"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.
Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.
Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.
Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.
Yuk simak keseruan ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah yang mulai tumbuh
Disebuah pusat perbelanjaan.
"Pilihlah pakaian yang kau sukai," ucap Gyan menawarkan.
Mereka masuk kedalam sebuah boutique. Sehari sebelumnya, Gyan sempat meminta rekomendasi tempat yang menjual koleksi pakaian cantik dari asistennya, Miranda. Karena ia tak begitu mengerti bagaimana selera yang bagus untuk pakaian wanita.
Jasmine menolak dengan halus. Ia tak pernah mengharap belas kasihan untuk diberi sesuatu. Apalagi saat berada tepat di depan boutique yang tampak menyimpan koleksi-koleksi mahal dan juga cantik.
"I... ini... sepertinya mahal-mahal. Aku tak memerlukannya. Aku akan beli sendiri di pasar bersama ibuku."
Gyan mengangkat satu alisnya, "di pasar??" ucapnya heran. "Memangnya di pasar juga ada yang jual pakaian?"
"Tentu saja ada."
Ya... dia memang terlahir kaya, mana tau tentang apa yang dijual di pasar. Jangankan baju. Masih banyak berbagai macam benda yang dijual disana. Apa sesekali aku mengajaknya ke pasar ya?
Gyan tampak sedang berfikir. Ia membuka ponsel dan mencari tau tentang pakaian yang dijual di pasar apakah kualitas mereka sama bagusnya seperti yang brand-brand terkenal atau boutique yang sudah terjamin kualitasnya? Jasmine sempat bertanya-tanya dalam benaknya. Kenapa pria dihadapannya tampak serius melihat ponsel pribadinya?
Setelah sempat mencari tau, barulah Gyan mengerti.
"Nggak! Nggak perlu beli di pasar!" tolaknya mentah-mentah.
"Loh?? Kenapa??"
Padahal kan, di pasar jauh lebih murah!
"Kau tanya kenapa??" Gyan mengernyitkan dahinya dengan cukup tajam.
Jasmine menatapnya dengan polos penuh tanya. "Memangnya kenapa?"
Gyan memijat pelipisnya sejenak sebelum menatap Jasmine. "Karena suamimu ini bisa membelikan mu jauh... lebih baik daripada itu, Jasmine!" jawabnya dengan nada yang menekan.
Deg! Jasmine terdiam.
Dia menyebut dirinya sebagai suamiku? Kenapa rasanya seolah dia benar-benar memenuhi peran itu. Bukankah dibelakang semua orang, kita memiliki dunia masing-masing? Bukankah ini hanya pernikahan palsu?
Gyan menghela napas panjang. "hah... sudahlah, aku tidak mau menerima penolakan. Kalau kau tak mau memilih. Aku akan beli semua yang ada disini dengan ukuran yang pas denganmu," ucapnya sambil berlalu hendak meninggalkan Jasmine. Namun Jasmine dengan cepat menghentikan langkahnya dengan menarik lengannya.
"Tu, tunggu!"
Gyan menoleh dengan malas. "apa?"
Daripada dia membuang banyak uang untuk memborong semua baju. Lebih baik aku memilih salah satu saja.
"Baiklah, aku akan memilih yang cocok untukku!" ucapnya menerima tawaran itu dengan senyum terpaksa.
Gyan menatapnya selama beberapa detik, entah apa yang ia pikirkan.
"Oke," jawabnya singkat.
Jasmine mulai memilih pakaian, ditemani dengan salah satu staf wanita disana. Sementara Jasmine sibuk memilih. Gyan meminta untuk dipanggilkan managernya secara langsung tanpa sepengetahuan Jasmine.
Manager yang ternyata seorang wanita langsung sigap menemui Gyan.
"Apa ada masalah tuan? Atau mungkin ada yang bisa saya bantu? Saya manager disini, nama saya Carla," ucapnya tersenyum ramah.
"Tentu saja, saya perlu bantuan anda secara langsung. Saya percaya pada penilaian manager boutique yang terkenal ini. Dan dia adalah istri saya," Gyan menoleh pada Jasmine untuk memberitahukan manager itu. "Tolong pilihkan pakaian terbaik yang cocok dan sesuai dengan karakter juga keinginannya. Berapapun pakaian yang kalian miliki, asalkan bisa membuatnya terlihat semakin cantik, saya akan membelinya. Tapi jangan sampai istri saya tau. Dan kirimkan semua pakaian itu ke alamat rumah saya. Dan satu lagi, jangan beri dia pakaian yang begitu terbuka."
Manager wanita itu terlihat sumringah hampir tak percaya.
"A, anda serius?"
Gyan hanya mengangguk dan memberikan black card miliknya.
"Baiklah! Saya akan memberikan yang terbaik untuk anda dan istri anda," jawabnya dengan semangat yang membara.
"Jangan kecewakan."
"Tentu saja kami tidak akan mengecewakan."
Manager wanita itu langsung memberi perintah pada beberapa stafnya secara diam-diam.
Dan ia secara langsung mengambil alih untuk menemani Jasmine membantunya memilih pakaian sambil mengajukan beberapa pertanyaan tentang tipe pakaian yang disukainya, sehingga membantu penilaiannya dalam menentukan pakaian yang akan ia pilih. Sesekali manager itu juga diam-diam memperhatikan penampilan Jasmine dan membayangkan jika gadis itu memakai beberapa koleksi terbaik di boutique tersebut yang akan mengubahnya menjadi semakin cantik.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Jasmine menemukan satu pakaian yang akan ia pilih. Pakaian yang sederhana dan juga tentu saja yang paling murah diantara yang lain. Meski tak bisa juga dikatakan murah. Tetapi Jasmine tak punya pilihan daripada suaminya memborong isi boutique.
Gyan meraih paperbag itu setelah keluar dari boutique. Meski Jasmine sempat menolak, namun pria itu tetap tidak menyerahkan paperbag itu dari tangannya. Jasmine pun akhirnya menyerah dan membiarkannya membawa paperbag itu.
Mereka menelusuri sepanjang isi mall. Sesekali Gyan melirik istrinya yang kelihatan celingak-celinguk memperhatikan keramaian sekitar. Tanpa mereka sadari ada seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bertubuh cukup gempal yang berlari dari arah belakang mereka dengan kencang dan menabrak tubuh Jasmine hingga ia hampir jatuh.
"Akh!" pekik Jasmine.
Beruntung Gyan langsung merangkul pinggang sang istri dengan cepat dan menarik tubuhnya hingga berada dalam pelukannya. Kedua mata mereka sontak saja terbelalak lebar karena terkejut, alhasil kini mereka saling bertatapan satu sama lain.
Ditambah jantung keduanya saling berdebar dalam posisi sedekat itu. Ibu dari anak kecil tadi berlari menghampiri mereka dan meminta maaf dengan napasnya yang terengah-engah karena mengejar putranya. Hal itu langsung menyadarkan keduanya dan melepas posisi pelukan.
"Saya minta maaf, karena putra saya, anda hampir celaka. Saya sungguh minta maaf," ucapnya menyesal.
Jasmine tersenyum kikuk, "tidak apa-apa, saya mengerti putra anda tidak sengaja."
"Terima kasih banyak, kalau begitu saya permisi," Ibu itu kemudian berlari meninggalkan mereka dengan terburu-buru untuk mengejar putranya.
Gyan bertanya dengan khawatir. "Apa kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"
Jasmine masih terlihat gugup, "A... Ah, aku baik-baik saja kok."
Gyan masih menatapnya dengan rasa khawatir dan memastikan dengan mata kepalanya sendiri. Setelah dirasa kondisi gadis itu baik-baik saja, barulah mereka melanjutkan langkah mereka menelusuri tempat yang mungkin menarik didalam mall.
Gyan menggandeng tangan Jasmine. Hal itu cukup membuat gadis itu terkejut dan ingin melepasnya. Namun Gyan justru mempererat genggaman tangannya yang terasa hangat. Jasmine sesekali melirik pada pria yang terlihat sangat tinggi disebelahnya.
Dia kenapa sih bersikap seperti ini? Aku jadi merasa aneh. Batin Jasmine.
Meski dirinya masih merasa gugup dan berdebar. Akan tetapi anehnya ada perasaan nyaman dalam genggaman pria itu. Pria yang menjadi suaminya saat ini. Pria yang bersikap sangat manis setelah menikah.
Disisi lain pula, timbul berbagai macam pertanyaan sikap Gyan yang terasa seakan sungguh-sungguh. Namun ada juga perasaan takut yang terselip, takut jika hanya ia yang terbawa perasaan atas sikap manis itu. Hal ini menumbuhkan rasa gelisah yang cukup mengganggu bagi Jasmine.
...----------------...