Nadeo Gibran Erlangga berniat untuk melamar Arzela Kayzel Atharva, yang selama ini dia klaim sebagai jodohnya.
Namun Nadeo terpaksa harus mengubur impiannya itu demi membalas budi pada keluarga yang sudah merawat dan membesarkannya selama ini.
Nadeo harus menikah dengan Sabrina Eleazar menggantikan sang adik yang kabur di hari pernikahannya.
Arzela hancur dan patah hati, namun ia harus tetap mengikhlaskan cinta pertamanya itu menikahi Sabrina yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Akankah Nadeo bertahan dengan pernikahannya setelah tahu kebenaran yang selama ini tersembunyi?
Ataukah justru takdir mempersatukan Nadeo dan Arzela kembali?
Sekuel Belenggu Cinta Pria Beristri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
"𝘚𝘩𝘪𝘵𝘵! 𝘋𝘢𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶?"
Wajah Rako berubah pias, ada sedikit ketakutan dalam dirinya. Namun pria itu berusaha mengendalikan rasa takut dalam dirinya, sebisa mungkin Rako tetap bersikap tenang, pura-pura tidak terpengaruh oleh ucapan Gentala.
"Memangnya Kamu punya bukti?" Rako tersenyum miring. Melihat ekspresi Gentala, ia yakin bocah ingusan itu tidak memiliki bukti apa pun. "Jangan sembarangan bicara tanpa bukti, atau aku akan melaporkan mu atas tuduhan tindakan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik."
Ancaman Rako berhasil membuat Gentala bungkam. Namun hanya untuk sesaat saja, karena Gentala tidak mau mengalah pada pria tua itu. Sudah cukup kakaknya berkorban atas kebodohan dirinya. Gentala akan menebus kesalahannya itu dengan membebaskan Nadeo dari jeratan Sabrina dan Rako.
"Aku akan mencari buktinya," ucap Gentala dengan penuh tekad. Tangannya terkepal menahan luapan emosi yang meletup di hatinya. "Anda harus ingat, sepintar apa pun Anda menutupi kebusukan, suatu saat nanti bau busuknya tetap akan tercium."
Rako tidak takut sedikitpun dengan ucapan Gentala yang mencoba mengintimidasi nya. Pria paruh baya itu justru terbahak, baginya perkataan Gentala hanyalah ucapan seorang pembual yang hanya bicara omong kosong.
"Silahkan cari buktinya," tantang Rako. "Aku pastikan sebelum Kamu mendapatkan buktinya, saham milik mommy mu sudah berada di tanganku. Dengan atau tanpa tanda tangan Harleya sekalipun, aku bisa memilikinya."
"Mas, jangan lakukan itu, kumohon!" Harleya mencoba bernegosiasi dengan Rako. Ia tidak ingin kehilangan saham yang selama ini menjadi sumber penghasilannya tanpa harus susah payah bekerja.
"Kalau begitu, bujuk anak haram mu itu untuk membatalkan gugatannya. Aku beri waktu sampai besok. Kalau Kamu gagal, Kamu tahu sendiri akibatnya."
Rako meninggalkan kediaman Erlangga dengan gaya angkuhnya. Pria itu sangat yakin Harleya akan melakukan apa pun untuk mempertahankan saham miliknya, termasuk membujuk Nadeo sekalipun.
"Bagaimana ini, Mas? Aku tidak mau kehilangan saham peninggalan mommy dan daddy."
Harleya mengusap wajahnya kasar, wanita itu berjalan mondar-mandir mencoba memikirkan cara untuk membujuk Nadeo.
Elang hanya menatap jengah Harleya, terlalu lelah untuknya menanggapi ucapan istrinya. Kali ini Elang tidak akan membantu istrinya, biarlah Harleya sendiri yang menanggung akibat kesalahannya sendiri.
"Arzela," gumam Harleya. Bibirnya menyeringai saat terlintas satu nama yang akan membuat Nadeo tak berkutik. "Aku akan menggunakan Arzela untuk membujuk Nadeo."
"Jangan keterlaluan, Harleya. Kamu sudah melewati batasan mu!"
Elang tahu apa yang ada dalam pikiran istrinya, kali ini ia tidak akan Harleya memaksakan kehendaknya pada putranya lagi, sekalipun Arzela yang memohon nantinya.
"Keterlaluan katamu? Putramu itu yang keterlaluan, tidak tahu diri, tidak tahu balas budi!"
Kesabaran Harleya mulai habis, rasa panik dan takut membuat wanita itu frustasi. Membuatnya lagi dan lagi menjadikan Nadeo sebagai tumbal kebodohannya.
"HARLEYA---"
Elang melayangkan tangannya ke udara, nyaris saja telapak tangan Elang itu mendarat di pipi mulus Harleya jika Gentala tidak menahannya.
"Dad, aku tahu Daddy emosi. Daddy marah. Tapi aku mohon, jangan pernah kasar sama Mommy."
Harleya terisak dalam pelukan putranya. Ia sangat shock, karena Elang tega mau menampar nya. "Kamu tega, Mas. Kamu mau nampar aku?" Tanya Harleya dengan suara tercekat nya.
Elang mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba saja rasa sesal menggerogoti hatinya.
"Maafkan aku, Leya. Tapi Kamu benar-benar keterlaluan." Sekali lagi Elang mencoba menyadarkan istrinya. "Keserakahan mu yang membuat semua ini terjadi. Andai Kamu bersyukur, aku yakin tidak akan berakhir seperti ini."
Harleya cukup duduk manis di rumah, tanpa transferan tiap bulannya dari Kaivan sekalipun, Elang sudah memenuhi kebutuhannya. Namun, ambisinya menjadikan Gentala sebagai pengusaha membuat istri Elang itu gelap mata.
Harleya tidak ingin putranya bekerja sebagai bawahan Arzelo kelak jika perusahaan keluarga Malik sudah berganti pimpinan. Harleya ingin Gentala memiliki kedudukan yang sama, sebagai CEO. Dan tawaran Rako waktu itu begitu menggiurkan Harleya untuk mewujudkan ambisinya.
Harleya terdiam, hanya isak tangisnya yang sesekali terdengar. Dalam hatinya ia mengakui kebodohan yang ia lakukan, namun Harleya terlalu gengsi untuk sekedar mengakui kesalahannya. Dan hanya Nadeo lah satu-satunya orang yang ia jadikan pelampiasan kekecewaannya pada dirinya sendiri.
"𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘔𝘰𝘮𝘮𝘺, 𝘋𝘦𝘰. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶-𝘴𝘢𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘬𝘰𝘳𝘣𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯. 𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘎𝘦𝘯𝘵𝘢𝘭𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘮𝘶."
Harleya terus bergelut dengan pemikirannya sendiri. Di satu sisi naluri nya sebagai seorang ibu yang ikut andil membesarkan Nadeo, tidak tega mengorbankan putra angkatnya itu. Namun di sisi lainnya, keegoisan tetap merajai hatinya. Daripada Gentala, lebih baik Nadeo yang berkorban demi keluarga, pikirnya.
Harleya tidak akan membiarkan Gentala terjerumus ke dalam keluarga toxic itu. Berbeda dengan Nadeo yang menurutnya sudah terlanjur basah. Hanya tinggal menyelam saja, Harleya tidak perduli perasaan putra kesayangan Elang itu asalkan ia tidak dirugikan apa pun dalam hal ini.
"Aku tetap akan meminta Arzela untuk membujuk Nadeo," lirih Harleya. Walaupun ucapannya terdengar sangat lirih, namun satu kalimat itu berhasil membuat Elang sangat geram.
"Terserah Kamu, Leya. Tapi sebaiknya Kamu pikirkan lagi baik-baik. Saranku, lebih baik Kamu minta bantuan Arzelo. Aku yakin dia akan membantumu."
"Daripada aku meminta bantuan anak haram kurang ajar itu, lebih baik aku kehilangan saham ku."
"Siapa yang Kamu bilang anak haram kurang ajar, Harleya?"
Deg
Deg
"𝘔𝘢𝘴 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯... 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪?"
...----------------...
Sementara itu Nadeo sedang mempersiapkan konfrensi pers yang akan dilakukan esok hari. Nadeo sengaja membuat acara ini sebelum hari pernikahannya dengan Arzela yang akan dilaksanakan seminggu lagi.
Nadeo tidak ingin semua orang menganggap Arzela sebagai pelakor. Karena itu Nadeo sudah mempersiapkan sesuatu yang akan membuat semua orang mengerti dengan keputusannya.
"Bagaimana persiapannya?" Tanya Dewa yang menghampiri putranya.
"Beres, Pa."
Nadeo tersenyum sambil mengacungkan jempol pada papa-nya.
"Bagus. Apa Kamu yakin dengan keputusanmu?"
Dewa bukan meragukan keputusan putranya, hanya saja, Dewa takut keputusan yang diambil Nadeo itu justru akan membuat nama Arzela buruk di mata semua orang nantinya.
"Aku yakin, Pa. Aku melakukan semua ini demi Arzela." Nadeo tidak akan membiarkan siapapun menghina wanitanya, apalagi membuat Arzela menangis.
Dewa menepuk pundak putranya bangga, ia benar-benar bersyukur memiliki Nadeo sebagai putranya, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Nadeo persis seperti dirinya yang memiliki pendirian yang kuat.
"Besok, kita akan melihat kehancuran seseorang," ucap Nadeo dengan seringai di wajahnya.
Dewa sempat tertegun dengan ucapan putranya yang terdengar sedikit menakutkan. Namun detik berikutnya pria paruh baya itu tersenyum puas. "𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢𝘬𝘶."
"Papa tidak sabar menantikan hari esok."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
pengantin baru hajar terus nadeo ayo hajar aja tuh binimu diatas ranjang 🤣🤣
pengantin bafu bawaannya ya gitu ketoel dikit ya ngacung🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭🤭
eeehhh....tp kya'nya dia knal y???
td mah biarin aj mati bundir dari pd jahat
Siapa ya kira2 /Slight/