BIJAKLAH DALAM MEMILIH TULISAN. SESUAIKAN DENGAN UMUR KALIAN.
"NOTE : JIKA INGIN BERGABUNG DALAM GRUP CHAT UNTUK LEBIH DEKAT DENGAN AUTHOR, TOLONG SERTAKAN ALASAN YANG JELAS!"
Cemas, dan takut. hal itulah yang dirasakan Nadine Alistie begitu mendengar sang mantan dari kekasihnya telah hidup menjanda. berulang kali ia harus menelan pahitnya kekecewaan saat sesuatu yang ia khawatirkan itu benar-benar menjadi kenyataan, sang kekasih ternyata telah diam-diam menjalin hubungan dengan masa lalunya.
Bertahan atau meninggalkan? tentu itu adalah pilihan yang sulit untuk seseorang yang sudah menjalani hubungan asmara selama 5 tahun lamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mys05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Alistie sudah berada di salah satu hotel mewah dijakarta berjarak satu kilometer dari pusat kota.
Sesampainya ia dikamar yang sangat luas berinteriorkan gaya eropa gadis itu terduduk. ia menghela nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan melalui mulut. dengan mata yang membengkak Alistie mengacak rambutnya, sangat sulit baginya untuk melupakan Farhan. disisi lain ia sudah sangat tidak tahan, tetapi disisi lainnya setiap kali ia melihat pemuda itu dihadapannya ia selalu tak kuasa menahan tangis, dan kembali merasakan kegelisahan.
Lagi-lagi air matanya mengalir, ia melangkah membuka tirai dan memperhatikan pemandangan guna merilexan diri. "Gue gak boleh goyah! dia sama sakali gak pantes buat gue." batin Alistie
Alistie memejamkan matanya sejenak, mungkin ini konyol. tetapi dibalik kebiasaanya yang selalu menghabiskan waktu dihotel Alistie sukses dapat menenangkan dirinya. tentu saja hal itu selalu ia lakukan seorang dari, tapi tidak untuk kejadian beberapa waktu yang lalu saat Andre dan dirinya tidak sengaja melakukan sesuatu hal yang memalukan.
Alistie tersentak saat terdengar suara nyaring dari telephone yang sudah disediakan oleh pihak hotel. gadis itu mendekati telephone tersebut dengan penuh keheranan, "Hallo?"
"Selamat malam, dengan Nona Alistie. mohon maaf mengganggu, ada seseorang yang ingin bertemu." ucap seorang wanita yang mungkin saja itu dari resepsionis yang melayani Alistie dibawah.
"Atas nama siapa?" tanya Alistie.
"Atas nama, Andrean Lesmana."
Sejenak Alistie terdiam mengerutkan dahinya dan berpikir, "Andre? kok dia bisa tau gue disini?"
"Hallo Nona Alistie? demi kenyamanan apa anda mengijinkan?" tanya pegawai hotel tersebut meminta persetujuan.
"Oke!"
"Terima kasih, Mohon maaf karna sudah mengganggu istirahatnya."
Alistie masih terlihat kikuk, ia terus bertanya-tanya. padahal terakhir ia membalas pesan Andre pada saat dirumahnya, sebelum Alistie turun menemui Farhan dan kedua orang tuanya. dan setelah itu Alistie bahkan belum menyentuh ponselnya kembali.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Alistie yang sudah sangat yakin jika itu Andre pun langsung mendekati pintu dan membukakannya.
"Ndre... kamu kok bisa tau aku disini?" tanya Alistie yang langsung melemparkan pertanyaan tersebut saat Andre benar-benar datang berada dihadapannya.
"Tadi pas aku sampe depan gerbang rumah kamu, aku liat mobil kamu keluar. trus aku ikutin dan ternyata itu beneran kamu." sahut Andre tersenyum tipis.
"Pantes ajah."
Sorot mata Andre melirik kedalam kamar seolah ingin memastikan jika didalam ruangan tersebut tidak ada orang lain selain Alistie. "Kamu sendirian?"
Alistie mengangguk, dan kemudian membuka pintu tersebut sedikit lebih lebar. "Ayo masuk." ajak Alistie.
"Mmmm... gapapa nih?" tanya Andre.
"Santai ajah, kita sekarang gak lagi mabuk kan." celetuk Alisti diselingi tawa kecil hingga sukses membuat raut wajah Andre terlihat kikuk.
Pemuda itupun masuk kedalam, ia mendudukan bokongnya diatas sofa dengan mata yang mengamati setiap detail ruangan.
"Aku gak ada makanan, Ndre. tadi gk sempet beli." ucap Alistie mendekati Andre dan duduk disebelahnya.
"Kamu laper?"
"Enggak, kan buat kamu."
Andre tersenyum tipis dengan mata yang memandang Alistie penuh kekaguman. "Kalo kamu mau makan pesen ajah, aku yang traktir."
Alistie terkekeh, kemudian menjawab. "Gak lah, takutnya kamu ngerasa aku anggurin."
Andre mengerutkan dahinya, saat melihat jika mata dan hidung Alistie sedikit memerah. "Kamu nangis?" tanya Andre penuh penekanan.
Alistie menggelengka kepalanya, seolah ingin menyembunyikan hal yang sebenarnya. "Enggak, aku gak nangis."
"Itu mata kamu bengkak."
"Masa sih? enggak ah, aku gak nangis." ucap Alistie berbohong.
Andre memiringkan senyum, ia semakin memangkas jarak dan mendekatkan wajahnya kepada Alistie. "Kamu bisa bohongin semua orang, tapi kamu gak bakal pernah bisa bohongin aku." tegas Andre.
Alistie menghela nafasnya, sejujurnya ia enggan mengatakan hal ini. tapi bila dipikir-pikir sepertinya tidak ada salahnya ia bercerita pada Andre. toh keduanya memang sudah sepakat untuk menjalin kedekatan, sampai pada akhirnya Alistie memutuskan setuju atau tidak jika Andre menikahinya. "Itu... sebenernya Farhan lamar, aku."
Deg... hal yang cukup mengejutkan, bawasannya Andre sendiripun memang ingin melamar Alistie jika Alistie sudah mengatakan iya. "Kamu terima?"
"Ya enggak, makanya aku kabur kesini." sahut Alistie dengan cepat.
"Tapi kenapa kamu nangis? kamu masih peduli sama dia?" tegas Andre mencecar.
Kenapa Alistie jadi merasa Andre sedikit agresif dari biasanya, gadis itu menelan salivanya kemudian menjawab. "Enggak, jangan sembarangan deh kamu."
"Ihh kamu kenapan sih? gak kaya biasanya."
"Karna aku udah mulai suka sama kamu!" sahut Andre spontan.
Alistie terkejut, sesingkat itu ia bisa membuat Andre tertarik dan bahkan Andre secara gamblang memperlihatkan kecemburuannya. "Ndre tapi itu... tapi itu kecepetan." sahut Alistie gugup.
"Al, saat kita sepakat buat ngejalin kedekatan. waktu itu kamu gak bilang kalo aku harus jatuh cinta sama kamu dalam waktu sekian." tegas Andre.
"Ndre tapi aku..."
Andre menghela nafasnya, ia merasa memang sepertinya tidak mungkin jika Alistie jatuh cinta padanya. pria itu kemudian beranjak dan berkata, "Aku ngerti, dari awal aku udah tau kalo kamu gak mungkin tertarik sama aku."
Alistie hanya bisa tertunduk dan membisu, dan kebungkamannya membuat Andre berpikir jika semua itu memanglah benar.
"Aku pulang," ucap Andre sambil berlalu.
"Ndre tunggu," pekik Alistie membuat langkah Andre terhenti. "Jangan pergi." ucap Alistie melingkarkan tangannya diatas perut pria tersebut.
Andre hanya terdiam, entah kenapa ia berpikir jika Alistie hanya menjalin kedekatan tersebut dengannya karna terpaksa. "Kenapa kamu lakuin hal ini?" tanya Andre saat merasakan wajah Alisti menempel dipunggungnya.
"Karna aku butuh waktu lebih lama lagi, aku belum terbiasa, Ndre."
Pria jangkung itu melepaskan tangan Alistie, ia memalingkan tubuhnya dan menatap Alistie dengan begitu intens. "Percuma kalo kamu masih gak bisa relain mantan kamu itu."
Mungkin sesuatu yang Andre ucapkan itu benar, tapi Alistie sudah memantapkan hatinya untuk melupakan Farhan. dan segera ingin membuka hatinya untuk Andre, seseorang yang sudah merenggut kesuciannya. Cup... Alistie mengecup bibir Andre secara singkat.
"Buat apa kamu cium aku?" tanya Andre mengerutkan dahi.
"Ya... biar kamu gk marah-marah terus." celetuk Alistie melebarkan senyumnya.
"Yaudah kalo gini caranya aku bakalan marah terus." sahut Andre datar.
Sejenak Alistie terdiam, setelah ia bisa mencerna ucapan Andre gadis itupun terkekeh. "Ciye cuma dicium doang langsung luluh," celetuk Alistie menggoda.
"Terserah aku." ucap Andre kemudian langsung meraup bibir Alistie.
Suasana menjadi hening seketika, hanya terdengar dentuman jam dinding diruangan tersebut saat bibir Andre dan Alistie lagi-lagi saling bertemu. Alistie bahkan sampai jatuh diatas sofa saat Andre mendorongnya kesana tanpa melepaskan penyatuan tersebut. Alistie merasa ada sesuatu yang menyengat dirinya saat ia merasa ciuman Andre kali ini terasa lebih liar dari biasanya, bahkan saat Alistie sudah kehabisan nafas pun Andre terus memainkan lidahnya didalam rongga mulut Alistie dengan sangat terlatih.