NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:604
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis bergaun biru

Zhang Hao memasuki Kota Qinghe lewat gerbang belakang. Kota ramai dengan pedagang dan pengrajin senjata, para pandai besi menempa logam panas, sementara pemuda berlatih pedang di halaman terbuka. Aroma logam, kayu bakar, dan rempah memenuhi udara.

Ia berjalan perlahan, mengamati setiap detail kota yang penuh disiplin dan semangat, lalu memesan penginapan.

Saat malam tiba, ia tak bisa tidur. Ketika akhirnya terlelap. Ia bermimpi dirinya berlumuran darah, memegang sosok perempuan yang tak bernyawa. Hatinya haus darah dan dipenuhi kebencian, seakan ingin menghancurkan segalanya.

"Ah! Kenapa!"

Zhang Hao terbangun, duduk terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat. Perlahan detak jantungnya kembali normal. Ia duduk dalam kegelapan sejenak, melihat tangannya, dan menghela napas panjang.

Sunyi, gelap, hanya  suara jangkrik di mana-mana.

Ia menyilangkan kaki, menarik napas dalam-dalam, dan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Segera, ia tenggelam dalam kesadarannya.

Dalam pikiran, dua bola bercahaya mengambang muncul. Penasaran, ia menyentuhnya, dan aliran informasi mengalir ke dalam dirinya.

Satu jam berlalu. Zhang Hao membuka mata, mendapati kedua punggung tangannya terukir simbol yin dan yang. Ia merenung. “Metode Perampasan Surga… hmm, bukankah ini hanya metode pertukaran?”

Karena penasaran, ia membentuk segel tangan, membuat kedua ukiran yin dan yang bergerak selaras. Segera, zona dengan radius lima meter terbentuk, dengan dirinya sebagai pusat.

Kemudian, ia mengubah posisi segel, membalik simbol yin dan yang. Segera, Ia merasa seolah biasa mengendalikan zona tersebut.

Dengan gerakan seperti mengambil, sebuah vas bunga yang berada empat meter darinya langsung berpindah ke tangannya. Tubuhnya pun roboh, kaku seakan kehabisan tenaga.

Ia terbaring, tersenyum lebar. “Hahaha, bukannya aku akan terus kaya, hahahaha.”

Namun rasa penasaran masih mengikutinya. Ia menatap vas bunga di tangan, dan bertanya dalam hati, “Hmm… tapi kenapa tanaman itu tidak berpindah? Apakah ada perbedaan, atau sesuatu yang kurang?”

Ia kemudian menenggelamkan diri kembali ke dalam kesadarannya. Mata tangannya tertuju pada satu bola cahaya yang tersisa. Saat disentuh, aliran informasi mengalir deras ke pikirannya, membuatnya mengangguk perlahan sambil bergumam, “Jadi begitu… pemahaman tentang asal mula segala sesuatu memang berpengaruh terhadap metode perampasan.”

Penasaran, ia kembali duduk dan mencoba lagi metode Perampasan Surga. Dengan pemahaman baru yang diperolehnya, tanaman kecil itu akhirnya berpindah ke tangannya. Namun, karena energi spiritualnya tidak cukup, tubuhnya terpaksa menggunakan energi kehidupan sebagai pengganti pembayaran.

Zhang Hao menatap tanaman di tangannya, nafasnya sedikit tersengal. Ia sudah tidak bisa mengendalikannya tubuhnya lagi.

……

Dua jam berlalu, akhirnya Zhang Hao bisa bergerak. Ia sudah tidak mengantuk lagi, dan dengan langkah ringan ia keluar dari penginapan.

Malam yang gelap gulita. Bintang-bintang menghiasi langit, sementara bulan menggantung tenang, memancarkan cahaya lembut. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma tanah kering dedaunan. Jalan setapak sempit terbentang di depannya, dikelilingi semak-semak dan reruntuhan material yang berserakan.

Zhang Hao menyusuri jalan itu, angin malam menampar wajahnya, membuatnya sedikit kedinginan. Suasana sunyi hanya ditemani suara langkahnya sendiri.

Di pinggir jalan setapak, sebuah bunga kecil bergoyang diterpa angin. Embun kristal menghiasi kelopak putihnya, membuatnya tampak indah di bawah cahaya bulan. Zhang Hao berhenti, terpana oleh kehidupan yang muncul di tempat seperti ini.

Tiba-tiba, dari kegelapan, sebuah tangan lembut muncul, meraih bunga itu. Keindahan gerakannya seakan dipenuhi cahaya surgawi. Hati Zhang Hao seketika terpukul, seolah kehilangan cahayanya.

Ia berbalik, matanya menatap sosok itu dengan campuran penasaran dan kesal. Di hadapannya berdiri seorang gadis bergaun biru. Gadis itu menggenggam bunga, lalu meniupnya pelan. Seketika, kelopak-kelopak bunga beterbangan, memancarkan cahaya lembut yang berkilau di bawah sinar bulan.

Segera, gadis itu melemparkan batang bunga yang tersisa.

Di sisi lain, Zhang Hao menyimpan perasaan kesal yang tak terucapkan. Keningnya berkerut, menatap perempuan itu dengan penuh ketidakpuasan.

Setelah mempelajari pecahan Metode Asal Surgawi, pikirannya menjadi jauh lebih peka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Maka, saat melihat bunga kecil tumbuh di tempat keras seperti ini, ia merasa harus menghargainya.

Gadis bergaun biru itu menatapnya, matanya jernih berkilau di bawah sinar bulan. Suaranya lembut namun penuh percaya diri. 

“Aku memetik bunga ini, itu adalah keberuntungan untuknya. Memberinya kesempatan tumbuh lewat tanganku, bukankah itu perbuatan baik? Mana mungkin anak kecil sepertimu bisa mengerti?”

Zhang Hao terkejut. Itu terdengar begitu konyol, apalagi dari mulut seorang gadis yang jelas hanya setahun lebih tua darinya. Ia menggelengkan kepala, wajahnya datar namun nadanya tegas.

“Bunga itu sudah berusaha bertahan hidup di tempat seperti ini. Lalu kau petik begitu saja… bagaimana mungkin itu disebut perbuatan baik?”

Mata gadis itu menyipit, senyumnya samar. “Kau manusia bukan bunga. Bagaimana kau tahu apa yang ia inginkan?”

Zhang Hao mendengar itu langsung kesal. “Dasar gadis aneh! Bagaimana kalau bunga itu menangis dan marah setelah berusaha bertahan hidup dengan susah payah tapi malah kau bunuh?”

Gadis bergaun biru itu terdiam sesaat. Lalu, bibirnya melengkung. Ia tertawa. Suaranya bening, melayang di udara malam, secantik peri di bawah cahaya bulan. Tawa itu membuat Zhang Hao terpana, seolah waktu berhenti.

“Menangis? Hahaha! Bunga menangis?” Ia menatap Sen Lin, lalu menutup mulutnya dengan tangan sambil terus terbahak. “Dan itu keluar dari mulut seorang anak laki-laki! Hahaha! Kau lucu sekali. Kenapa tidak jadi pelawak saja?”

Ia terhuyung, tertawa terbahak-bahak hingga air matanya keluar. “Oh, bunga… kenapa kau menangis?kenapa kamu marah? Hahaha!”

Wajah Zhang Hao merah padam untuk pertama kali, geram bercampur malu. Ia mengepalkan tangan, tetapi lidahnya membeku. Melihat gadis itu tertawa lepas, entah mengapa ia justru terdiam, lalu bergumam lirih tanpa sadar, “Sial… lalu bagaimana?”

Tak tahu harus berkata apa, Zhang Hao akhirnya memilih berbalik. Dengan langkah cepat ia berjalan pergi, meninggalkan gadis itu.

Tiba-tiba gadis itu berhenti tertawa. Ia menoleh, suaranya lembut. “Adik kecil, tunggu sebentar.”

Zhang Hao berhenti, matanya menyipit. ia berkata : “Siapa adik kecil?” 

Senyum di wajahnya lenyap. Sepertinya jarang ada orang yang berani bicara padanya dengan nada seperti itu. Namun kemudian ia tersadar, dan suaranya kembali lembut. “ Maaf…lalu siapa namamu?”

“Aku—” Zhang Hao hampir menyebutkan. Tapi ia menahan diri, mendengus kesal. “Kenapa aku harus memberitahumu?”

Wajah gadis itu sempat berubah serius, namun ketika menatap Zhang Hao yang wajahnya dingin namun jelas masih seperti anak kecil, bibirnya bergetar. Senyumnya samar, menyatu dengan cahaya bulan, membangkitkan bayangan masa lalu.

Ia tahu tidak pantas tertawa. Namun semakin ditahan, tawa itu justru ingin pecah kembali. Malam menjadi ringan, dan amarah Zhang Hao mulai luruh melihat tatapan gadis itu.

Entah sejak kapan, Zhang Hao mendapati dirinya terpaku pada wajahnya.

Gadis itu menyadarinya. Namun alih-alih tersipu, ia langsung bertanya dengan tenang, “Apakah aku cantik?”

Zhang Hao tersentak, matanya membelalak.Tanpa sadar bibirnya bergerak. “Cantik…”

Begitu kata itu keluar, ia menyesal. Wajahnya terlihat kesal. Namun gadis itu tidak peduli. Ia tersenyum tipis. “Kalau begitu, bisakah kamu memberitahuku namamu?”

Zhang Hao buru-buru mengembalikan ekspresinya. Ia mengangkat tangan, suaranya tenang namun menusuk. “Tidak ada yang gratis di dunia ini.”

Mata gadis itu menyipit. Senyumnya lenyap, berganti amarah.dalam hati bergumam : Tidak pernah… tidak ada seorangpun yang berani menolak aku… apalagi memeras aku.

Ia perlahan menyembunyikan cincin penyimpanan di tangannya, lalu melangkah maju dengan anggun. Tatapannya menggoda, suaranya merayu. “Aku tidak punya apapun… bagaimana dengan tubuhku?”

Ia semakin dekat. Tangan lembutnya merapikan kerah baju Sen Lin, senyumnya menggoda. “Jadi siapa namamu, adik kecil?”

Wajah Zhang Hao sempat menegang, namun ketenangannya segera kembali. Dengan satu gerakan ringan, ia mundur lima langkah, lalu kembali mengulurkan tangan seakan menegaskan sesuatu.

Melihat usahanya gagal, gadis itu menghentakkan kaki. Ekspresinya dingin, matanya tajam seperti pedang.

Namun Zhang Hao tidak ingin terjebak permusuhan sia-sia. Dalam diam, ia mengaktifkan Metode Perampasan Langit. Zona samar terbentuk dengan dirinya sebagai pusat, melingkupi radius lima meter. Dalam zona itu, setiap benda mati terlihat jelas, tak bisa bersembunyi.

Matanya menajam ketika melihat cincin penyimpanan yang disembunyikan. Ia memperpendek jarak, lalu dengan satu gerakan cepat, cincin itu sudah berpindah ke tangannya. Tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan santai menjauh ke arah lain.

Gadis itu sempat merasa senang ketika Zhang Hao mendekat, mengira ia akhirnya luluh. Namun begitu lelaki itu berbalik pergi, meninggalkannya dengan tenang, hatinya mengeluh. Ia hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh dengan sorot mata penuh permusuhan, diiringi sedikit rasa kecewa yang tak ia akui.

***

Di tempat lain.

Zhang Hao segera kembali ke penginapan. Begitu masuk ke kamarnya, tubuhnya goyah. Rasa sakit menghantam dari dalam, darah merembes dari bibirnya, menetes ke lantai. Auranya melemah.

Dengan sisa tenaga, ia mengeluarkan semua batu spiritual yang ia miliki, disertai herbal yang memiliki aura kehidupan.

Sekejap kemudian, ruangan itu dipenuhi kabut tipis energi spiritual. Bersamanya, aura kehidupan yang pekat bergulir, seperti aliran sungai tak terlihat, memenuhi setiap sudut kamar.

Tubuh Zhang Hao mulai menyerap energi itu. Nafasnya berat, wajahnya pucat, namun tatapannya tetap tajam. Kesadaran perlahan kabur dan akhirnya ia tertidur di atas tumpukan batu spiritual.

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!