NovelToon NovelToon
Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Dibuang Mokondo Diambil Pria Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Playboy
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: manda80

"Sella jatuh hati pada seorang pria yang tampak royal dan memesona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa kekayaan pria itu hanyalah kepalsuan. Andra, pria yang pernah dicintainya, ternyata tidak memiliki apa-apa selain penampilan. Dan yang lebih menyakitkan, dia yang akhirnya dibuang oleh Andra. Tapi, hidup Sella tidak berakhir di situ. Kemudian dirinya bertemu dengan Edo, seorang pria yang tidak hanya tampan dan baik hati, tapi juga memiliki kekayaan. Apakah Sella bisa move on dari luka hatinya dan menemukan cinta sejati dengan Edo?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon manda80, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa Yang Terjadi?

Sella merangkak di lantai, gas nitrogen cair yang dingin membekukan kulitnya. Ia menemukan panel itu. Dengan gemetar, ia menempelkan tangannya yang berdarah ke sensor.

Panel itu berbunyi bip.

Sebuah pintu jebakan tersembunyi terbuka tepat di bawahnya. Sella tahu dia harus melompat, namun kegelapan membuatnya ragu. Di belakangnya, dia mendengar suara berat Andra merangkak mendekat, nafasnya terengah-engah.

“Tablet itu, Sella! Aku akan membunuhmu demi—”

“Pergilah ke neraka, mokondo,” balas Sella, saat ia mendengar suara benda tajam menggesek udara, sangat dekat. Ia merasakan Andra menerjang ke arahnya, dan dalam keputusasaan, ia melompat ke dalam lubang gelap itu, tablet di tangan.

Pintu jebakan tertutup di atasnya. Sella terjatuh ke ruang hampa yang dingin, merasakan pukulan keras saat ia mendarat di permukaan yang lembut namun berguncang. Dia membuka mata. Dia berada di kokpit sebuah helikopter pribadi, yang bergerak cepat menjauhi bunker itu. Dia sendirian, tapi aman.

Lalu dia melihatnya. Monitor komunikasi di depannya berkedip-kedip. Sebuah video call dari Edo, wajahnya pucat, tapi matanya fokus, menatapnya. Dia berada di penthouse, persis seperti yang dia katakan. Dia baik-baik saja.

“Kau aman, Andromeda,” ucap Edo, lega membanjiri suaranya. “Aku tidak pernah meragukanmu. Tapi kita belum selesai. Helena dan Andra sekarang terperangkap di bunker. Kita punya beberapa jam sebelum Bara tiba di sana. Kita harus menggunakan bukti di tablet itu.”

“Aku sudah membukanya, Edo,” Sella berbisik, terengah-engah. “Ini bukan hanya transaksi senjata, ini daftar lengkap kontak internasional Ayahmu… dan salah satunya, Red Swan, sepertinya merujuk pada salah satu direktur dewanmu. Itu lebih buruk dari yang kau duga.”

“Aku tahu. Red Swan adalah orang yang ingin menjatuhkanku setelah Ayahku pura-pura menyerahkan saham. Dialah yang selama ini menyuntikkan dana ke proyek yang meragukan itu. Tapi kita tidak bisa merilis ini, Sella. Itu terlalu berisiko. Kita harus bertemu dewan besok pagi dan menyerahkan dokumen yang akan melindungiku, dan membunuh Red Swan tanpa meninggalkan jejak.”

Edo menatap Sella. Matanya bersinar. “Aku sudah menyiapkan presentasi dewan darurat. Kita hanya punya satu kesempatan. Kau dan aku. Tapi untuk menyajikan ini, aku perlu dokumen rahasia itu, Sella. Dokumen yang seharusnya kau dapatkan saat aku memberimu sandi Andromeda. Aku menyembunyikannya di tempat yang sama persis kau meletakkan ponsel cadangan itu.”

Sella ingat. Itu ada di brankas tersembunyi di dalam meja rias di kamar mereka.

“Apa isi dokumen itu?” tanya Sella.

Edo tersenyum, senyum seorang CEO yang selalu selangkah lebih maju. “Itu adalah pengakuan Bara. Jika dia berkhianat, aku punya peluru perak. Tapi aku harus memastikan aku tidak mempublikasikannya, hanya menunjukkannya kepada dewan. Sella, ambil dokumen itu. Segera. Aku ingin kau menyiapkannya untuk kita.”

Sella mengangguk, hatinya berdebar karena campuran takut, adrenalin, dan euforia. Dia tidak lagi berlari dari penipuan. Dia kini berlari menuju permainan yang jauh lebih besar.

Helikopter itu mendarat mulus di helipad penthouse. Sella, meskipun bahunya sakit, melompat keluar, berlari menuju kamar mereka. Edo masih menatapnya dari video call, membimbing setiap langkahnya.

“Brankas, Sella. Buka dengan sidik jarimu. Ingat, setelah kau ambil, kau adalah pemilik baru dari seluruh kekayaan yang selama ini kupegang. Ini adalah polis asuransiku, jika Bara atau Red Swan berhasil melenyapkanku.”

Sella mencapai meja rias, menyentuh cermin. Brankas itu terbuka. Ada sebuah amplop besar berwarna cokelat di dalamnya.

“Aku sudah mengambilnya,” bisik Sella, membuka segelnya. “Isinya…”

“Jangan dibaca sekarang, Sayang. Kita harus menganalisisnya bersama. Bawa saja. Aku akan memberitahumu rencana lengkapnya saat kau di sini. Kau dan aku, kita akan membongkar kerajaan Ayahku,” ucap Edo. “Sella, dengarkan aku. Kita tidak hanya bicara tentang dewan direksi besok. Jika kita gagal, seluruh kerajaan ini runtuh. Ini semua ada di tanganmu.”

Tiba-tiba, suara alarm penthouse memecah keheningan.

Alarm. Bukan alarm sistem Aether. Ini alarm fisik.

“Apa yang terjadi?” tuntut Edo, ekspresinya berubah. “Tim keamanan?”

Di layar helipad di dinding, Sella melihat tiga helikopter lain mendarat di sisi berlawanan, semuanya berwarna hitam legam dan tanpa lambang perusahaan. Jelas bukan Tim Tiga Edo.

“Bara,” desis Sella. “Dia sudah datang. Dia tidak menunggu.”

“Mustahil! Bunker itu…” Edo tampak panik untuk pertama kalinya. “Sella, dia berhasil melacak jalur penerbangan helikopter penyelamatmu. Dia datang untuk tablet itu! Dan juga… dia datang untuk peluru perak itu. Jangan buka pintu. Tunggu aku! Aku akan memanggil…”

Krak!

Pintu kamar penthouse dibanting terbuka dengan kekuatan yang mengerikan. Sella menjerit, menjatuhkan ponsel. Amplop itu jatuh ke lantai, isinya sedikit menyembul. Bukan Bara, melainkan seseorang yang Sella kenal. Sosok tinggi besar, berkeringat, dengan mata yang liar dan marah.

“Maaf, Sayang,” desis Rio, yang seharusnya terperangkap di bunker. Pistol besarnya diarahkan lurus ke dada Sella. “Helena mengirimku. Dan kali ini, aku akan memastikan kau tidak lari lagi. Berikan aku kedua dokumen itu. Atau aku akan—"

Tiba-tiba, mata Rio terpaku pada isi amplop yang menyembul dari lantai. Bukan sekadar pengakuan, tapi dokumen lain yang terselip di dalamnya. Rio mendekat perlahan, membaca tulisan tangan yang jelas di dokumen itu.

Sella memandangnya. Rio membeku. Rasa ngeri murni melintas di wajahnya.

“Mustahil,” gumam Rio, menjatuhkan pistolnya, tangannya gemetar. “Kau… kau menikah dengannya? Tapi tanggalnya, itu sebelum dia—sebelum dia koma! Kalian—"

Sella menatap amplop itu, kini menyadari bahwa di dalam pengakuan Bara terdapat sebuah sertifikat resmi. Sertifikat Pernikahan. Sella tidak hanya menjadi pasangan romantis. Dia sudah menjadi—

1
Titi Dewi Wati
Jgn percaya sepenuhx dgn laki2, kita sebagai perempuan harus berani tegas
mandaour: Benar sekali, Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!