NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Rasa Bersalah Chen Weiguo

Matahari pagi menyapu ladang dengan cahaya keemasan, menyinari barisan padi muda yang mulai menguning. Chen Weiguo berdiri di tepi sawah, matanya secara tak sengaja mengikuti sosok ramping yang sedang sibuk di seberang ladang—Zhao Liyun, dengan topi jerami lebar yang hampir menutupi seluruh wajahnya, sedang memeriksa tanaman percobaannya dengan cermat.

Sudah seminggu sejak insiden di depan gubuk Liyun. Kabar tentang konfrontasinya dengan Madam Zhao telah menyebar ke seluruh desa, dibumbui dengan berbagai versi. Tapi yang membuat Chen Weiguo terusik bukanlah gosipnya, melainkan perubahan pada diri Liyun sendiri.

Dulu, dalam ingatannya, Zhao Liyun adalah gadis pemalu dengan bahu yang selalu membungkuk, seolah-olah berusaha membuat dirinya sekecil mungkin. Sekarang? Bahunya tegak, matanya berbinar dengan keyakinan yang tidak ia kenali, dan ada ketenangan dalam caranya bergerak yang membuat orang tidak bisa tidak memperhatikannya.

"Ada apa, Weiguo? Padi di seberang sana lebih menarik?"

Lin Xiaomei berdiri di sampingnya, suaranya berusaha terdengar ringan tapi gagal menyembunyikan sedikit sengatan. Chen Weiguo segera mengalihkan pandangannya, merasa sedikit bersalah tanpa tahu mengapa.

"Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu," jawabnya singkat, mengambil cangkulnya.

Tapi sepanjang hari, pikirannya terus kembali kepada Liyun. Ia ingat bagaimana gadis itu dulu selalu menghindarinya, wajahnya memerah setiap kali mereka bertemu—sebuah reaksi yang dulu membuatnya tidak nyaman, tapi sekarang justru ia rindu.

Saat istirahat makan siang, kebetulan membawanya duduk tidak jauh dari tempat Liyun sedang beristirahat di bawah pohon besar. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar memperhatikan bagaimana Liyun makan—dengan perlahan, menikmati setiap suap, seolah-olah makanan sederhana di tangannya adalah sebuah hidangan mewah. Berbeda dengan Lin Xiaomei yang selalu mengeluh tentang panas, tentang lumpur, tentang betapa sulitnya bekerja di ladang.

"Tanamanmu tumbuh dengan baik," ucap Chen Weiguo tiba-tiba, membuat Liyun terkejut.

Dia mengangkat kepalanya, mata hijau keabu-abuannya menyipit menatapnya. "Terima kasih. Aku mencoba cara berbeda dengan pupuk."

"Pupuk?" Chen Weiguo terdorong oleh keingintahuan yang tiba-tiba. "Apa yang kau lakukan berbeda?"

Liyun tampak ragu sejenak, lalu menjelaskan dengan sederhana tentang caranya mencampur abu kayu dengan kotoran hewan dan daun-daunan yang membusuk. "Ini membantu tanah tetap subur tanpa harus selalu bergantung pada pupuk dari kota."

Chen Weiguo mendengarkan, terkesima bukan hanya pada pengetahuannya, tapi juga pada cara dia menjelaskan—jelas, percaya diri, tanpa kesombongan. Ini bukan lagi gadis yang dulu gagap setiap kali berbicara dengannya.

"Kau... menjadi berbeda," katanya akhirnya, tidak bisa menahan diri.

Liyun tersenyum kecil, tapi matanya tetap waspada. "Semua orang berubah, Chen Weiguo. Aku hanya akhirnya belajar untuk menjadi diriku sendiri."

Pertukaran singkat itu mengganggu Chen Weiguo sepanjang sisa hari. Di masa lalu, perhatiannya selalu tertuju pada Lin Xiaomei—cantik, lembut, dan sesuai dengan semua harapannya tentang calon istri yang ideal. Tapi sekarang, ada sesuatu tentang keteguhan Liyun, tentang caranya menghadapi kesulitan tanpa mengeluh, yang membuatnya terpesona.

Sore itu, ketika hujan mulai turun dan semua orang bergegas mencari perlindungan, Chen Weiguo melihat Liyun tidak lari. Sebaliknya, dia berdiri di tengah ladangnya, wajahnya menengadah ke langit, mata tertutup, seolah-olah menikmati setiap tetesan hujan yang menyentuh kulitnya. Ada kedamaian dalam pose itu, sebuah penerimaan yang membuatnya terpana.

"Kau akan basah kuyup," panggilnya dari bawah naungan sebuah gubuk.

Liyun membuka matanya, tersenyum. "Hujan ini baik untuk tanamanku. Dan... rasanya menyenangkan."

Jawaban sederhana itu menghantamnya dengan keras. Kapan terakhir kali ia melakukan sesuatu hanya karena itu "menyenangkan"? Seluruh hidupnya diatur oleh harapan—harapan orang tuanya, harapan masyarakat, harapan akan apa yang seharusnya dilakukan seorang pemuda desa yang berprestasi.

Lin Xiaomei menemukannya masih menatap Liyun yang sekarang berjalan perlahan menuju gubuknya, bajunya sudah basah tetapi wajahnya berseri-seri.

"Kau terpesona olehnya," bisik Xiaomei, suaranya getar.

Chen Weiguo berbalik, melihat air mata di mata Xiaomei untuk pertama kalinya. "Tidak, aku hanya—"

"Jangan berbohong," potongnya. "Aku melihat caramu memandangnya. Seperti... seperti dulu kau memandangku."

Dia tidak bisa membantah. Karena memang benar. Tapi yang lebih mengganggunya adalah perasaan bersalah yang tidak datang—hanya kebingungan, dan keinginan yang semakin besar untuk memahami perubahan pada Zhao Liyun.

Malam itu, Chen Weiguo duduk di depan rumahnya, memandangi bintang-bintang. Dalam pikirannya, dua wajah bergantian—Lin Xiaomei yang cantik dan familiar, dan Zhao Liyun yang berubah dan penuh teka-teki.

Dia ingat ramalan tua tentang Liyun—bahwa dia akan mati muda, bahwa hidupnya tidak akan berarti. Tapi gadis yang dilihatnya hari ini adalah segala hal kecuali tidak berarti.

Untuk pertama kalinya, Chen Weiguo mempertanyakan takdir, mempertanyakan pilihannya, dan—yang paling mengejutkan—mempertanyakan mengapa hatinya berdebar kencang setiap kali ingat senyum kecil Liyun di tengah hujan.

1
Lala Kusumah
semangat Zhao Lingyun 💪💪💪
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!