Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB24
"Ya, Lencana Sumpah Palsu," ulang Ancient, suaranya dipenuhi kengerian. Ia melihat Evanthe mulai mengeluarkan item-item spiritualnya, tetapi Ancient segera menyingkirkan semua barang itu ke samping untuk fokus pada ancaman yang lebih besar.
"Tuan Bintang, Hamba harus menjelaskan ini. Lencana Sumpah Palsu adalah artefak yang dibuat dari tulang Panglima Pangulindera Pengkhianat. Kekuatannya adalah Kebohongan Primordial, dan fungsinya adalah mengikat sumpah dan janji."
"Bahaya utamanya bukan pada serangannya, Tuan. Ini adalah artefak kutukan yang dirancang untuk melawan Tuan."
Kelemahan Simbol Kegelapan: "Karena Lencana ini dibuat oleh Garis Keturunan Pengkhianat yang berlawanan dengan Garis Keturunan Bintang Tuan, ia memiliki kemampuan tunggal yang mengerikan: melumpuhkan Tuan Bintang selama satu jam penuh jika Tuan mencoba menyerapnya ke dalam Simbol Kegelapan Tuan!"
Kutukan Jiwa: "Lencana ini dapat mendeteksi adanya Kebohongan dan Pengkhianatan di sekitar Tuan. Jika Tuan mencoba menyerapnya, kekuatan Lencana akan mengenali Simbol Kegelapan Tuan (yang menyerap jiwa musuh, dianggap sebagai tindakan 'pengkhianatan' terhadap aturan alam) dan akan bereaksi, menyebabkan kelumpuhan total!"
Ancient menatap Adnan dengan tatapan memohon maaf karena tidak memberitahu Tuan Bintangnya lebih awal.
"Tuan Bintang, Lencana Sumpah Palsu tidak hanya melumpuhkan. Ia juga memiliki kemampuan sekunder yang mengerikan. Lencana itu terhubung dengan Ramalan Kaca Masa Depan yang Retak milik Putri Elara."
"Putri Elara tidak 'mengetahui' setiap gerakan Tuan," jelas Ancient. "Tetapi Kaca Ramalan itu menunjukkan kepadanya takdir yang paling mungkin terjadi di sekitar Tuan Bintang—seperti Tuan akan mencari Bunga Angin Malam, Tuan akan menyerang, atau Tuan akan bersembunyi."
"Yang paling penting, Ramalan itu menunjukkan satu hal padanya: bahwa Tuan adalah Keturunan Bintang yang membawa Simbol Kegelapan dan Tanda Lima Hewan Loyalitas," bisik Ancient.
Ancient menyimpulkan dengan nada penuh urgensi: "Lencana Sumpah Palsu adalah satu-satunya alat yang dapat mengalahkan Tuan Bintang saat ini, dan Putri Elara akan menggunakannya untuk menjebak Tuan ketika Tuan paling rentan, mungkin saat Tuan mencoba memetik Bunga Angin Malam!"
Adnan mengepalkan tangannya. Kelemahan fatal ini harus diatasi sebelum mereka bisa bergerak.
"Kita tidak ada waktu! Cepat bawa aku ke tempat pembuatan boneka jiwa yang akan menjadi penjaga dunia!" perintah Adnan, mengabaikan bahaya itu demi proyeknya.
"Tuan Bintang benar!" seru Ancient. "Kita harus kembali ke gua rahasia di Hutan Utara! Kita butuh Bunga Angin Malam untuk menyempurnakannya!"
Adnan dan Evanthe segera meluncur keluar dari desa, menuju Hutan Utara. Mereka tahu bahwa di antara mereka dan gua rahasia, Putri Elara sudah menunggu dengan jebakan.
Adnan Bintang, Evanthe, dan esensi Ancient (kini terikat sebagai budak) melesat cepat menuju Hutan Utara. Target utama mereka adalah gua rahasia Ancient, tempat boneka jiwa yang akan menjadi Penjaga Dunia menanti. Waktu terus mendesak; Putri Elara sudah tahu rencana mereka dan Bulan Purnama akan segera tiba.
Ancient memandu mereka, menunjukkan jalur kuno yang jarang dilalui manusia.
"Gua rahasia Hamba berada di dekat air terjun tersembunyi," Ancient menjelaskan. "Di sana, kita bisa mempersiapkan Ritual Integrasi Inti dengan Bunga Angin Malam. Kita harus cepat sebelum Elara menyebarkan jebakannya."
Mereka berlari tanpa henti selama hampir satu jam. Saat mereka memasuki lembah yang ditutupi oleh pepohonan purba, aroma darah dan Mana kotor tiba-tiba menyambut mereka.
GRAUUUUKH!
Dari balik bebatuan besar, muncul sesosok Serigala Raksasa yang ditutupi bulu hitam keabu-abuan. Serigala itu memiliki mata merah menyala dan mengeluarkan aura kekejaman Rank S. Yang paling mencolok adalah keempat taringnya yang berwarna hitam pekat dan memanjang keluar dari moncongnya.
"Serigala Bertaring Hitam!" desis Evanthe, segera berdiri di depan Adnan. "Tuan Bintang, itu adalah Serigala Pemberontak! Jangan biarkan ia menggigit Anda!"
Ancient segera menjelaskan dengan suara tegang:
"Serigala ini disebut Serigala Bertaring Hitam karena taringnya yang hitam pekat. Kekuatan aslinya setara Rank S dan sangat menakutkan! Serigala ini dulunya adalah kawanan Serigala Penjaga di masa Perang Sang Esa."
"Namun, karena keberingasan dan kekuatan mereka yang tak terkendali, mereka menjadi pemberontak. Serigala Penjaga dari pihak Sang Esa mengutuk kawanan ini. Kutukan itu membatasi kekuatan mereka dengan cara membuat taring mereka beracun—racun yang melumpuhkan kultivasi dan menghancurkan tubuh secara perlahan. Mereka dulunya adalah pasukan elit, namun kini menjadi makhluk yang diburu."
Adnan mencengkeram Pedang Badai Kuno-nya. Serigala Bertaring Hitam Rank S! Itu jauh melampaui Rank B-nya, dan racunnya mematikan.
Serigala Raksasa itu tidak ragu. Ia segera melompat, mengincar leher Adnan, mengeluarkan raungan Rank S yang memekakkan telinga.
"Tuan Bintang, mundur! Biar Hamba hadapi!" teriak Evanthe, mengayunkan belati kembarnya.
Momen kritis terjadi. Serigala Bertaring Hitam Rank S melompat, mengincar Adnan.
"Tuan Bintang, mundur! Biar Hamba hadapi!" teriak Evanthe, mengayunkan belati kembarnya.
"Tidak, Evanthe!" balas Ancient dengan suara esensi yang bergetar. Dia mendorong Evanthe ke samping, menempatkan dirinya di antara Serigala dan Adnan.
"Minggir, Evanthe! Biar orang tua ini yang menghadapi serigala ini! Jangan biarkan kutukan beracunnya menyentuh Tuan Bintang!" raung Ancient. Meskipun Ancient hanya Rank A, dia memiliki pengalaman tempur dan keberanian seorang mantan Archon Primordial.
Tiba-tiba, suara Vili terdengar di benak Adnan.
Ting! Sistem Vili!
PERHATIAN Tuan! Jika Tuan dapat menaklukkan Serigala Bertaring Hitam ini tanpa bertarung fisik dan menjadikannya sekutu, Tuan akan mendapatkan hadiah Peti Harta Giok!
"Tapi Vili, bagaimana caranya aku bisa meyakinkan serigala ini?" tanya Adnan panik, menghindari serangan Serigala yang terarah ke Ancient.
Ting! Tuan tenang saja. Tuan ikuti kata-kata Vili ini saja. Vili telah menganalisis sumber kutukan itu dengan ilmu kedokteran hewan dunia.
Adnan mengangguk, memercayai Vili sepenuhnya. Serigala itu kini berhadapan sengit dengan Ancient, yang menggunakan sisa-sisa teknik Rank EX-nya untuk bertahan.
Adnan melangkah maju, tangannya terangkat.
"Tunggu, Serigala Bertaring Hitam!" teriak Adnan, suaranya tenang dan berwibawa.
Serigala itu terhenti sejenak, menatap Adnan dengan mata merah penuh kebencian. Ancient terkejut.
Adnan, mengikuti instruksi Vili, berbicara langsung ke Serigala:
"Aku tahu taringmu bukan racun. Taringmu adalah racun bagi dirimu sendiri, Serigala Pemberontak! Kutukan yang diberikan kepadamu pada masa Perang Sang Esa bukanlah racun yang menyerang musuh, melainkan inhibitor pertumbuhan yang mematikan."
Adnan menunjuk ke taring hitam itu. "Taringmu berwarna hitam bukan karena racun yang kau sebarkan, tetapi karena terjadi kerusakan progresif pada sumsum tulang gigi akibat akumulasi Mana yang terinfeksi. Racun itu adalah batasan yang ditujukan untuk menghentikan evolusi Rank S-mu, bukan untuk membunuh lawanmu!"
Serigala itu menyentakkan kepalanya, matanya membesar karena terkejut. Kutukan ini adalah misteri yang telah disandang oleh kawanan mereka selama ribuan tahun, dan tiba-tiba, seorang manusia Rank B mengungkapkannya dengan detail yang mengerikan.
"Kalian diyakinkan bahwa racun itu untuk musuh. Itu bohong. Faktanya, setiap kali kau menggunakan Mana, kau mempercepat kematianmu sendiri!" tegas Adnan, kata-kata Vili mengalir dengan keyakinan ilmu pengetahuan medis.
Aku, Adnan Bintang, Keturunan Bintang, tahu cara mengangkat kutukan ini. Kutukan ini dapat dihapus menggunakan Esensi Bunga Mana Merah Sunyi yang kuberikan. Aku bisa menyembuhkanmu. Atau kau bisa terus bertarung dan mati tanpa kehormatan, dicap sebagai pemberontak yang racunnya hanya menyakiti dirinya sendiri!"
Serigala Bertaring Hitam itu gemetar. Kebencian dan kemarahan di matanya mulai tergantikan oleh keraguan dan harapan. Ia sudah lama merasakan sakit dan batasan itu.
Serigala itu perlahan menurunkan tubuhnya, Rank S yang garang itu kini bersujud di hadapan Adnan, mengeluarkan suara merengek yang lembut.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌