Harap bijak dalam memilih bacaan.
Novel ini murni imajinasi author, bukan menceritakan kisah nyata.
Bergelimang harta nyatanya tidak menjamin seseorang hidup bahagia. Seperti yang di alami oleh Jenifer Alexander, atau yang kerap di sapa Jeje.
Banyaknya harta membuat gadis berwajah cantik itu bisa membeli apapun yang dia inginkan. Namun sayangnya hidupnya hampa, hatinya kosong, dia tidak bahagia.
Kesibukan kedua orang tuanya pada perusahaan dan bisnis, membuat Jeje kesepian dan kurang perhatian, dia juga merasa jika kedua orang tuanya tidak peduli padanya. Hingga akhirnya Jeje memilih untuk mencari kebahagiaan diluar sana dengan cara yang salah.
Dia menjadikan dirinya sebagai sugar baby.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Sebatas ini
Om Kenzo membawaku masuk kedalam kamarnya, aku membayangkan dia akan meletakanku di ranjang. Namun om Kenzo terus melangkah hingga melewati ranjang besar miliknya dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Om,,,!" Aku menekan dada om Kenzo sembari menatapnya. Om Kenzo hanya mengangkat dagu sebagai isyarat untuk meminta penjelasan padaku.
"Kenapa di kamar mandi,,?" Tanyaku polos.
Bagaimana bisa kita akan melakukannya di kamar mandi. Apa aku harus merebahkan diri dilantai atau bathtub.? Pikiranku tidak sampai untuk membayangkannya.
"Memangnya kenapa,,?" Om Kenzo meletakanku di dalam bathtub, lalu menyalakan keran air untuk mengisi bathtub. Aku menyilangkan kedua tangan didepan dada, lalu menekuk lutut untuk menutupi area intiku dibawah sana.
"Emang bisa disini om,,?" Tanyaku dengan wajah yang mungkin sangat lucu. Om Kenzo bahkan sampai menahan tawa, aku tau karna dia mengatupkan rapat - rapat bibirnya.
"Dimana saja bisa, asal nggak didepan umum,,"
Jawabnya. Om Kenzo melucuti pakaiannya sendiri hingga menyisakan c*l*na d*l*m saja, kemudian ikut masuk dan duduk di depan ku.
"Sini,,," Ucapnya. Seperti biasa, om Kenzo akan menepuk pahanya. Biasanya aku akan antusias, tapi kali ini terasa berbeda dan membuatku sangat malu. Aku dalam keadaan tidak memakai kain sehelaipun, sedangkan om Kenzo juga hanya memakai c*l*na d*l*m saja.
Melihatku yang tak kunjung duduk dipangkuannya, om Kenzo langsung menarikku, membawaku duduk di pangkuannya.
"Jangan berlagak malu, tapi akhirnya menikmati,," Goda om Kenzo dengan seulas senyum
"Om,,!" Aku mencubit kesal dada bidangnya.
Om Kenzo terkekeh, dia mengacak gemas pucuk kepalaku, sedangkan tangan satunya melingkar di pinggangku.
Sesaat kemudian om Kenzo menarik tengkuk ku, bibir hangat om Kenzo memagut dengan lembut dan perlahan. Aku mengalungkan tangan di leher om Kenzo, lalu memejamkan mata untuk menikmati sentuhan tangannya yang sudah berhenti di kedua gundukan milikku. Om Kenzo tidak bisa menahan setiap kali bermain pada benda favoritnya, dia akan melahapnya dengan rakus. Hal itu menciptakan desahan indah yang lolos dari bibirku. Sesekali aku menyebut nama om Kenzo.
Satu tangan om Kenzo sudah beralih di bawah pusarku, lagi - lagi om Kenzo memberikan kenikmatan yang membuatku hilang kendali. Desahanku semakin kencang hingga membuat om Kenzo semakin bernafsu melahap kedua asetku bergantian.
Om Kenzo berhenti sesaat setelah erangan panjang yang keluar dari mulutku. Tubuhku yang terasa lemas, bersandar di dada bidang om Kenzo sambil memeluknya. Om Kenzo diam, memberiku waktu untuk menormalkan nafasku yang masih tersenggal.
*
Aku sedang berendam air hangat di dalam bathtub. Om Kenzo yang menyarankanku untuk berendam. Dia bilang, untuk mengurangi rasa lelah yang aku rasakan saat ini. Om Kenzo memang benar, aku merasa sangat lelah setelah tadi dibuat menegang dua kali.
Aku melirik om Kenzo yang berdiri dibawah guyuran shower. Aku benar - benar melihat tubuh polosnya. Mata suciku ini sudah ternodai oleh tubuh atletis milik om Kenzo. Tanganku,,, bahkan tanganku sudah menyentuh miliknya. Jantungku tiba - tiba kembali bergemuruh, mengingat kembali bagaimana om Kenzo meminta kepuasan dariku. Aku tidak tau kenapa om Kenzo hanya memintaku untuk melakukan itu, padahal aku bersedia untuk memberikan mahkota ku. Namun lagi - lagi om Kenzo bilang tidak akan menyentuhku lebih dari itu.
Entah apa alasannya, om Kenzo tidak mau mengatakan hal itu. Rasanya tidak mungkin jika om Kenzo menolak melakukannya karna tidak mau merusak masa depanku. Memangnya siapa aku.? kenapa om Kenzo enggan mengambil kesucianku.
Om Kenzo pasti sedang menjaga perasaan istri atau tunangannya.
Aku pura - pura memejamkan mata saat om Kenzo akan berjalan ke arahku.
"Jangan lama - lama Je. Kalau udah selesai, tetap di dalam kamar saja."
Aku membuka mata dan menatap om Kenzo. Dia sudah melilitkan handuk di pinggangnya.
"Emangnya kenapa om,,?"
"Ada kurir yang mau dateng, bawain baju kamu," Ujarnya, lalu segera keluar dari kamar mandi.
Aku menuruti perkataan om Kenzo. Selesai berendam, aku menunggu di kamar dengan memakai handuk kimono milik om Kenzo yang kebesaran. Duduk santai di ujung ranjang sambil mengedarkan pandangan kesudut kamar. Aku berharap menemukan petunjuk yang bisa menjawab rasa penasaranku akan status om Kenzo. Paling tidak, aku berharap bisa melihat wanita atau foto pernikahannya.
Namun aku tidak melihat foto apapun di kamar ini.
Semoga saja om Kenzo belum menikah, mungkin aku bisa punya kesempatan untuk mendapatkan hatinya. Agar aku bisa terus merasakan kebahagiaan seperti ini. Aku ingin terus berada di samping om Kenzo, menghabiskan banyak waktu dengannya. Merasakan perhatian dan perlakuan baiknya padaku.
Tapi bagaimana jika dia sudah menikah atau memiliki tunangan. Apa aku bisa mengambil milik orang lain.?
Apa aku tega merebut om Kenzo dari wanitanya.?
Tidak, aku tidak akan tega melakukannya.
Lagi - lagi aku harus sadar akan statusku dengan om Kenzo.
Aku tersentak kaget saat melihat om Kenzo yang tiba - tiba berdiri disampingku.
"Ngelamunin apa,,,?" Tanya om Kenzo sembari meletakan paperbag di sisi ranjang.
"Pake dulu bajunya,,," Ujanya lagi.
"Om bikin kaget aja.!" Keluhku. Aku benar - benar kaget saat itu karna pikiranku sedang menerawang jauh.
"Lagian suka banget ngelamun,,," Katanya sambil tersenyum.
Aku membeku, bukan karna senyum om Kenzo. Melainkan karna usapan tangannya yang terasa begitu lembut di pucuk kepalaku. Sepertinya kebiasan om Kenzo yang selalu mengusap kepalaku, akan menjadi candu untukku. Aku merasa tenang dan nyamaan setiap kali om Kenzo melakukannya.
"Om Ken tau ukuran bajuku,,?" Aku mengambil paperbag, lalu melihat isi didalamnya.
"Ukuran baju kamu sama kayak,,"
Om Kenzo tidak meneruskan ucapannya.
"Sama kayak siapa om,,,?" Tanyaku cepat.
"Sama kayak ABG ingusan diluar sana,,,".Sahutnya meledek.
"Buruan pake bajunya,,,"
Om Kenzo berlalu, dia kembali keluar dari kamar.
Mungkin om Kenzo akan bilang sama seperti Felicia. Tapi kenapa dia tidak mengatakannya saja padaku.? Bukankah itu tidak akan jadi masalah.
Huftt,,,, kepala ku terasa pusing hanya karna menduga - duga urusan pribadi om Kenzo.
Aku menatap diriku dari pantulan cermin berukuran besar yang ada di walk in closet milik om Kenzo. Om Kenzo membelikan pakaian dalam dengan ukuran yang sesuai. Dress yang aku pakai saat ini bahkan sangat pas dan cocok ditubuhku. Namun warna dusty pink membuatku semakin terlihat seperti anak kecil saja.
Setelah merapikan rambutku, aku keluar dari kamar dan menghampiri om Kenzo yang sedang duduk di ruang tamu. Jari - jarinya bergerak lincah di laptop miliknya.
"Makasih om,, dressnya pas banget,,"
Aku duduk didepan om kenzo.
Kedua tangan om Kenzo berhenti bergerak, dia mengangkat wajahnya dan menatap ku. Aku mengalihkan pandangan karna tatapan mata om Kenzo yang begitu dalam dan membuatku malu.
"Cantik,,," Pujinya.
Wajahku langsung menghangat, senang sekali rasanya mendapat pujian dari om Kenzo. Pipiku pasti sudah merona.
"Makasih om,,," Ucapku lirih.
"Dressnya yang cantik, bukan kamu." Ujarnya dengan suara datar. Aku melotot dibuatnya.
"Iihh...!! Ngeselin banget sih om."
Melihatku yang mengerucutkan bibir, om Kenzo terkekeh geli. Mungkin dia senang karna sudah membuatku kesal.
"Om Ken mau minum nggak,?" Tawarku saat om Kenzo sudah kembali fokus pada layar kecil di depannya.
"Boleh, ambilin minuman kaleng aja."
Jawabnya tanpa melihat kearahku.
Aku pergi ke dapur, mengambil dua minuman kaleng di dalam lemari es, lalu kembali menghampiri om Kenzo dan duduk disebelahnya.
"Ngerjain apaan sih om.? Serius banget,,"
Aku meletakan minuman milik om Kenzo.
"Kerjaan kantor,,,"
Om Kenzo mengambil minumannya dan meneguknya.
Om Kenzo orang yang sangat sibuk. Sudah beberapa kali aku melihatnya sibuk mengerjakan pekerjaan kantor di apartemennya. Tapi dia masih punya waktu untuk bersenang - senang denganku.
Kenapa kedua orang tuaku tidak bisa hanya sekedar meluangkan waktu untukku.?
"Aaaaa,,, omm,,,!!" Aku berteriak kaget begitu om Kenzo mengangkat tubuhnku dan mendudukanku di pangkuannya.
"Jangan kebanyakan ngelamun." Om Kenzo menarik pelan hidungku.
"Sekali lagi aku liat kamu ngelamun, aku lempar kamu dari balkon apartemen,,"
Aku memberisut ketakutan, Om Kenzo justru terbahak - bahak melihatku yang mungkin sangat pucat. Setelah itu dia bilang jika hanya bercanda saja. Bercanda yang memacu jantung ku.!
...*****...
Jangan lupa yah VOTE hari ini😊..
Vote setiap hari senin😊
Makasih,,,
Happy reading😊