NovelToon NovelToon
Melawan Takdir Penulis

Melawan Takdir Penulis

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Cha Yuri berkerja sebagai perkerja paruh waktu pada sebuah minimarket.
menjalani hidup yang rumit dan melelahkan membuatnya frustasi .
Namun Suatu Hari dia bertransmigrasi ke Dunia Isekai dengan bantuan sistem dia mencoba untuk menjalani setiap misi yang diberikan.
Sampai pada akhirnya dia tanpa sengaja mengubah plot nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak berharap

Pagi menjalar perlahan ke setiap sudut Akademi jiangrui. Aula makan mulai dipenuhi suara langkah, suara obrolan siswa, dan aroma bubur sihir beras biru yang mengambang di udara.

Tapi di salah satu sudut, tatapan mata penuh bara sedang menatap lurus ke arah pintu masuk.

Lingyu.

Dengan rambut diikat tinggi dan pita hijau zamrud, ia duduk dengan postur rapi tapi tegang. Di tangannya, sendok sup sudah ditekuk sedikit karena genggaman terlalu erat.

“Dia bahkan belum datang, dan aku sudah ingin melempar meja,” bisiknya kesal.

Teman di sebelahnya menoleh ragu.

“Kau bicara soal... Liangyi?”

 “SIAPA LAGI?!” bentaknya lirih.

Semenjak berita tersebar bahwa Xuanwei dan Liangyi dikirim bersama dalam misi ke perpustakaan terkutuk, dunia Lingyu seperti retak.

Bagaimana bisa gadis liar tak tahu sopan santun itu berada satu ruang dengan Xuanwei sang cahaya akademi?

 “Itu pasti kecelakaan. Tidak mungkin Xuanwei memilihnya,” bisiknya sendiri.

Tapi sekarang... dia tidak mau hanya menonton.

Pintu aula makan terbuka.

Langkah kaki keras terdengar masuk.

Liangyi.

Dengan rambut acak, ekspresi ogah-ogahan, dan langkah penuh aura ‘jangan sentuh aku’. Suara gumamannya hampir seperti kutukan kuno.

 “Kalau satu orang lagi menatapku pagi-pagi begini, aku sumpah aku lempar sendok ke tengkoraknya.”

Lingyu langsung bangkit.

Dengan gerakan seolah tidak sengaja, saat Liangyi melintasi lorong di depan mejanya—

BRAK!

Lingyu menyodok kakinya ke depan—

TUBRUK.

Liangyi jatuh, nampan makanannya terlempar, bubur sihir biru mendarat tepat ke sepatu seorang murid lainnya.

Suasana aula seketika sunyi.

Liangyi perlahan bangkit. Rambutnya menutupi sebagian wajah. Tapi suara tawanya pelan—bahaya.

 “...Oke.”

“Siapa barusan yang berpikir hidupnya cukup membosankan dan butuh neraka pagi-pagi?”

Lingyu bangkit anggun.

“Ups~ Maaf, aku tidak sengaja. Kau yang terlalu gegabah berjalan, sih,” katanya manis tapi menusuk.

Liangyi menoleh cepat.

Tatapannya seperti pisau. Senyumnya datar—nyaris iblis.

“Gegabah? Maaf, aku lupa kalau tempat ini juga penuh dengan kutu terbang pakai pita yang masih butuh validasi dari lelaki yang bahkan tidak ingat nama kalian.”

Beberapa siswa terbatuk menahan tawa.

Yang lain menatap tegang.

“Jaga sikapmu, Liangyi. Kalau tidak, kau akan melihat dirimu di papan skorsing minggu ini,” kata Lingyu, senyum semakin menegang.

“Dan kau akan tetap ada di papan pencari perhatian, setiap minggu, sampai kiamat datang. Mau aku bantu pasang lampu sorot?”

Suasana makin panas.

Beberapa guru pembimbing mulai berdiri dari kursi. Tapi sebelum keributan berubah jadi duel sihir, seseorang berdiri di pintu aula.

Xuanwei.

Dengan tatapan dingin, ia memandang ke tengah aula. Pandangannya singgah sebentar ke Liangyi... lalu ke Lingyu.

 “Apa ini yang disebut ‘pagi damai’ di akademi?” katanya datar.

Semua orang terdiam.

Liangyi hanya melipat tangan.

 “Aku damai. Cuma tersandung ego murahan yang tidak sadar diri.”

Lingyu menggertakkan gigi. Tapi tidak membalas.

Xuanwei menghela napas, lalu berjalan masuk.

 “Kalau kalian ingin bertarung, tunggu setelah pengumuman ranking. Aku tak suka menyaksikan tontonan murahan sebelum sarapan.”

Liangyi mengangkat bahu.

 “Tentu. Tapi pastikan dia tidak menghalangi jalanku lagi. Atau aku lempar dia ke tempat sampah pakai kaki kiri.”

Lingyu duduk kembali. Namun kali ini, sendoknya benar-benar patah di tangan.

Sementara itu, Liangyi hanya mengambil napannya yang terlempar, membalikkan bubur yang tersisa seperti tak terjadi apa-apa, lalu berjalan menuju meja paling pojok—sebelah ventilasi sihir yang mengarah ke taman pelindung.

Langkahnya ringan tapi menyimpan dendam.

Tak lama, suara dentingan piala emas terdengar dari panggung depan aula.

Seorang pengawas senior berdiri sambil membuka gulungan peringkat sihir mingguan.

 “Ranking pertarungan sihir minggu ini akan diumumkan setelah pengumuman misi kelompok. Semua siswa diharapkan menjaga sikap, terutama di minggu-minggu penentuan seperti ini.”

Beberapa siswa langsung membetulkan posisi duduk. Yang lain melirik ke arah papan kristal besar yang mulai menyala pelan-pelan di sisi aula.

Tapi perhatian Liangyi dan Lingyu tidak sepenuhnya tertuju ke situ.

Keduanya masih saling menatap... dari kejauhan.

Tatapan yang tak butuh sihir untuk menyakiti.

Tatapan dua dunia yang tak pernah ingin bersinggungan, tapi selalu dipertemukan oleh takdir yang usil.

 “Grup misi perpustakaan minggu lalu, maju ke depan,” suara pengawas menggema.

Liangyi mengangkat alis. Xuanwei sudah berdiri dan melangkah ke depan tanpa banyak bicara.

Setengah aula memperhatikan setiap langkah Xuanwei seperti sedang menyaksikan seorang pangeran berjalan menuju takhta.

Liangyi berdiri malas-malasan, menyeret kakinya tanpa semangat.

Namun sebelum ia benar-benar berjalan melewati meja Lingyu, ia berhenti sejenak, membungkuk sedikit... dan berbisik, cukup hanya untuk Lingyu dengar:

 “Kau tahu... kalau aku serius ingin menjatuhkanmu, kau gak akan bisa berdiri lagi sampai lulus nanti.”

Lalu dia pergi.

Dengan langkah yang kali ini tak bisa ditahan siapa pun.

Lingyu mematung. Tapi di dalam dadanya, ada bara yang menyala makin besar.

Bukan karena takut.

Tapi karena dia tahu... perang ini belum selesai.

Lingyu duduk kembali, wajahnya masih tersenyum—tapi jemarinya meremas sisi meja seperti hendak merobeknya.

Liangyi berjalan melewati semua pandangan dengan kepala tegak, lalu duduk di kursinya seperti ratu barbar yang baru saja menaklukkan ruang makan.

Xu Ming, salah satu siswa pengamat ranking sihir, berdiri di depan papan proyeksi cahaya.

“Hari ini diumumkan Top 10 murid aktif berdasarkan misi terakhir, kontribusi sihir, dan penilaian langsung dari pengawas.”

Beberapa siswa langsung duduk tegak.

Liangyi justru mengunyah potongan roti tanpa semangat, sementara satu tangan menopang dagu.

“Nomor 10—Lingyu dari Departemen Strategi Ilusi!”

Tepuk tangan ramai, meski sebagian terasa dipaksakan.

Lingyu tersenyum tipis, menatap sekilas ke arah Liangyi.

“Nomor 9… hingga 5 akan ditampilkan cepat. Dan akhirnya...”

Xu Ming menatap catatan di tangannya.

“Nomor 3—Putri Kaca Surya, Yanlin.”

“Nomor 2—Xuanwei.”

Hening sejenak.

Beberapa siswa langsung saling pandang.

“...Tunggu, lalu nomor satunya siapa?” bisik mereka.

Xu Ming meneguk ludah.

“Nomor 1... untuk pertama kalinya masuk ranking atas setelah misi Perpustakaan Terkutuk... dari Departemen Keterpencilan...”

Suaranya bergetar.

“Liangyi.”

Tepuk tangan lambat. Lalu sunyi. Seperti tak percaya.

Sendok Lingyu jatuh ke lantai.

Liangyi mendongak, wajahnya datar.

“Hm?”

“Aku? Gak salah data tuh?”

Xu Ming buru-buru menunjukkan simbol sihir verifikasi.

“T-tidak! Nilai mentahmu melewati batas kelulusan tiga kali lipat. Bahkan—bahkan laporan kontribusi dari Xuanwei menyatakan kau yang memecahkan sistem pertahanan perpustakaan dan... menyelamatkan nyawanya.”

Liangyi menoleh ke arah Xuanwei. Pandangan mereka bertemu.

Xuanwei tidak tersenyum. Tapi ia mengangguk pelan.

Itu lebih dari cukup.

Liangyi menarik nafas dalam.

“Gila. Dunia ini benar-benar bosan kalau aku bisa jadi nomor satu.”

1
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
O.nyx: terimakasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!