....

Panggilan berakhir begitu saja. Aluna menjatuhkan ponsel ke dadanya. Isak tangisnya pecah, memenuhi lift yang sepi. Tubuhnya bergetar hebat, seakan seluruh beban yang ia tahan sejak lama akhirnya runtuh.

Air matanya masih terus mengalir saat pintu lift terbuka. Dengan mata sembab, ia berjalan cepat ke mejanya, mengambil barang-barang miliknya, lalu segera menuju lantai dasar.

Untungnya, kantor sudah sunyi. Tidak ada seorang pun yang melihat bagaimana dirinya hancur dalam kesedihan.

Begitu keluar dari gedung, Aluna berlari di pinggir jalan yang mulai lenggang. Lampu jalan redup, suara kendaraan pun jarang terdengar.

Kedua telapak tangannya bergantian mengusap air mata, menghapus derasnya tangis yang tak bisa berhenti, seakan dunia benar-benar menolak memberi tempat untuk hatinya yang rapuh malam itu.

Langkah Aluna makin tak beraturan. Matanya buram oleh air mata, nafasnya tersengal, dan tubuhnya mulai kehilangan tenaga. Kakinya goyah, hampir membuatnya terjatuh di trotoar.

Namun, sebelum tubuhnya benar-benar ambruk, sepasang tangan kuat meraih dan menahannya dari depan. Aluna terperanjat sesaat, lalu mendongak dengan mata sembab.

Revan.

Tanpa berkata apa pun, Revan langsung menariknya ke dalam pelukan. Dada bidang pria itu kini menjadi sandaran Aluna yang rapuh.

Tangisnya pecah semakin keras tak lagi bisa ditahan, menusuk keheningan malam. Air matanya membasahi kemeja Revan, tapi pria itu hanya diam, merangkulnya lebih erat, seolah memberi ruang aman untuk dirinya.

"Lepaskan saja semua, Na," bisik Revan lirih, hampir tak terdengar di telinga Aluna.

Dan di pelukan itu, Aluna akhirnya menyerah pada semua rasa sakit yang ia sembunyikan.

...****...

Setelah membiarkan Aluna puas menangis di pelukannya, Revan akhirnya mengantarnya pulang. Di dalam mobil, Aluna yang kelelahan, tertidur pulas. Masih terdengar isakan kecil dari nafasnya, dan wajahnya masih basah bekas air mata.

Revan memandanginya sekilas, lalu kembali fokus ke jalan. Sesekali, matanya melirik ke arah kursi penumpang. Ada rasa bersalah yang begitu besar menggerogoti hatinya.

"Seharusnya aku nggak mendorong dia untuk mengungkapkan perasaannya. Aku terlalu gegabah tanpa memikirkan apa yang mungkin dia hadapi." batinnya.

Tangannya mengepal di atas kemudi, mencoba meredam rasa sesak yang ikut menekan dadanya.

Tak lama kemudian, mobilnya berhenti di depan apartemen Aluna. Revan menoleh, mencoba membangunkannya dengan lembut.

"Na, kita sudah sampai."bisiknya pelan sambil menyentuh pundaknya.

Namun, Aluna tetap terlelap. Revan menghela napas pelan, mencoba sekali lagi.

"Aluna... ayo bangun, kita sudah sampai."

Tetap saja, Aluna tidak bergeming. Wajahnya tampak damai meski lelah, membuat Revan tak tega untuk terus mengusik tidurnya.

Akhirnya, Revan membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil lalu menuju pintu sebelah. Dengan hati-hati, Revan melepaskan sabuk pengaman dari tubuh Aluna, lalu membungkuk ke arahnya.

Ia mengangkat tubuh Aluna dalam gendongan bridal style. Tubuh mungil itu terasa ringan, namun beban emosional yang dirinya rasakan jauh lebih berat.

Sesampainya di unit apartemen Aluna, ia berhenti sejenak di depan pintu.

"Na, kamu harus memasukan sandi nya." bisiknya pelan.

Tidak ada jawaban. Ia mencoba membangunkan Aluna beberapa kali hingga akhirnya gadis itu tergerak dan membuka mata perlahan. Ketika sadar bahwa dirinya berada dalam gendongan Revan, Aluna sontak menegang.

"R-Revan… turunin aku." ucapnya gugup.

Revan menurunkannya dengan hati-hati hingga ia berdiri tegak. Aluna merapikan rambutnya cepat-cepat, wajahnya memerah karena canggung.

"Maaf… aku jadi nyusahin kamu."

Revan hanya menggeleng kecil, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Sama sekali nggak merepotkan. Sekarang kamu istirahat, ya. Besok pagi biar aku jemput," ucapnya tenang.

Namun Aluna ikut menggeleng. Wajahnya kembali murung, sorot matanya redup, lalu ia menunduk.

"Aku nggak masuk kerja besok, mataku pasti sembab." ujarnya dengan suara bergetar.

Revan menunduk sedikit, lalu meletakkan kedua tangannya di bahu Aluna, membuat gadis itu mengangkat wajahnya.

Tatapan mereka bertemu, dan air mata lolos lagi dari sudut mata Aluna. Dengan cepat, Revan mengusapnya lembut, seolah tak rela melihatnya menangis lagi.

Revan menatapnya lekat, suaranya pelan namun penuh ketegasan.

"Kalau begitu, izinkan aku besok malam menemanimu, aku mohon."

Aluna terdiam, matanya masih berkaca-kaca. Beberapa detik ia hanya menatap Revan, mencari ketulusan di balik ucapannya. Akhirnya, ia mengangguk kecil.

"Baiklah, temani aku." bisiknya lirih.

Senyum lega muncul di wajah Revan, seolah beban berat sedikit terangkat dari dadanya.

Revan perlahan melepaskan tangannya dari kedua bahu Aluna. Ia menatap wajah lelah gadis itu dengan penuh iba.

"Menangislah sepuasmu malam ini, agar besok, aku bisa lihat senyuman lagi di bibirmu." ucapnya lembut.

Aluna terdiam, tak membalas. Lalu berbalik, tangannya bergerak pelan memasukkan sandi di pintu apartemennya.

Setelah pintu berbunyi, ia menoleh sebentar ke arah Revan, menatapnya sejenak tanpa kata, lalu akhirnya masuk ke dalam.

Pintu itu mulai tertutup perlahan, meninggalkan Revan yang masih berdiri di sana, menatap kosong pada pintu yang kini telah tertutup rapat.

Setelah hari yang begitu menyakitkan, biarlah malam ini menjadi tempat Aluna menumpahkan seluruh pilu yang tak sanggup lagi ia pendam. Sebab, setiap luka memiliki waktunya untuk reda, dan setiap tangis akan menemukan ujungnya.

✒️Bersambung.

...----------------...

Dahlah, nggak kuat author di bab ini, karena setengahnya based on true 🥲. Kalian pernah ngalamin hal serupa? Yuk curhat di kolom komentar 📱

Temani kisah Aluna sampai akhir yah 🥰

Gamsahamnida 🙏🏻 🌹

1
Nurika Hikmawati
kamu terlalu hangat dan terlalu perhatian utk seorang teman, makanya Aluna jadi pny perasaan lain sama kamu
Nurika Hikmawati
revan nih brarti karakternya down to earth, rendah hati, tidak. sombong n rajin menabuuung /Chuckle/
Nurika Hikmawati
bakalan ada cinta segitiga... sayang kalo begini, padahal udh sahabatan dari kecil
CumaHalu
wah, ga terima ya babang tamvannya Aluna/Grin/
CumaHalu
yang aku pikirkan ketika ada kata roti sobek itu roti isi coklat yang enak, 🤤
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
wah jd sejak lma si revan udh ada rass sma luna smg lncr hub sma luna
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
wah akhirnya km brani ngungkapinnya Lun
☠🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
msh nanya😏, klo dia bs blg gtu brrt dia mlhtmu lh dudul
Deliathis
jdi lebih gmpng dng
Deliathis
go gurll💃
Goresan_Pena421
Farhan emang secape itu si. hufft
Goresan_Pena421
Aluna menjaga dirinya.
Muffin🌸
kan Revan selalu jadi penawar sakit muuu
Muffin🌸
moveoonn alunaa
Muffin🌸
ya karena bukan kamu 🤭
Muffin🌸
yang sabarr yaaaa alunaaa . yang tenang masih ada babang revaaann 🙏🙏
mimief
wkwkkwk
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
mimief
kayaknya Mak nya mah setuju aja dah
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣
Iqueena: Kakkkk, aku nungguin komenmuuuu🦋🦋
total 1 replies
Jemiiima__
waduh tp udh dikasih izin jg sma revannya , yaudh gas ajadeh 😂
Jemiiima__
klo emg blm pasti suka sih memang bner jgn dlu lun kasian revan klo cuma dijadiin pelampiasan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!