"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."
Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.
Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.
Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.
Temukan semua jawabannya hanya disini 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 :Satu Pasangan Seumur Hidup
Yuna mulai mengiris daging rusa yang menurutnya paling empuk, lalu melumuri potongan itu dengan campuran rempah agar baunya tidak terlalu menyengat saat digoreng. Ia mengambil beberapa bahan tambahan dari ruang ajaibnya, seperti tepung panir dan telur ayam, sesuatu yang jelas tidak tersedia di suku harimau.
Setelah wajan dipenuhi aroma gurih, Yuna membalik potongan daging satu per satu dengan hati-hati. Tak lama, warna keemasan mulai muncul di permukaan katsu buatannya. Senyum kecil terbit di wajahnya.
“Hmm, ini baru wangi,” gumamnya puas.
Begitu daging selesai, Yuna berbalik untuk menyiapkan saus. Ia menghaluskan buah raspberry yang tadi dipetik Ravahn, lalu mencampurnya dengan sedikit madu agar rasanya seimbang. Saus itu ia tuangkan ke dalam mangkuk kayu kecil.
“Akhirnya selesai juga,” ucapnya lega sambil menaruh pisau di papan kayu. Ia lalu memotong katsu itu menjadi bagian-bagian kecil agar lebih mudah dimakan.
“Ravahn!” panggil Yuna pelan.
Tak ada jawaban. Namun tiba-tiba, sosok tinggi besar itu sudah berdiri di hadapannya.
“Ya ampun! Kamu itu bisa jalan pakai suara nggak sih? Jantungku hampir copot,” protes Yuna sambil menepuk dadanya sendiri.
Ravahn hanya menatap tanpa ekspresi. “Ada apa?”
Yuna menunjuk ke arah makanan yang baru saja ia tata di atas daun besar. “Ini tolong kamu jaga sebentar. Aku mau mandi ke sungai. Jangan sampai makanannya dicuri kucing.”
Kening Ravahn berkerut. “Tidak ada kucing di sini. Mereka punya suku sendiri.”
Yuna mendengus. Ia lupa lagi kalau sedang berada di dunia binatang. “Pokoknya kamu jaga dulu. Aku harus mandi sekarang. Sebentar lagi langit gelap. Aku tidak berani menyentuh air kalau sudah gelap.”
“Kalau begitu, biar aku temani,” ucap Ravahn datar.
Mata Yuna langsung melebar. “Hah? Kamu niat ngintip aku mandi, ya?!”
Ravahn tampak makin bingung. “Untuk apa aku mengintip mu?”
“Siapa tahu kamu punya otak mesum!” tuduh Yuna sengit.
Ravahn mengernyit lagi. “Mesum itu apa?”
Yuna baru sadar, ia kembali kebablasan memakai istilah yang Ravahn tak kenal. “Mesum itu... ya... artinya cabul.”
“Cabul?” Ravahn semakin kebingungan. “Aku tidak mengerti apa maksudmu.”
Yuna menghela napas panjang sambil memegangi pelipisnya. “Sudahlah. Nggak usah dibahas.”
Suasana sempat hening. Yuna lalu menoleh cepat. “kalau kamu beneran mau nemenin, ambilin dulu peralatan mandinya.”
“Hah?” Ravahn menatapnya polos.
Yuna memutar bola mata. “Bukannya tadi kamu bilang mau temani aku mandi? Ya udah, ambilin sekalian peralatan mandi. Ember, sabun, apa aja deh yang kamu punya.”
Ravahn hanya mengangguk pelan tanpa banyak bicara.
Yuna memijat keningnya sambil bergumam lirih, “Aduh, punya pasangan setengah siluman tuh repot banget. Bahasa yang kupakai aja banyak yang dia nggak ngerti.”
Ravahn yang masih berdiri di dekat pintu dapur menoleh sekilas. “Aku mendengar itu.”
Yuna sontak terperanjat. “Hah? Kamu dengar?”
“Ya. Kamu bilang aku merepotkan.”
“Bukan begitu maksudku!” Yuna panik, wajahnya memerah. “Aku cuma... yah... maksudku, kita ini sering salah paham. Kamu nggak ngerti bahasaku, aku juga nggak ngerti pikiranmu.”
Ravahn menatapnya cukup lama, lalu tiba-tiba berkata, “Kalau begitu, ajari aku. Supaya aku mengerti bahasamu.”
Yuna terdiam beberapa detik, matanya melebar. Ia tak menyangka Ravahn akan mengatakan hal seperti itu.
“Eh... ya... boleh sih. Tapi belajar bahasa tuh nggak gampang,” ucap Yuna canggung.
“Aku tidak keberatan,” jawab Ravahn singkat, tapi mantap.
Yuna merasa dadanya hangat mendengarnya. Namun ia buru-buru menepis perasaan itu dengan batuk kecil. “I-ih... sudah sana, ambilin peralatan mandi dulu. Jangan bengong di situ.”
Ravahn akhirnya melangkah pergi, meninggalkan Yuna yang masih berusaha menenangkan degup jantungnya sendiri.
“Duh, kenapa aku yang malah jadi gugup, sih?” gumamnya pelan sambil merapikan katsu di atas meja.
******
“Kamu tunggu di sini saja. Jangan sekali-kali ngintip aku mandi,” kata Yuna sambil menuding Ravahn.
Ravahn hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia disuruh Yuna menunggu di balik pepohonan besar, dengan larangan keras untuk tidak melirik sedikit pun.
Yuna melangkah ke sungai dan terkejut saat melihat sosok yang dikenalnya. “Lira!” panggilnya pelan.
Gadis itu menoleh lalu tersenyum lembut. “Ya, ini aku.”
“Kenapa kamu mandinya sore begini?” tanya Yuna sambil masuk ke dalam air yang mulai terasa dingin.
“Aku baru selesai melakukan sesuatu, jadi baru sempat sekarang,” jawab Lira tenang.
Yuna mengangguk. “Kamu sendirian saja?”
Lira ikut mengangguk.
“Nolan ke mana? Sudah dua hari ini aku tidak lihat dia,” tanya Yuna penasaran.
Senyum Lira berubah kecut. “Kakakku ada di rumah. Belakangan dia jarang keluar.”
“Kenapa? Bukannya dia suka berburu?” Yuna makin heran.
“Sejak kamu jadi tunangan ketua suku, kakakku sering murung dan enggan pergi jauh.”
Tatapan Yuna melembut. “Kenapa bisa begitu?”
Lira menunduk sebentar lalu menjawab pelan, “Kakakku menyukaimu sejak awal dan berniat menjadikan mu sebagai pasangan nya. Tapi tetua memilih menjodohkan mu dengan ketua. Itu membuatnya sedih.”
Yuna merasa sesak mendengar itu. “Aku juga tidak tahu kalau akan dijodohkan begitu saja. Aku ingin terus bersama kalian, tapi si Ravahn menyebalkan itu datang menjemput dan menyeret ku tinggal bersamanya.”
“Ssst, jangan mengumpat ketua. Dia bisa dengar,” bisik Lira cepat.
“Dia kan jauh di sana, duduk di pohon besar itu. Mana mungkin dengar?” Yuna menunjuk tempat Ravahn menunggu.
“Kami ini harimau. Pendengaran kami tajam. Bahkan bisikanmu bisa sampai ke telinganya.”
Yuna menepuk dahi. “Astaga… kenapa juga harus punya pasangan harimau? Jadi susah kalau mau gosip.”
Tiba-tiba suara Ravahn terdengar dari kejauhan. “Yuna, cepat mandi. Matahari hampir tenggelam.”
“Iya!” sahut Yuna dengan nada kesal.
Ia akhirnya mulai mandi dengan tenang sambil mengobrol ringan dengan Lira.
“Nanti kamu main ke rumahku, ya. Ajak Nolan sekalian, biar dia tidak terus-terusan sedih,” pinta Yuna sebelum berganti pakaian.
Lira tersenyum. “Baiklah. Kalau kakakku sudah lebih tenang, aku akan membawanya.”
Yuna mengangguk lalu masuk ke bilik bambu kecil untuk mengganti pakaian. Ia sempat masuk ke ruang ajaibnya sebentar, mengambil skincare malam dan body lotion yang selalu ia gunakan sebelum tidur. Setelah selesai, ia membuka pintu bilik.
“AAH!” teriaknya kaget melihat Ravahn berdiri tepat di depan pintu.
Pria itu cepat-cepat membekap mulutnya. “Ini aku.”
Sadar yang dihadapinya Ravahn, Yuna langsung menggigit telapak tangannya keras-keras.
“Akh!” Ravahn meringis pelan.
“Rasain! Kamu itu hobi banget bikin aku kaget. Kalau aku mati karena serangan jantung gimana? Kamu mau tanggung jawab?” omel Yuna tanpa jeda.
Baru dua hari tinggal bersama Ravahn, tapi pekerjaannya cuma ngomel dari pagi sampai malam, berbeda sekali saat ia masih bersama Nolan dan Lira.
“Apa maksudmu?” tanya Ravahn, tidak mengerti.
Yuna melotot. “Jangan-jangan kamu sengaja, ya, biar aku cepat mati. Supaya kamu bisa ganti pasangan?”
Kening Ravahn berkerut. “Siapa yang bilang aku ingin mengganti pasangan?”
“Kamu lah!” Yuna menuding dadanya dan menekannya sedikit.
Ravahn menatap serius. “Pasangan tidak bisa diganti. Sekalipun kamu mati, aku akan tetap sendiri sampai akhir hidupku.”
Yuna terbelalak. “Hah? Bukannya kalau pasangan mati boleh punya pasangan baru?”
Ravahn menggeleng. “Tidak. Dalam suku harimau, setelah mendapat pasangan, maka selamanya tidak akan ada yang lain. Bahkan jika pasangannya mati.”
Yuna terdiam, lalu bergumam lirih, “Aku baru tahu… ternyata harimau binatang yang setia. Kukira kalian bisa punya banyak pasangan.”
Ravahn menghela napas sebelum menjelaskan.“Jumlah betina lebih sedikit dari pejantan. Itu sebabnya, satu pejantan hanya mendapat jatah satu betina. Dan jika kehilangan pasangannya, ia tidak akan memiliki yang lain,” jelas Ravahn.
Yuna menatapnya sambil berpikir, lalu tanpa sadar bertanya, “Kalau begitu… betina kan jumlahnya lebih sedikit. Jadi boleh dong kalau punya pejantan lebih dari satu?”tanya nya penuh harap.
Ravahn menatapnya kesal. Ia langsung mengetuk jidat Yuna dengan tangannya.
“Aw!” Yuna meringis sambil mengelus keningnya.
“Betina juga harus setia. Tidak ada yang boleh punya dua pasangan,” ujar Ravahn tegas.
Yuna menggerutu . “Baru nanya aja kamu sudah emosi. Aku kan cuma tanya.”
Ia terus mengelus jidatnya, sementara Ravahn hanya menatapnya tanpa banyak kata.
*
*
*
Ciee... cieee... ada yang mulai suka nih? 🤭
Kalau dilihat-lihat, Ravahn kayaknya nggak rela banget kalau Yuna punya dua pasangan.
Hmm... calon-calon pasangan bucin detected nih, readers~ 💕🤣
Lanjut nggak nih🤭