NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Iblis / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Romansa Fantasi
Popularitas:734
Nilai: 5
Nama Author: Azurius07

Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedamaian Sebelum Badai

Jadwal Verxina cukup padat, tapi monoton. Pagi hari adalah waktunya menyelesaikan berbagai dokumen tentang Kota Northridge dan seluruh hal yang barkaitan dengan administrasi Kota. Hal ini dibantu oleh Ivory dan Maria yang ahli dalam tata administrasi. Lukasz dan Elano pernah mencoba membantu, tapi malah menambah waktu mereka jadinya, mereka disuruh keluar tidak perlu membantu.

Siang dan sore hari adalah waktu mereka untuk mengecek secara langsung proses perbaikan infrastruktur Kota terutama bagian kota untuk pertahanan dari serangan monster selanjutnya. Selain itu, mereka juga sering mengunjungi serikat-serikat untuk pengecekan pesanan mereka.

Sore ini di wilayah Timur Kota Northridge, dilakukan upacara pemakaman untuk tentara yang gugur dalam pertahanan melawan Wyvern kemarin. Sekitar 64 tentara harus gugur setelah Wyvern berhasil menerobos jaring api meriam.

Upacara pemakaman sama persis seperti yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Suara senapan ditembakkan untuk mengenang para pahlawan yang gugur melindungi Kota ini. Gema suara paduan suara juga mewarnai langit yang telah berwarna oranye.

Dibawah batu nisan yang berjejer dengan rapi, peti mati baru ditambahkan. Walaupun jumlah kematian yang terjadi tidak sebanyak sebelumnya, suasana suram masih menyelimuti seluruh peserta yang hadir. Verxina maju kedepan untuk berpidato tentang seluruh yang telah terjadi.

Upacara pemakaman ditutup dengan pidato singkat didepan seluruh orang yang hadir disini. Bukan sebuah pidato panjang lebar, namun hanya sebuah pidato singkat, penjelasan tentang betapa heroiknya seluruh orang yang sudah bertahan dan yang gugur di pertempuran tersebut. Semuanya berjalan dengan sangat singkat.

Malam itu, Verxina masih berada di dekat pemakaman, lebih tepatnya di bukit kecil dengan sebuah pohon di puncaknya. Dia duduk disana, bersama dengan Lukasz dan Elano yang berdiri dan Maria yang masih memberikan kalung bunga di setiap nisan baru.

“Elano, Lukasz, kalian boleh pergi terlebih dahulu, aku akan menunggu Maria disini,” ucap Verxina ke mereka sembari memainkan dua bunga anyelir berwarna merah muda dan putih.

“Tidak apa-apa Yang Mulia, saya akan menunggu anda dan Maria,” ucap Lukasz dengan senyuman lebarnya.

“Saya juga Yang Mulia, tidak baik untuk dua orang nona muda berjalan sendirian di malam hari tanpa pengawalan,” tambah Elano yang masih melihat Maria di kejauhan.

“Terima kasih, aku tahu bisa mengandalkan kalian berdua,” balas Verxina yang kembali menghela nafas panjang. Ia masih tidak mempu menghilangkan gambaran tentara yang gugur di pertempuran sebelumnya.

“Yang Mulia, menurut anda apakah kita bisa bertahan dari seluruh serangan monster yang menyerang kita?” tanya Elano dengan nada pesimis.

“Pertanyaan macam apa itu Elano?! Tentu...” ucapan Lukasz dihentikan oleh Verxina.

“Ini bukan bisa atau tidak, tapi kita harus Elano.”

“Anggap saja kita menyerah, satu Terra yang akan menerima dampaknya. Jadi tidak ada apakah kita bisa atau apakah kita tidak bisa, tetapi kita harus, harus bisa bertahan dari seluruh serangan monster dan dalam waktu yang sama menghentikan mereka untuk selamanya,” ucap Verxina yang melambaikan tangannya ke Maria yang terlihat selesai.

“Satu bulan yang lalu, aku ini hanyalah seorang putri yang dengan naifnya memimpin kampanye untuk melawan pasukan Raja Iblis sesuai dengan sebuah ramalan Kerajaan. Yang kuinginkan adalah pujian-pujian dan gelar kehormatan dari Raja. Betapa bodohnya aku hingga pertempuran di benteng pertahanan terdepan terjadi,” lanjut Verxina semberi melihat Elano.

“Pertempuran itu menyadarkanku, ini semua bukan tentang gelar atau pujian, tetapi sebuah kewajiban. Kewajiban dan tugas yang harus kutanggung di kedua pundakku,” ucap Verxina yang bangkit saat melihat Maria berada didepannya.

“Lukasz, aku sedang banyak pikiran, bantu aku untuk mengosongkan seluruh pikiranku malam ini,” ucap Verxina padanya.

“Maksud anda yang itu?” tanya Lukasz.

“Iya, sparing denganku, Maria, Elano, jika kalian mau ikut, akan lebih baik. Kita harus melatih diri kita sebelum pertempuran selanjutnya,” ucap Verxina melihat kedua rekannya yang juga tersenyum.

“Sudah lama kita tidak sparing Yang Mulia!” jawab Maria.

“Jangan harap anda dapat menang hanya karena anda adalah Keluarga Kerajaan Yang Mulia,” jawab Elano dengan penuh semangat.

(***)

Beberapa hari berlalu dengan cepat, tidak kami sangka bahwa pertempuran akan terjadi besok hari. Seluruh pekerjaan yang kami lakukan telah dan hampir diselesaikan.

“Kalian semua, waktunya istirahat! Kalian tidak mau makan kah?” ucapku membawa sebuah piring diatas tembok benteng.

“Yang Mulia yang terbaik!”

“Hidup Yang Mulia Putri!”

Teriak seluruh tukang saat tahu aku membawakan mereka makan siang mereka. Hal ini terus menerus aku lakukan untuk meningkatkan efisiensi para tukang yang hampir selesai memperbaiki seluruh kerusakan tembok benteng.

“Bagaimana dengan perbaikannya?” tanyaku pada pak tua ketua serikat konstruksi.

“Perbaikan berjalan dengan baik Yang Mulia, dalam tiga hari seluruh kerusakan akan selesai diperbaiki,” ucapnya.

Tiga hari, padahal pertempuran akan terjadi besok pagi. Aku melihat sekeliling, menyadari bahwa yang butuh diperbaiki dengan detail adalah bagian dalam benteng.

“Pusatkan perbaikan untuk bagian luar benteng, besok penyerangan akan terjadi. Kita membutuhkan kekuatan terluar benteng menahan guncangan serangan tumpul senjata mereka,” ucapku padanya.

“Lukasz, kerahkan pasukan untuk ikut memperbaiki benteng, aku ingin benteng ini kokoh sebelum besok pagi,” perintahku ke Lukasz.

“Baik Yang Mulia,” mereka berdua mengatakan hal itu secara bersamaan. Sekarang waktunya untuk mengecek perlengkapan kami yang baru dari Serikat Pandai Besi.

“Ini lebih dari yang kuharapkan,” ucapku tak percaya melihat beberapa perlengkapan dengan kualitas [SSR] di depan wajahku. Aku sering meremehkan pandai besi, namun ini adalah hal yang sangat menakjubkan.

Skylord Hunter Bow [SSR]

Madman Jack’s Spear [SSR]

Sword of Light [SSR]

Wings Paladin Chestplate [SR]

Gunslinger Vest [SR]

Tiga perlengkapan SSR dan dua buah perlengkapan SR ada di depan wajahku. Ini baru di babak awal, sangat awal dengan total sepertinya lima perlengkapan SSR, dan dua diantaranya adalah perlengkapan yang sangat hebat.

“Hei, aku bisa merekomendasikanmu ke keluarga Kerajaan dengan pekerjaan sebagus ini,” ucapku padanya.

“Itu tidak perlu Yang Mulia, satu-satunya kebahagiaan seorang pandai besi adalah orang yang memakai perlengkapan buatannya dapat kembali selamat. Itulah kebanggaanku,” ucapnya padaku.

Selain kelima perlengkapan itu, kami juga mendapatkan kembali pedang dan perlengkapan yang sebelumnya rusak. Aku mendatangi seluruh anggota tim inti dan memberikan perlengkapan mereka masing-masing. Perlengkapan SR dan SSR yang secara khusus kuberikan pada mereka.

“Sudah kuduga zirah ini cocok untukmu Lukasz,” ucapku melihatnya dengan zirah kehitamannya yang baru. Zirah tersebut menyatu dengan pakaian yang dikenakannya, ditambah dengan pedang barunya yang memberikan sebuah kontras yang sangat unik untuknya.

“Saya akan mendedikasikan seluruh ini untuk anda Yang Mulia,” ucapnya sembari berpose dengan pedang dan zirah barunya. Tunggu saja Lukasz, dengan levelmu yang akan tinggi, zirah dan pedang khususmu, kau akan menjadi yang terkuat di dunia.

“Bagaimana penampilanku?!” tanya Maria yang berpose dengan jubah barunya.

“Aku tidak pernah melihat Maria secantik ini Yang Mulia,” ucap Lukasz berbisik.

“Benar, itu aneh,” balas bisikanku padanya.

“Kenapa kalian berbisik?” tanyanya pada kami berdua yang lanjut tertawa melihatnya.

(***)

Verxina melesat menyerang Lukasz dengan pedangnya. Ayunan demi ayunan pedang mengenai pedang lawannya. Verxina menghela nafas panjang dan kedua matanya menyala. Serangannya semakin cepat dan mengarah ke bagian atas tubuh Lukasz. Lukasz yang tenang sejak awal, berhasil menangkis seluruh serangan Verxina.

Sebuah tendangan mengagetkan Verxina. Pedang yang dia gunakan untuk menyerang kini berganti menjadi bertahan. Serangan balik Lukasz dilakukan. Serangannya lebih lambat dari serangan Verxina, namun memiliki kekuatan yang lebih besar darinya.

Verxina melompat mundur, namun Lukasz mengikuti semua pergerakannya. Sebuah ayunan kuat pedang Lukasz menerbangkan Verxina yang mencoba menahannya dengan pedangnya. Verxina terlempar keluar arena.

“Yang Mulia!” teriak Lukasz melihat Verxina terpental keluar area latihan.

“Aku baik-baik saja Lukasz, ada Maria juga disini jika terjadi apa-apa,” ucapk Verxina yang dibantu berdiri oleh Maria.

“Serahkan pada saya Yang Mulia!” ucap Maria dengan bangga.

“Baiklah Lukasz, ronde keempat! Aku akan mengalahkanmu kali ini,” ucap Verxina, pedang kayu di tangan kanannya yang ditodongkan ke Lukasz.

“Bersiaplah Yang Mulia, saya tidak akan mengalah hanya karena status anda Yang Mulia!” balas Lukasz melihat tantangan Verxina. Latihan dilakukan tiga ronde kedepan dan Verxina kalah di seluruh percobaannya.

Disisi lain, Elano terlihat sedang membersihkan zirah dan tombak baru miliknya. Putri Verxina memberikannya tadi siang saat ia sedang ikut memperbaiki tembok benteng.

“Elano, aku menginginkanmu memberikan segalanya untuk tombak ini. Kerahkan seluruh kemampuanmu di pertempuran besok,” Ia mengingat yang dikatakan Verxina saat melihat tombak tersebut.

“Ini pastinya sangat mahal, sampai-sampai Yang Mulia mengatakan untuk menjaganya baik-baik,” ucapnya.

“Tapi, kepercayaan Yang Mulia padaku akan kubuktikan pada pertempuran besok. Lihatlah dunia! Elano yang baru akan bangkit!” ucapnya di tengah malam.

Disisi yang lain lagi, Alessandro melihat beberapa surat yang terlihat sedikit rusak. Dia mencium surat itu sebelum memasukkannya kembali ke sebuah kotak. Ia mengambil topinya dan melangkah keluar. Disana ia melihat Michelle yang sedang sendirian melihat keluar jendela.

“Nona Michelle?” ucapnya, Michelle yang mengira dirinya sendirian disana melihatnya dan sedikit malu.

“T..tuan Alessandro,” ucapnya balik.

“Mengamati malam yang sunyi nona muda?” tanya Alessandro yang berjalan mendekatinya.

“Bolehkah saya?” tanyanya ke Michelle yang mengangguk. Dalam beberapa hari yang lalu, secara perlahan tapi pasti, Michelle semakin terbuka dan mulai terbiasa dengan ketiga pria di tim inti. Namun, dari ketiganya, mungkin Alessandro adalah yang paling dekat dengannya. Alessandro menganggap Michelle seperti anaknya sendiri, sementara Michelle menganggap Alessandro seperti om-om keren di tim.

“Perlahan tapi pasti, kau makin berani dengan orang lain, dalam artian yang bagus,” ucap Alessandro yang menggelengkan kepalanya.

“Berkat semuanya, terlebih lagi Yang Mulia,” ucapnya.

“Ah Yang Mulia, pertama kali aku bertemu dengannya, kukira dia hanyalah seorang anggota kerajaan yang bertingkah seperti anak orang kaya dan tidak peduli dengan semuanya. Tapi setelah pertempuran pertama itu, aku dapat melihat ketakutan terbesarnya bukanlah kehilangan nyawanya, namun kehilangan orang-orang yang dia anggap keluarga,” ucap Alessandro ke Michelle.

“Apakah Yang Mulia segila itu, seperti yang mereka katakan?” tanya Michelle.

“Gila, sepertinya iya, tapi kegilaan itu dia pakai untuk menyelamatkan seluruh orang semampunya, orang waras mana yang mencoba melawan bos musuh sendirian meskipun tahu bahaya yang menantinya,” ucap Alessandro dengan menjentikkan sisa rokok di tangannya.

“Selamat malam nona Michelle, beristirahatlah, karena besok akan menjadi hari yang panjang,” ucap Alessandro sebelum membuka pintu kamarnya.

“Tuan Alessandro,” ucap Michelle membuat Alessandro terhenti sejenak.

“Bagaimana menurut anda tentang seluruh orang?” tanya Michelle.

“Kalian semua seperti anak bagiku, jangan tewas sebelum orang tua ini ya,” ucapnya sebelum menutup pintu kamarnya, meninggalkan Michelle sendiri dengan kesunyian malam.

“Lebih baik aku beristirahat malam ini,” ucapnya juga masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya, seluruh tentara telah berada diatas tembok benteng pertahanan. Seluruh meriam, ballista dan Eagle cannon telah terisi peluru mereka masing-masing dan siap ditembakkan kapanpun itu.

[Kalahkan seluruh musuh; Orc 0/1.116]

[Orc Champions 0/3]

“Mereka terlihat! Musuh terlihat!” ucap salah satu tentara membuat seluruh tentara bersiap di pos mereka masing-masing.

Verxina berjalan dengan teropongnya dan melihat Orc yang sangat banyak jumlahnya keluar dari deretan hutan dan berjalan menuju Kota Northridge. Para Orc terlihat seperti tentara yang memiliki zirah, helm dan senjata jarak dekat.

“Aku ingatkan sekali lagi, musuh kita adalah Orc dengan perlengkapan tempur yang lengkap. Mereka memang tidak memiliki senjata jarak jauh, namun mereka memliki kekuatan melebihi kita, tubuh mereka juga lebih besar dari kita dan pengalaman mereka juga lebih baik dari kita.”

“Namun itu tidak adakan menggentarkan kita, tembaki mereka saat mereka memasuki zona api. Ketiga bos mereka akan maju bersama anak buahnya, kami yang akan menahan mereka. Kalian semua paham?!” teriak Verxina ke pasukannya.

“Paham dan dimengerti Yang Mulia!” suara pasukan serentak saat melihat Verxina menodongkan pedangnya ke arah kerumunan musuh mereka.

“Fase satu, dimulai!” Rentetan tembakan diluncurkan, sementara Verxina merasa ada yang janggal dengan musuh yang dilihatnya.

1
ameliaha
luar biasa
Shinichi Kudo
Duh, hati rasanya meleleh.
Washi
🙏Tolonggg thor, update secepatnya!🙏
Azurius07: jam 12 siang kak updatenya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!