Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 ~ CTDKI
Untuk beberapa saat Marvin membiarkan mereka masih dalam posisi saling berpelukan. Suara langkah Audrey yang sudah kembali naik ke lantai atas bahkan sudah tidak terdengar lagi. Liora mengurai pelukannya, menatap Marvin yang juga sedang menatapnya.
Marvin merengkuh pinggang Liora dan membawa tubuhnya kembali mendekat, satu tangannya terangkat untuk menyentuh rambut Liora dan membenahi anak rambutnya kebelakang telinga.
"Aku harus kembali ke kamarku sekarang," ucap Liora pelan.
"Apa kamu tidak ingin tahu aku tadi darimana?" tanya Marvin dengan tatapan menjelajahi mata Liora.
"Bukankah tadi kamu sudah menjawab." Liora menjawab datar. "Lagipula... Aku tidak berhak bertanya terlalu banyak,"
Marvin mendekatkan wajahnya, saling menempelkan kening mereka. "Aku suka, aku suka saat kamu bertanya. Itu artinya kamu peduli padaku."
Liora diam. Dia sadar jika tadi dia sudah terlalu jauh. Tapi jujur, dia menikmati, menikmati ciuman mereka berdua tadi.
"Aku naik sekarang, Kak. Takut suamiku terbangun dan mencariku," Liora menarik diri, menurunkan tangan Marvin dari pinggangnya.
Kali ini Marvin tak menghalangi, dia membiarkan Liora kembali kekamarnya. Tangannya menyentuh bibirnya, tersenyum saat mengingat bagaimana tadi Liora membalas ciumannya.
❄️
❄️
Pagi ini semua orang sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Seperti biasa, Marvin selalu datang terakhir, dia menarik kursi dan mengambil posisi duduk didepan Liora. Bi Sari langsung membantu mengambilkan makanan untuk tuan mudanya.
"Mau pakai dada atau paha, Den?" tanya Bi Sari saat akan mengambilkan ayam goreng untuk Marvin.
Marvin mengusap-usap tengkuknya, seolah sedang mempertimbangkan. Diam-diam matanya melirik ke arah Liora yang sedang menikmati sarapannya. "Pahanya mulus dan dadanya lumayan besar,"
"Uhukkk... Uhukkk..." Liora langsung tersedak makanan yang sedang dia kunyah saat mendengar ucapan Marvin. Dia meraih gelas didepannya dan meminum airnya sedikit.
Marvin menopang dagunya dengan kedua tangan, "Pelan-pelan makannya adik ipar." ucapnya dengan senyuman tertahan. "Menurut adik ipar, lebih enak paha atau dada?"
Astaga, apa yang sedang dipikirkan oleh kakak iparnya ini? Meskipun yang ditanyakan oleh Marvin adalah dada dan paha ayam, tapi Liora tahu jika arah pembicaraan Marvin menjurus ke arah lain.
"Aku juga mau pahanya satu, Bi." Audrey mengangkat piringnya dan langsung diisi dengan paha ayam oleh Bi Sari.
"Apa saja enak," jawab Liora cepat, menurunkan kembali pandangannya dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Kalau begitu beri aku paha juga satu, Bi." Marvin menegakkan duduknya dan bersiap menyantap sarapannya. "Dadanya buat nanti malam saja,"
"Baik, Den." Bi Sari mengisi piring Marvin dengan paha goreng.
Liora tak berani mengangkat wajahnya lagi karena dia tahu Marvin terus memperhatikannya. Sementara Tuan Arthur merasa sangat bahagia karena keluarganya berkumpul dan terlihat akur. Tuan Arthur memang tidak tahu dan sengaja tidak diberitahu jika kemarin Nyonya Maria dan Marvin sempat berdebat.
Selesai dengan sarapannya Liora mengantarkan suaminya sampai ke teras rumah. Dia menggandeng lengan suaminya dengan manja.
"Mas, kamu tidak lupa kan kalau besok hari ulang tahunku?" tanya Liora, ini akan menjadi ulang tahun pertamanya disaat dia sudah berstatus menjadi istri orang. "Aku ingin membooking kafe untuk makan malam kita berdua, apa kamu mau datang?"
Haikal tersenyum, mengusap lembut wajah Liora dan menyematkan ciuman di pipi istrinya. "Booking saja, Sayang. Aku usahakan pasti datang."
Mata Liora langsung berbinar, "Sungguh?" tanyanya masih tak percaya.
Haikal mengangguk yakin, "Ya."
Setidaknya Haikal ingin menjadi orang istimewa dihari ulang tahun istrinya kali ini. Dia ingin memberi ruang bagi dirinya untuk mengenal istrinya lebih dalam.
"Aku berangkat dulu," Haikal mencium kening Liora sebelum masuk ke dalam mobil.
Lambaian tangan Liora mengiringi kepergian mobil suaminya. Sebuah dasi tiba-tiba melingkar di lehernya, membuat Liora terkesiap kaget. Marvin menarik dasi itu kebelakang dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah adik iparnya.
"Aku cemburu," bisik Marvin ditelinga Liora.
Liora menurunkan dasi itu dari lehernya, membalikkan badannya dan melihat Marvin yang sudah berdiri tepat di hadapannya. Liora menghela napas panjang, tangannya mulai bergerak memasangkan dasi itu dileher Marvin.
"Dia suamiku," ucap Liora.
"Lalu aku?" tanya Marvin, jelas sekali jika wajahnya mulai terlihat kesal saat ini. "Selingkuhanmu?"
Gerakan tangannya tertahan sejenak, "Kita tidak pernah membahas tentang hal ini. Soal tadi pagi..." Liora menundukkan wajahnya sebentar, kemudian menatap Marvin dengan tatapan lebih berani. "Kita lupakan saja,"
"Aku tidak mau," Marvin menggeleng cepat, menatap Liora dengan tatapan serius. "Aku tidak akan pernah melupakan apa yang sudah terjadi diantara kita, Liora."
Liora menurunkan tangannya saat dasi itu sudah terpasang dengan benar. "Sejak awal kamu sudah tahu jika aku ini adik iparmu, dan aku tidak tahu kenapa kamu terus berusaha untuk mendekatiku. Tolong jangan beri aku perhatian berlebihan, Kak. Aku tidak ingin berharap."
Dengan gerakan cepat Marvin menarik lengan Liora mendekat, "Aku tidak pernah memberikan harapan palsu, yang aku lakukan semuanya adalah asli. Bukankah sudah aku katakan jika aku mencintaimu." ucapnya penuh penekanan.
"Liora..."
Suara Nyonya Maria terdengar memanggil dari dalam rumah, Marvin melepaskan cengkeramannya dari lengan Liora.
"Kita bicarakan lagi nanti," Marvin membalikkan badannya dan bersiap menuju ke mobilnya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Kak!"
Sebenarnya Liora merasa berat untuk mengatakan ini, dia sudah mulai merasa nyaman saat bersama dengan Marvin. Namun, melihat itikad baik suaminya yang tadi mau merayakan ulang tahunnya besok bersamanya, Liora merasa jika Haikal sedang berusaha untuk membuka hati untuknya. Tentu saja dia tidak ingin mengecewakan suaminya.
"Aku mohon tolong bersikaplah sewajarnya padaku." imbuhnya kemudian. Liora kembalikan badan, langkahnya terasa berat saat dia ingin meninggalkan Marvin di halaman rumah.
Brakkk...!
Marvin menutup pintu mobilnya dengan kasar, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah tersebut dengan wajah kesal. Liora berbalik, menatap kepergian mobil kakak iparnya dengan tatapan sendu. Liora merasa bersalah, dia belum pernah melihat Marvin semarah ini. Namun disisi lain dia juga sadar akan statusnya yang adalah istri dari Haikal, adik sambung Marvin.
✳️
✳️
✳️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu