Raffaele Matthew, seorang Mafia yang memiliki dendam pada Dario Alexander, pria yang ia lihat telah membunuh sang ayah. Dengan bantuan ayah angkatnya, ia akhirnya bisa membalas dendamnya. Menghancurkan keluarga Alexander, dengan cara membunuh pria tersebut dan istrinya. Ia juga membawa pergi putri mereka untuk dijadikan pelampiasan balas dendamnya.
Valeria Irene Alexander, harus merasakan kekejaman seorang Raffaele. Dia selalu mendapatkan kekerasan dari pria tersebut. Dan harus melayani pria itu setiap dia menginginkannya. Sampai pada akhirnya ia bisa kabur, dan tanpa sadar telah membawa benih pria kejam itu.
Lalu apakah yang akan dilakukan Valeria ketika mengetahui dirinya tengah berbadan dua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lovleyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Berhasil
Setelah memperbaiki penampilannya, Valeria lantas bergegas keluar dari kamar Raffaele dengan tergesa-gesa. Ia memperhatikan sekitar, lalu berjalan secara biasa saja. Ada yang aneh di sini, sebab para penjaga tidak kelihatan. Kemana mereka.
Di tengah wanita itu yang sedang memperhatikan sekitar, yang menurutnya tampak aneh. Ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya dari belakang. Sungguh, Valeria terkejut dengan sentuhan itu. Ia sudah mengira jika itu adalah Raffaele.
"Tolong maafkan aku. Jangan apa-apakan aku!" Suara Valeria lirih dan terdengar putus asa.
"Nona ini saya." Suara wanita yang familiar baginya. Lantas Valeria menoleh.
Hembusan napas lega keluar dari mulutnya. Sembari tangannya mengusap dadanya pelan.
"Bibi Maria." Ucap Valeria.
"Nona sudah ditunggu Tuan Miguel dan Tuan Justin di depan. Mereka akan mengantar Nona ke jalan keluar dari mansion ini." Kata Maria.
"Tapi kemana para penjaga mansion ini Bi? Kenapa mereka tiba-tiba menghilang?" Tanya Valeria.
"Sudah ditangani oleh Tuan Miguel tadi Nona. Cepat segera pergi Nona. Jaga diri Nona Valeria baik-baik. Pergi yang jauh dari tuan Raffaele, menghindar darinya ya Nona." Ujar Maria dengan raut wajahnya yang khawatir dan peduli dengan Valeria.
Hanya pelayan ini yang baik padanya di mansion pria kejam itu. Valeria memeluk Maria sebelum benar-benar meninggalkan tempat yang menurutnya terkutuk ini. Ia menyalurkan perasaan terimakasihnya dalam pelukan tersebut.
"Terimakasih Bi. Bibi Maria selalu ada untuk saya." Kata Valeria. Dan sebuah anggukan diberikan oleh wanita paruh baya itu.
Di luar mansion, Valeria bisa melihat mobil Jeep yang di dalamnya sudah ada Miguel dan Justin. Valeria sempat terdiam di samping mobil.Tak kunjung masuk karena masih takut jika ini jebakan.
"Kenapa belum masuk juga Nona. Ayo masuk kita tidak punya banyak waktu lagi." Ucap Miguel menyadarkan Valeria.
"Kalian benar-benar mau menolongku kan? Bukan menculikku?" Pertanyaan dari Valeria tersebut membuat kedua pria di dalam mobil tertawa.
"Kamu bisa masuk dan akan tahu jawabannya." Balas Justin.
Dengan gerakan ragu, Valeria membuka pintu mobil bagian belakang. Saat terbuka, kelopak matanya membelalak. Di dalam ternyata bukan hanya ada dua pria tersebut. Melainkan seorang wanita cantik yang tengah melambaikan tangan ke arahnya.
"Hai, ayo masuk. Kami akan menolongmu. Jangan sampai Raffaele kembali sadar atau rencana kita gagal." Ucap wanita itu.
Tanpa ragu Valeria masuk. Dan mobil itu pun segera meninggalkan halaman mansion. Dengan kecepatan tinggi. Sampai-sampai Valeria berpegangan erat.
"Maaf Nona, kita tidak punya banyak waktu jadi harus mengebut. Jarak mansion sampai kita sedikit jauh." Ujar Miguel yang memperhatikan keterkejutan Valeria.
"Panggil saya Valeria saja. Jangan Nona." Balas Valeria. Kemudian ketiga orang di mobil itu mengangguk.
Cukup lama keadaan hening. Tak ada percakapan sama sekali. Valeria juga lebih memilih melihat pemandangan sekitar. Benar kata pria yang menyetir itu. Jaraknya sangat jauh. Dan di sekeliling hanya ada pepohonan saja. Tempat ini lebih layak disebut hutan.
"Terimakasih karena sudah membantu saya pergi. Maaf jika nanti kalian akan kena imbasnya dari pria kejam itu." Ujar Valeria. Saat ini mereka sudah sampai Stasiun kereta.
Baik Miguel Dan Justin telah menyiapkan tiket kereta dengan identitas lain. Agar tidak bisa dilacak oleh Raffaele. Semua rencana ini sudah di susun rapi. Agar Raffaele sama sekali tidak mencurigai mereka juga.
"Sama-sama. Menurut kami kamu tidak bersalah dan tidak pantas mendapatkan perlakuan seburuk itu. Makanya kami membantumu. Tapi Valeria, sebisa mungkin kamu pergi dari Italia, maupun negara tempat tinggalmu. Kami harus benar-benar menjauh dari Raffaele." Ujar Miguel.
"Iya, benar kata Miguel. Kamu harus memiliki tempat tujuan lain selain negara yang sudah Raffaele ketahui." Sahut Justin.
"Saya berencana ke Prancis, menemui kakak saya." Balas Valeria.
"Jangan!" Baru saja kedua pria di sana akan membuka mulut. Sudah keduluan wanita yang tadi ikut bersamanya.
"Sella kamu menyela saja. Aku baru mau berbicara." Ujar Miguel tampak kesal. Dan itu membuat Justin sebagai kekasihnya Sella tidak terima.
"Miguel jangan marahi kekasihku!" Peringat Justin.
Miguel memutar matanya jengah. Lalu diam mendengar ucapan yang selanjutnya dilontarkan oleh Sella pada Valeria.
"Jangan ke sana menurutku. Raffaele pasti sudah tahu tempat itu. Tidak mungkin Raffaele tidak mencari tahu lebih dalam tentangmu." Ujar Sella.
"Tapi saya akan tetap ke sana. Dan baru meminta bantuan kakak saya." Balas Valeria.
"Ya, terserah kamu. Tapi jika bisa segera pergi dari negara-negara yang sudah diketahui oleh Raffaele." Kata Miguel.
...****...
Raffaele tersadar di pagi hari dengan kepala sedikit pusing dan berat. Ia masih mencerna semuanya. Lalu saat teringat, emosinya memuncak. Ia tergesa memakai kembali celananya. Keluar tanpa menggunakan atasan dengan tergesa-gesa.
Raut wajahnya sudah tidak bersahabat. Apalagi tidak menemukan sosok wanita yang semalam. menghabiskan malam dengannya dengan sikap yang berbeda. Apakah semua itu rencananya? Karena itulah dia merayunya? Raffaele berdecih dan tertawa sumbang.
"Sialan dia benar-benar berhasil kabur!" Ujar Raffaele, ketika melihat para penjaga mansion tergeletak di lantai. Mereka tak sadarkan diri juga.
"Kalian semua bangun!" Teriak Raffaele.
Tersadar dengan bentakan tuannya, mereka semua terbangun dengan raut wajah bingung.
"Kenapa kalian bisa tertidur begini? Kemana wanita itu?!" Bentak Raffaele urat kemarahannya tercetak jelas.
"Maaf Tuan kami juga tidak tau kenapa bisa tidak sadar tertidur. Dan kami tidak tahu kemana Nona Valeria pergi Tuan." Jawab anak buahnya.
"Arghhh! Sialan! Cepat cari dia sampai ketemu!" Ujar Raffaele.
Sementara itu Valeria sudah sampai di Prancis dan sekarang ini telah berada di depan pintu rumah sang kakak. Diketuknya pintu kayu tersebut hingga tampak sosok seseorang yang amat dirinya rindukan.
Mata Valeria berkaca-kaca. Dia berhambur memeluk tubuh sang kakak yang saat ini berdiri diam mematung. Masih tidak menyangka akan kedatangan adiknya yang selama ini dicarinya.
"Valeria ini beneran kamu?" Gumam Brian membalas pelukan sang adik.
Awalnya ia takut jika itu hanya halusinasinya saja. Namun ketika sudah merasakan jika itu benar-benar adiknya, pelukannya mengerat.
"Kamu kemana saja Valeria. Kakak mencarimu kemana-mana." Ujar Brian ikut terharu.
"Kakak tolong aku. Bawa aku pergi jauh dari sini, dia... dia jahat, kejam. Dia... merenggut kehormatanku kak." Ucapan dalam tangisan Valeria tersebut mengguncang hati Brian. Dan juga sosok Ines yang baru saja sampai di sana juga.
"APA?" Keterkejutan Ines. Yang membekap mulutnya sendiri.
Berada di ruang tamu dengan suara isak tangis Valeria, sangat menyayat hati Brian dan juga Ines. Semuanya sudah diceritakan oleh Valeria. Semua kejahatan Raffaele sudah diungkapkannya.
Brian sangat marah dan akan menemui Raffaele. Namun Valeria melarangnya. Mengatakan jika Raffaele bukan orang sembarangan. Dia Mafia dan tidak akan segan-segan menghabisi orang. Ia tidak mau kehilangan orang terdekatnya lagi. Tidak mau.
"Kakak benar-benar marah Valeria dia sudah merusakmu. Sudah membunuh orang tua kita!" Suara Brian meninggi.
"Tapi aku tidak mau kak Brian kenapa-napa. Tolong kak, berpura-pura saja kakak tidak tahu. Dan tolong bawa aku ke tempat yang aman. Tempat yang tidak mungkin terjangkau olehnya." Jawab Valeria, yang saat ini masih memeluk sang kakak.
"Jika seperti itu. Aku juga tidak setuju kamu menemui pria itu sayang. Aku juga tidak ingin kamu kenapa-napa." Sahut Ines.
Karena ketakutan kedua orang tersayangnya. Akhirnya Brian memutuskan diam. Seperti titah sang adik. Dan hanya akan menyembunyikan adiknya ke tempat yang aman.
"Sayang, gimana kalau aku telepon Papa saja dan memintanya membawa Valeria ketempat aman." Ujar Ines.
Tiba-tiba Valeria menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau, Paman Stevan juga sama seperti pria kejam itu. Paman... paman Stevan seorang Mafia juga."
Ucapan Valeria tersebut membuat Ines dan Brian saling menatap. Ia terkejut sebab Valeria sudah mengetahui latar belakang Stevan yang selama ini disembunyikan.
Ines meraih tangan Valeria. Menggenggam tangan adik iparnya tersebut. Dan memberikan keyakinan padanya.
"Jangan takut, Papa ku memang Mafia juga. Tapi dia masih tahu batasan. Tidak seperti pria kejam yang kamu maksud. Percaya pada kakak. Selama ini, kamu tidak pernahkan melihat papa kakak melakukan hal buruk pada siapa pun?" Ucap Ines, lalu Valeria menggeleng.
rasain loh raff bikin lama Thor normal kan usia 4 bulan baru terasa nyaman Siska Raffael Ampe 4 bulan ,itu belum seberapa dibanding kan luka hati Valeri
topi ya ga salah jg sih kamu kan di dokterin
i hope happy ending mereka berdua
apa ga ada cctv nanti Raffa lihat temennya bantuin apa ga ngreog