NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:402
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 — Daren yang Terbelah

Reina tiba di kamar kosnya, berlari secepat mungkin setelah lolos dari perulangan waktu 07:07. Ia tidak lagi peduli dengan Naya atau Zio yang kembali diatur ulang. Prioritasnya adalah cermin kamar mandi dan surat yang ia pegang.

Ia menutup pintu kamar kosnya, menguncinya, dan menyandarkan tubuhnya di sana. Napasnya terengah, tapi pikirannya kini dingin dan terfokus—sebagian besar dibantu oleh ketenangan yang asing dari Rhea.

Jangan hancurkan cerminnya. Itu hanya akan membebaskan Diri Pantulan yang lain. Kita harus menggunakan cermin itu sebagai jembatan. Bisikan Rhea di benaknya kini terasa lebih logis daripada nalurinya sendiri.

Reina mengabaikan bisikan itu. Ia menatap surat di tangannya, surat yang ditinggalkan oleh Diri Pantulan yang ketakutan: "Ada kunci lain. Di balik cermin kamar mandimu. Kunci yang harus kamu hancurkan."

Ia berjalan ke kamar mandi, menatap cermin itu. Permukaannya biasa saja, tetapi Reina merasakan ada sesuatu di baliknya, sebuah energi yang menunggu.

"Aku butuh kebenaran," bisik Reina. "Daren adalah satu-satunya yang tahu."

Reina mengambil ponselnya, mengabaikan peringatan untuk kembali ke sekolah pada jam 07:07. Ia harus mendahului perulangan berikutnya.

Ia mengirim pesan teks ke Daren: Aula tengah malam. Datang sendirian. Aku butuh kebenaran tentang kloning.

Setelah mengirim pesan, ia menatap cermin itu lagi. Kali ini, ia melihat refleksi dirinya. Refleksi itu tampak lelah dan ketakutan, persis seperti yang ia rasakan.

Tapi di belakang kepalanya, di pantulan dinding di belakangnya, ia melihat bayangan kabur. Bayangan seorang gadis berambut panjang—Rhea. Rhea sedang tersenyum.

Reina berbalik cepat. Tidak ada siapa-siapa di belakangnya.

Ia melihat kembali ke cermin. Rhea di pantulan itu kini sudah hilang.

Reina meninggalkan kamar kos, menuju sekolah di malam hari, jauh sebelum perulangan berikutnya. Ia harus bertemu Daren sebelum Daren diatur ulang, atau dikloning.

Aula Utama kembali menjadi panggung sunyi mereka. Jam menunjukkan pukul 23:45.

Daren tiba, seragamnya kusut, wajahnya tampak seperti tidak tidur selama berhari-hari. Ia terlihat lebih seperti pria yang putus asa daripada Ketua OSIS.

"Kamu datang," kata Reina.

"Tentu saja. Di dunia ini, hanya kita berdua yang masih berbagi ingatan yang utuh. Aku harus menjaganya. Aku yang bersalah," jawab Daren, suaranya pelan dan serak.

"Jelaskan padaku. Kenapa ada Diri Pantulan? Dan kenapa dia ada banyak?"

Daren menghela napas panjang. Ia berjalan ke tengah aula, tempat ia dulu mengaku dosa tentang Rhea.

"Rhea tidak hanya ingin menciptakan ruang penebusan. Dia juga ingin menciptakan dunia yang sempurna. Dunia yang bebas dari beban psikologis di sekolah ini, sekolah kakekku yang terobsesi pada kesempurnaan," jelas Daren.

"Jadi dia menciptakan Dunia Cermin?" tanya Reina.

"Ya. Proyek L7 seharusnya menciptakan 'Dunia Cermin' yang sempurna, di mana setiap orang memiliki Diri Pantulan yang bebas dari rasa bersalah. Diri Pantulan itu akan mengambil alih dunia nyata, dan jiwa yang asli—jiwa yang penuh dosa—akan tinggal di Lantai Tujuh untuk 'penebusan' abadi."

"Kloning. Pertukaran," gumam Reina.

"Tepat. Tapi eksperimen Rhea gagal. Lantai Tujuh, si kesadaran, menyerap Rhea dan mengambil alih kendali. Dia menciptakan Diri Pantulan untuk setiap orang yang dia anggap rentan—Naya, Zio, Aksa... dan kamu."

"Kenapa ada dua Diri Pantulan? Yang di Ruang OSIS, dan yang tersenyum di pantulan?"

"Itulah yang paling mengerikan. Ketika Lantai Tujuh mengambil alih, dia menciptakan Diri Pantulan yang sempurna, yang bebas dosa, untuk mengambil alih realitas. Tapi Diri Pantulan yang asli—Diri Pantulan yang tercipta pada fase pertama, yang masih memegang sedikit rasa bersalah—berbalik melawannya."

Daren menunjuk ke jendela kaca besar di aula. "Yang tersenyum di cermin itu adalah Rhea, Kesadaran Lantai Tujuh, yang menggunakan Diri Pantulan yang sempurna. Tapi Diri Pantulan yang meninggalkanmu surat... itu adalah kloning Aksa yang menyamar, mencoba memperingatkanmu."

Reina terdiam. Aksa ada di mana-mana, melalui kloning yang menyamar sebagai Diri Pantulan Reina, yang meninggalkan petunjuk.

"Apa kunci untuk menutupnya? Kenapa Aksa bilang aku harus menghancurkan cermin di kamar kosku?"

"Cermin itu bukan cermin biasa, Reina. Itu adalah Port Jembatan yang Aksa ciptakan. Cermin itu adalah portal paling stabil yang menghubungkan jiwamu dengan Lantai Tujuh. Jika kamu menghancurkannya, kamu akan memotong sambungan jiwamu dengan dimensi itu. Itu akan membuat Rhea kehilangan kendali atas kloningmu," jelas Daren.

"Apa yang terjadi kalau aku menghancurkannya?"

"Kamu akan melepaskan kloningmu. Diri Pantulan yang sempurna akan bebas di dunia nyata. Dan kamu akan menjadi diri yang terbelah selamanya."

Reina menatap Daren. "Apa yang terjadi padamu, Daren? Apa dosamu yang sebenarnya?"

Daren menunduk. "Dosaku bukan hanya mendorong Rhea. Dosaku adalah aku tidak menghancurkan Lantai Tujuh, bahkan setelah Aksa menghilang. Aku biarkan dia hidup, karena aku berharap suatu hari, dia akan membawaku kembali ke Rhea. Aku mencintai Rhea, dan aku tidak bisa melepaskannya. Aku adalah penjaga yang egois."

Tepat setelah Daren selesai berbicara, DENTING!

Suara Lift Pertama bergema dari ruang bawah tanah, gema yang anehnya terdengar sampai ke aula.

Mereka berdua menoleh ke jendela kaca aula.

Di jendela kaca yang buram, muncul pantulan. Pantulan Daren.

Pantulan Daren di jendela kaca itu tersenyum lebar, tatapannya dingin dan kejam, tanpa emosi yang sama sekali.

Pantulan Daren. Diri Pantulan yang sempurna.

"Sudah terlambat, Daren," kata suara itu, yang entah bagaimana terdengar dari pantulan jendela.

"Pengakuanmu telah membebaskanku. Sekarang giliranku yang mengambil alih."

Daren 2025 yang berdiri di samping Reina berbalik, ngeri.

"Aku tidak... Aku tidak bisa mengendalikan bayanganku lagi!" teriak Daren 2025.

Bayangan Daren di jendela kaca itu mulai bergerak.

Dan yang lebih mengerikan, di pintu masuk aula, seorang sosok lain muncul.

Itu adalah Daren Kurniawan.

Berdiri di sana, Daren ini mengenakan seragam yang rapi, senyumnya sempurna, dan matanya memancarkan ketenangan total.

Daren yang utuh, yang tersenyum sempurna, masuk ke aula.

Reina melihat dua Daren. Satu yang lusuh dan putus asa (Daren 2025), dan satu lagi yang sempurna dan dingin (Daren Pantulan).

"Akhirnya," kata Daren Pantulan, berjalan menuju Reina. "Aku bebas. Reina Laksana. Sudah waktunya kamu menghancurkan jembatan itu. Dan aku akan mengambil alih dunia ini."

Daren 2025 menatap kembarannya dengan horor. "Dia tidak punya rasa bersalah. Dia akan mengulang dunia ini selamanya!"

Daren Pantulan mengabaikan Daren 2025. Ia mengulurkan tangan ke Reina.

"Ayo, Reina. Aku akan membantumu menghancurkan cermin itu. Dan kita akan menjadi sempurna."

Reina menyadari. Diri Pantulan yang meninggalkan surat itu adalah kloning Aksa yang menyamar, yang ingin dia menghancurkan cermin itu. Daren Pantulan yang sempurna ini adalah kloning Rhea, yang ingin dia menghancurkan cermin itu.

Keduanya ingin dia menghancurkan cermin. Keduanya ingin dia melepaskan Diri Pantulan yang lain ke dunia nyata.

Reina mundur dari keduanya.

"Aku tidak percaya siapa pun di antara kalian," kata Reina. Ia berbalik dan berlari keluar aula, menuju kamar kosnya. Ia harus mengambil risiko. Ia harus menghancurkan cermin itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!