ANAK KEMBAR JENIUS

Entah apa yang akan terjadi pada ibu dan anak itu setelah Nelson Hongli memberi perintah agar mereka dibawa pulang ke mansion Hongli.

Nelson berkata dengan dingin. “ Ingat ini belum selesai, aku akan membereskannya setelah aku pulang nanti.”

Bibi dan sepupunya gemetar ketakutan mendengar ancaman Nelson Hongli, hingga tak mampu berbicara apa pun ketika Nelson membawa pergi kedua anak itu.

Nelson Hongli membawa Dean dan Dion ke sebuah ruangan di kantor Manajer, dia memeriksa luka keduanya, dan hendak memanggil dokter pribadinya untuk mengobati keduanya.

Dia sangat perhatian, peduli, dan juga khawatir akan keadaan mereka berdua, tatapannya menunjukkan luka hatinya, Dean merasakan sesuatu seperti mengenal Nelson lebih dekat, namun Dean bingung dengan apa yang dirasakannya itu karena baru bertemu dengannya hari ini saja.

“ Tidak perlu memanggil dokter. Ini luka kecil bagi kami, paman tidak perlu khawatir,” seraya Dean memberikan senyuman hangat pada Nelson.

“ Ya paman. Ini sudah tidak apa-apa, sakitnya sudah hilang, paman tidak perlu khawatir,” Dion yang berhambur mendekat pada Nelson dan berkata. “ Izinkan aku memelukmu sebentar paman.”

Nelson yang kaget pun hanya bisa menerima pelukannya. Rasanya begitu hangat dalam hatinya dia berkata. “ Apakah seperti ini rasanya memiliki putra?”

“ Maafkan paman Nak, karena datang terlambat sehingga kalian terluka, aku sebagai orang dewasa seharusnya aku bisa melindungi kalian,” Nelson merasa sangat terluka.

Namun Dean dengan santai mengatakan. “ Ini sudah terjadi tidak ada yang harus disesali, jangan menyalahkan dirimu sendiri paman,”

“ Kakak, apakah kita jadi membeli laptopnya?” Dion bertanya pada Dean.

“ Hhmmppp…” Dean menganggukan kepalanya tanda setuju. Kemudian dia bertanya pada Nelson Hongli.

“ Apakah paman bisa menepati janji, untuk menemani kami membeli laptopnya?”

Nelson yang sedari tadi melamun mendengarkan percakapan keduanya terkesima, dirinya begitu takjub dalam batinnya dia berkata.

“ Bagaimana bisa kedua anak ini menyikapi kekerasan dengan hati yang lembut. Orangtuanya sangat hebat dalam mendidik keduanya.”

“ Paman… paman Nelson…” Dion memanggil.

Nelson pun tersadar dan bertanya. “ Apa yang ingin kalian lakukan?”

“ Kami ingin membeli laptop baru paman,” Dion menjawab.

“ Baiklah,” Nelson seraya memendam kemarahannya atas kejadian yang menimpa mereka.

Setelah hampir dua jam memilih-milih laptop mana yang mereka inginkan, akhirnya mereka memilih dua laptop baru dan seperangkat komputer untuk di pakai.

Mereka pergi ke kasir untuk membayarnya, Nelson ingin membayarkan tagihannya namun, di tolak dengan halus oleh Dion karena mereka masih ada cukup uang untuk membayarnya.

“ Tidak perlu paman. Kami masih bisa membayarnya. Kami masih memiliki uang,” ucap Dion.

“ Tagihannya cukup mahal, kami tidak bisa membiarkanmu untuk membayar semua ini. Lagi pula ini barang-barang kami,” ucap Dion sembari memberikan kartu miliknya untuk menyelesaikan pembayarannya.

Nelson hanya berdiri tidak memahami situasi apa yang sedang terjadi saat ini.

Dalam benaknya terlintas. “ Bagaimana anak kecil ini bisa berbicara layaknya orang dewasa?”

Nelson yang sangat menyukai kedua anak ini, dalam hatinya dia ingin memiliki mereka, andaikan saja anak ini adalah putranya betapa bahagianya dia.

Kembali ke perusahaan Hongli Group.

Di perusahaan akan ada sebuah proyek baru, dan mengusulkan siapa pun yang bisa mendesain perhiasan untuk model terbarunya bisa mengirimkan sketsa mereka ke manajer desainer. Jika desain sketsanya menang akan menjadi model perhiasan musim ini.

Like, vote, dan komen ya guys. Terima kasih🙏🥰🌹

Bersambung