Ardian Rahaditya hanyalah seorang pemuda biasa, yang bercita-citakan kehidupan normal seperti anak bungsu pada umumnya.
Namun, kehadiran gadis berisik bernama Karina Larasati yang entah datang dari mana membuat hari-harinya dipenuhi dengan perdebatan.
"Bang Ar, ayodong buruan suka sama Karin."
"Gue udah punya pacar, lebih cantik lebih bohay."
"Semangat ya berantemnya, Karin doain biar cepet putus."
"Terserah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MALAM MINGGU 2
Ardi tengah menuang air dingin ke dalam gelas saat notif grup chat membuat ia merogoh saku celana selututnya. Siapa lagi jika bukan dari grup tidak penting yang menamakan dirinya sebagai buronan mertua.
Buronan mitoha.
Irfani A: Gimana nih rencana tinggal wacana, katanya mau nyusun strategi buat nyadarin Nadia.
Membaca pesan itu, Ardi tersenyum, tentang kabar putusnya dia dengan gadis bernama Nadia memang belum ada yang tau.
Edoardo D : ngapa nih bawa-bawa Nadia.
Irfani A : Sat, ini grup ya, lupa gw.
Ardian R : Nggak usah, Pang. Gue udah diputusin juga.
Edoardo D: Serius lo putus?
Ardian R: Emang Nadia nggak ngomong.
Edoardo D : Dia masih marah soal yang kemaren.
Ardian R: Gue jamin nggak, samperin aja ke rumahnya.
Agung N :Buruan tembak Do, jan sampe gue tikung.
Obrolan chat grup masih berlanjut saat Ardi memutuskan untuk kembali ke kamarnya, namun pemuda itu malah berbelok ke ruang tamu dan menduduki sofa di sana, gelas di tangannya ia letakan ke atas meja.
Irfani A: Malem minggu ini, nggak ada rencana nongkrong di mana gitu.
Edoardo D: Sory, gue lagi mau ke rumah Nadia.
Agung N: wey Gercep dia.
Ardian R: Semangat Mas Bro. Siapin diri buat penolakan, patah hati nggak ditanggung bpjs.
Edoardo D: Sialan.
Ardian R: Lo bukannya lagi deketin temennya Nadia Pang?
Irfani A: Mana? Chat gue aja nggak di read padahal online.
Agung N: Sabar Pang. Mungkin tenggelamnya chat lo belum bisa ditemukan tim sar.
Ardian R: Mungkin juga tu anak ngerubah dua centang biru jadi bentuk belum dibaca, males dia ngladenin lo.
Irfani A: anjiir jadi pada mojokin gue si.
Edoardo D: Gue otw ke rumah Nadia, doain moga lancar.
Irfani A: Siapa dulu yang bilang nggak bakalan mau sama bekasan si Ardi.
Agung N: yang merasa aja.
Edoardo D: Nadia kan beda.
Ardian R: Beda apanya sama aja.
Edoardo D: Lo apain Nyet.
Ardian R: Tanya aja sama anaknya, sekalian suruh bandingin enakan yang mana.
Edoardo D: Setaan!
Agung N: Jan gitu Ar, ntar dia nggak jadi ke rumah Nadia malah belok ke rumah lo.
Ardi tertawa sendiri, puas mengerjai temannya itu, padahal jangankan untuk berbuat yang iya-iya, peluk saja dia belum pernah. Nadia tidak se agresif saudara sepupunya, gadis itu tipe-tipe perempuan yang dicari banyak pria, tapi herannya kenapa dia tidak bisa menyukainya. Malahan...
"Lo mau kemana?" Tanya Ardi pada gadis remaja yang tampak rapi dengan dress selututnya yang sialnya terlihat cantik. Pemuda itu beranjak dari duduknya dan menghampiri sang adik.
"Kan Karin udah bilang kemaren, kalo malem ini Karin ada janji kencan sama Kak Dewa." Karin menjawab dengan menekankan kata kencan yang membuat abangnya itu berdecak kesal.
"Ya nggak usah seheboh ini kali dandannya."
"Biasa aja kok," jawab Karin, takut-takut melirik sorot mata abangnya itu yang seolah ingin menelannya bulat-bulat. "Abang malem mingguan sono sama Mbak Nadia."
Ardi menghela napas, belum sempat berucap, suara bel di pintu mengalihkan perhatian keduanya
Karin beranjak ke arah jendela, sedikit mengintip dan ternyata memang benar, Dewa lah yang berada di sana. Gadis itu jadi gugup, entah Karena kedatangan pemuda bernama Dewa, atau karena melirik tatapan abangnya yang semakin tajam saja.
"Karin pamit, Bang. Tadi udah Izin sama orang rumah yang lain kok," ucapnya kemudian beranjak ke pintu untuk membuka benda itu.
Belum sempat gadis itu melangkah, sang abang sudah menariknya lebih dulu. "Bisa nggak lo nggak usah kemana-mana?" Tanyanya.
Karin terdiam, menatap abangnya itu dengan aneh. "Ya nggak bisa lah, kan Dewanya udah dateng," tuturnya.
Karin hendak kembali beranjak ke pintu saat kemudian Ardi menarik lengannya dan membawanya ke dalam kamarnya sendiri.
"Batalin kencan lo sama tu anak." Ardi berucap setelah merapatkan gadis remaja itu ke dinding sebelah pintu kamarnya.
Karin membuang muka saat wajah abangnya begitu dekat, gadis itu mendorongnya. "Nggak bisa, Bang. Dewanya udah di depan."
"Batalin atau gue bakalan bikin lo nggak berani muncul depan cowok lo itu," ancam Ardi, mencondongkan wajahnya mendekati gadis itu.
"Bang Ar!" Karin meronta saat bibir abangnya menempel di leher, terasa lembab dan membuatnya amat ketakutan. Dengan sekuat tenanga dia mendorong pemuda itu menjauh.
Karin meraih gagang pintu namun Ardi dengan cepat menariknya dan memeluknya dari belakang , kembali menempelkan bibirnya di permukaan leher gadis itu, bersiap memberikan tanda kepemilikan.
"Karin cuma pengen seneng, segitu nggak bolehnya, Bang!" Bentak gadis itu dengan sedikit bergetar yang membuat Ardi terdiam.
Karin menghindar, berbalik menatap abangnya saat pemuda itu melonggarkan pelukannya.
Matanya yang berkaca-kaca membuat Ardi tidak tega, pemuda itu mengusap wajahnya gusar. "Yaudah sana lo pergi," ucapnya, dengan menunjuk pintu menggunakan dagu, tatapannya ia alihkan kemana saja.
"Bang?" Panggil Karin lirih, bingung dengan sikap abangnya yang berubah dingin.
"Udah cepetan pergi, lo mau gue berubah pikiran, terus nyerang lo lagi?"
Karin sedikit terhenyak di tempatnya, gadis itu menelan ludah gugup, matanya yang berkaca-kaca mendadak surut.
Dia punya ketakutan yang aneh sekarang, ketakutan yang berbeda dari sebelumnya, rasa takut saat melihat pemuda di hadapannya itu kecewa.
Karin yang pergi keluar dari kamarnya membuat Ardi menghela napas, tidak lama setelahnya suara deru mesin mobil yang sempat terparkir di pelataran rumahnya itu terdengar, gadis itu sudah pergi dengan pacarnya, dan hal itu membuat Ardi menonjok tembok di kamarnya dengan kesal.
"Sialaan!" Umpatnya marah, marah pada dirinya sendiri yang begitu lemah, benci dengan rasa sakit di hatinya yang belum pernah dia rasakan dari para perempuan sebelumnya.
***iklan***
Author: Siapa kemaren yang pengen Ardi galau. Ini gue turutin.