Aaric seorang CEO muda yang belum terpikir untuk menikah harus memenuhi keinginan terakhir neneknya yang ingin memiliki seorang cicit sebelum sang Nenek pergi untuk selama-lamanya.
Aaric dan ibunya akhirnya merencanakan sesuatu demi untuk mengabulkan keinginan nenek.
Apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengutarakan.
Cup. Aaric mengecup bibir Naina dengan lembut.
Naina yang kaget langsung membuka matanya, melihat Aaric tengah memandangnya dengan tajam sambil melepas tangan yang memegang tengkuk leher istrinya.
"Mulai sekarang jaga jarak dengan pria itu, karena aku tidak suka melihatnya," ucap Aaric dengan serius, menatap mata istrinya dalam.
Refleks Naina menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Dan satu lagi, berhentilah mengatakan kalau pernikahan kita karena sebuah kesepakatan, mulai sekarang hormati hubungan ini," lanjut Aaric.
Lagi-lagi Naina menganggukan kepalanya.
Aaric mundur selangkah lalu berjalan mendekati tempat tidur.
"Tidurlah, karena pagi-pagi sekali kita akan pulang." Aaric duduk lalu merebahkan tubuhnya.
Naina perlahan mendekati tempat tidur, berjalan mendekati sisi tempat tidur yang kosong, lalu duduk di atasnya, dengan jantung yang masih berdebar kencang, Naina membaringkan tubuhnya perlahan lalu memiringkannya membelakangi suaminya.
Naina memegang dadanya, merasakan jika detak jantungnya masih berdebar kencang, apalagi ketika dia mengingat kembali detik-detik Aaric mencium bibirnya, sebuah ciuman yang sebenarnya adalah ciuman pertama baginya.
Ternyata tak hanya Naina saja yang merasakan jantungnya berdegup kencang, karena sebenarnya Aaric pun demikian, ini memang bukan ciuman pertama baginya namun Aaric merasakan hal lain ketika dia mengecup bibir Naina yang sebenarnya awalnya hanya untuk menakut-nakuti Naina saja.
Aaric beranjak dari tidurnya, menurunkan kakinya ke lantai dan duduk membelakangi Naina.
"Maaf," ucap Aaric dengan pelan.
Naina nampak kaget.
"Maafkan karena kelakuanku tadi," lanjut Aaric lagi.
Naina juga bangun dari tidurnya, duduk di tepi tempat tidur lalu menundukkan kepalanya.
Kini mereka duduk terdiam sejenak saling membelakangi.
"Kak Farhan sudah seperti kakak buatku, kami tumbuh bersama di panti ini," ucap Naina pelan.
"Aku tahu, maafkan aku yang tidak mengerti," jawab Aaric juga pelan.
Keduanya terdiam sejenak.
"Itu semua karena aku cemburu," ucap Aaric tiba-tiba mengagetkan Naina.
"Aku tidak tahan melihatmu berdekatan dengan lelaki lain, siapapun itu, termasuk Kak Farhanmu." Aaric memberanikan diri mengatakannya.
Naina terlihat bingung, dia nampak berpikir sambil meremas kedua tangannya.
"Kenapa kamu cemburu?" Naina tak bisa menahan rasa penasarannya, karena itu dia juga memberanikan diri untuk bertanya.
Aaric tersenyum.
"Aku mencintaimu," jawab Aaric dengan tenang.
Naina terkesiap, jantungnya kembali berdegup kencang.
"Kamu pasti kaget, sebenarnya aku juga. Aku tidak menyangka akan jatuh hati padamu. Awalnya aku ragu akan perasaanku ini, tapi setelah aku merasa cemburu melihatmu dengan laki-laki lain aku jadi yakin akan perasaanku padamu."
Aaric bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Naina, dan berdiri tepat di hadapan Naina yang masih duduk di atas tempat tidur.
Naina mengangkat kepalanya, melihat Aaric.
"Aku hanya ingin kamu tahu akan perasaanku yang sebenarnya padamu," ucap Aaric.
"Mengenai perasaanmu padaku, sebenarnya aku tidak peduli, kamu mencintai atau bahkan membenciku aku tidak peduli karena yang terpenting sekarang adalah kamu adalah milikku."
Naina kembali menurunkan pandangannya.
"Tentang kesepakatan itu, aku anggap tidak ada, yang terpenting sekarang adalah aku sudah menikah denganmu, kamu akan melahirkan anakku, dan kamu juga yang akan merawat dan membesarkannya. Kamu dan aku. Kita berdua akan membesarkan anak-anak kita."
Naina kembali melihat wajah Aaric, lalu beranjak dari duduknya.
"Aku bukan wanita yang cocok untuk jadi pendampingmu."
"Karena kamu miskin?"
"Lebih dari itu."
"Aku tidak peduli!"
"Tapi orang lain peduli."
"Masa bodoh dengan orang lain." Aaric berjalan mendekati Naina.
Naina mundur namun lupa jika dibelakangnya ada tempat tidur, hingga dia akan jatuh terduduk, tapi Aaric dengan cekatan memegang lengan istrinya, menariknya ke dalam pelukannya.
Naina yang kaget menatap wajah suaminya.
"Cintai aku karena kamu tidak ada pilihan lain," ucap Aaric pelan.
Naina langsung terlihat salah tingkah, dia mencoba melepaskan diri dari pelukan suaminya.
"Sudah malam, sebaiknya kita tidur." Naina duduk di atas tempat tidur.
Aaric tersenyum .Dia berjalan menuju sisi lain tempat tidur lalu duduk diatasnya kemudian merebahkan tubuhnya kembali.
Naina juga kembali membaringkan tubuhnya, seperti biasanya dia tidur dengan memiringkan tubuh membelakangi suaminya dengan berbagai perasaan yang berkecamuk.
Aaric juga memiringkan tubuhnya, tapi kali ini tidak membelakangi Naina, Aaric tidur menghadap ke arah istrinya, menghirup aroma rambut Naina yang berada tepat di hadapannya.
Aaric merasa lega telah mengungkapkan isi hatinya, dia berharap istrinya itu juga membalas perasaannya, dia sangat mengharapkan itu agar dirinya dan Naina bisa menjalani hubungan pernikahan yang semestinya.
Sementara Naina nampak semakin bingung, mencerna setiap kata dan kalimat yang diucapkan Aaric padanya tadi, membuatnya tidak bisa tidur sama sekali.
***
Pagi hari.
Naina bangun pagi sekali, setelah membantu sedikit pekerjaan di panti, dia lalu mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke kota.
Menunggu suaminya yang ketika ditinggalkannya tadi masih tertidur, Naina menghampiri ibu Farida di dalam kamarnya.
"Jadilah istri yang baik yang menjalankan semua kewajiban sebagai seorang istri, urus suamimu dengan baik, perhatikan makanan dan semua kebutuhannya, ibu yakin kamu sudah tahu jika melayani suami adalah tugas utama seorang istri." Nasihat Ibu Farida.
Naina hanya tertunduk, merasa tersindir karena dirinya yang tidak pernah melakukan hal itu pada Aaric.
"Menikahlah hanya untuk sekali seumur hidup, yakinlah bahwa dia adalah laki-laki terbaik yang dikirimkan oleh Allah SWT untukmu, dialah jodohmu maka karena itu kamu harus mencintai dan menerimanya sepenuh hati."
"Lupakan soal kuliahmu karena setelah seorang wanita menikah tidak ada yang penting lagi baginya kecuali suami dan anak-anaknya."
"Dengarkan semua nasihat ibu nak, jaga keutuhan rumah tangga kalian, jangan sampai ada apapun yang memisahkan kalian. Cukup ibu yang merasakannya." Ibu Farida memeluk Naina.
Naina menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Aku akan mendengar semua perkataan ibu, aku berjanji."
Naina merasa kalau semua yang diucapkan ibunya sebagai sindiran keras baginya.
Dirinya lupa bahwa bagaimanapun caranya mereka menikah, karena apapun itu, maka semua itu tidak akan menggugurkan semua kewajibannya sebagai seorang istri yang harus melayani suaminya
***
Naina melambaikan tangannya pada semua orang yang mengantarkannya ke mobil.
Mobil berjalan perlahan meninggalkan panti, Naina menghempaskan tubuhnya pada kursi, rasa sedih tak bisa disembunyikan di raut wajahnya.
"Kita akan sering mengunjungi mereka, kalau kamu mau kita bisa kesini setiap akhir pekan. " ucap Aaric menghibur istrinya.
Naina langsung melihat Aaric di sebelahnya.
"Benarkah?" tanya Naina dengan raut wajah berbinar.
Aaric menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih." Naina tampak tersenyum senang.
"Apa aku sudah mengatakannya jika kamu sangat cantik jika tersenyum." Aaric terdengar menggombal.
Naina langsung menutup mulutnya, wajahnya nampak salah tingkah, membuat Aaric tersenyum geli.
"Aku akan mendaftarkan pernikahan kita, setelah itu kita gelar resepsi, aku ingin semua orang tahu jika kamu adalah istriku."
**************
Hai pembaca setia, baru kali ini author menyapa kalian disini 🥰🥰🥰
Sebelumnya aku ingin ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua dukungan kalian selama ini🙏🏻🙏🏻
Kali ini aku ingin menyampaikan sesuatu hal, yakni tentang ritme up aku yang tidak beraturan.
Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena itu, semuanya karena real life aku yang sibuk akhir-akhir ini.
Harap kalian maklum ya 🙏🏻😁 , yang pasti adalah aku akan usahakan untuk terus up walaupun hanya satu episode perhari.
Terima kasih atas perhatiannya 🙏🏻🙏🏻
Salam sayang dari aku.
Almaira