Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Tidak Suka Wanita Karier
Sebagai seorang wanita, Amel dan Ratu benar-benar terpukau oleh kecantikan wanita yang berdiri di samping Arsen.
"Wanita ini cantik sekali. Tidak mungkin dia istrinya Arsen. Bukankah Tante Amel bilang istri Arsen itu kampungan?" Batin Ratu dalam hati.
Ratu segera mendekati Arsen. "Hai Ar. Kebetulan banget kamu pulang, jadi kita bisa ketemu," ujar Ratu yang hanya diangguki oleh Arsen. Tanpa malu, Ratu langsung memegang tangan Arsen. "Ayo kita duduk," ajaknya.
Arsen yang merasa tidak suka dengan tindakan lancang Ratu, langsung menyentak tangan Ratu sedikit kasar, melepaskannya dari genggaman. Hal itu membuat Ratu sangat kesal.
"Dia siapa Ar?" Tanya Amel seraya menunjuk Dela. Amel sulit percaya jika wanita secantik itu adalah menantunya.
Arsen langsung merangkul pinggang langsing istrinya, memperkenalkan Dela kepada Ibu tirinya dan Ratu.
"Kenalkan namanya Dela. Dia adalah istriku," jawab Arsen.
Mendengar pengakuan Arsen, Amel dan Ratu terkejut tak percaya. Keduanya langsung mengamati penampilan Dela dari atas sampai bawah. Dela benar-benar terlihat sempurna, sehingga Amel dan Ratu tidak punya celah untuk merendahkannya.
"Hai Tante. Kenalkan namaku Dela istrinya Mas Arsen," ujar Dela seraya mengulurkan tangannya. Amel dengan terpaksa menjabat tangan Dela dengan ogah-ogahan. Untung saja Dela cantik. Kalau tidak, mungkin Amel tidak akan sudi menerima uluran tangannya.
Sementara itu, Ratu tetap tidak patah semangat mendekati Arsen, meskipun istri Arsen sangat cantik.
"Kalau namaku Ratu aku temannya Arsen," ujar Ratu, langsung memperkenalkan diri kepada Dela. Dela dengan ramah menjabat uluran tangan Ratu.
"Papa mana?" Tanya Arsen.
"Ada," jawab Amel.
Baru saja Amel hendak menyuruh pelayan memanggil suaminya, Fahmi dan Refan sudah keluar. Mereka berdua baru saja dari ruang kerja Fahmi, membicarakan rencana meminta suntikan dana kepada Arsen.
"Arsen kamu sudah datang," ujar Fahmi.
Arsen langsung mengajak istrinya menyalami Fahmi. Amel yang melihat itu merasa kesal karena Arsen tidak pernah bersikap hormat padanya. Sekadar mencium tangannya saja Arsen tidak pernah lakukan. Arsen memang tidak pernah menganggap Amel sebagai Ibunya, karena bagi Arsen, Ibunya tidak bisa tergantikan. Arsen hanya menghargai Amel sebagai istri Papanya, tidak lebih.
Di sisi lain, Refan terperangah melihat kecantikan wanita yang dibawa Arsen. Refan memang mudah terpikat pada wanita cantik.
"Jadi dia istrinya Kak Arsen? Pantas saja dia mau menikahinya, orangnya saja cantik begini," gumam Refan sambil menatap Dela tanpa berkedip.
"Kalau yang model begini, aku juga mau disuruh nikahi," lanjutnya dalam hati. Refan tidak tau, seandainya ia melihat penampilan Dela sebelum menikah dengan Arsen, ia tidak akan pernah mau menikahinya.
"Kenalkan Pa. Ini Dela istri Arsen," ujar Arsen.
"Wah jadi ini istrimu. Cantik sekali pantas saja kamu langsung mau menikahinya. Sampai-sampai kalian menikah tidak memberitahu kami," puji Fahmi.
Dela hanya tersenyum canggung mendengar perkataan Papa mertuanya. Bagaimana mereka mau memberi tahu soal pernikahan, mereka menikah saja karena salah paham dan digerebek warga.
"Soal itu sudah pernah Arsen jelaskan, jadi tidak perlu dibahas lagi," sela Arsen, tidak suka jika istrinya dicecar tentang pernikahan mendadak mereka. Arsen khawatir istrinya akan merasa terpojok dan tidak nyaman. Begitu besar Arsen menjaga perasaan istrinya.
"Kenalkan juga aku Refan, adiknya Kak Arsen," Refan ikut ingin berkenalan dengan kakak iparnya yang cantik, tidak seperti yang dikatakan Ibunya. Dela hanya menjabat tangan Refan sekilas.
"Ih Tante! Katanya istrinya Arsen itu jelek, kenapa jadi cantik begini?!" Bisik Ratu, merasa kesal.
"Mana Tante tau Tu. Katanya rumahnya di perkampungan, jadi Tante kira orangnya juga kampungan," balas Amel berbisik.
"Ya sudah, kalau begitu kita langsung makan malam bersama dulu yuk," ajak Fahmi.
"Ayo kebetulan ada Ratu di sini, jadi kita bisa makan bersama," ujar Amel. Mereka semua pun menuju meja makan.
Di sana sudah tersedia banyak hidangan yang menggugah selera. Mereka langsung mengambil tempat duduk masing-masing. Dela duduk di samping kiri suaminya, sementara Ratu dengan sigap langsung mengambil tempat duduk di samping kanan Arsen. Refan memilih duduk di samping Dela. Fahmi duduk berdampingan dengan Amel.
Tak lupa, Amel memberi kode kepada Ratu agar selalu mencari perhatian Arsen. Dengan cepat, Ratu mengambil piring, berniat mengambilkan makanan untuk Arsen.
"Kamu mau makan pakai apa Ar? Biar aku yang ambilkan," tanyanya.
Melihat sikap Ratu yang begitu perhatian pada suaminya, Dela sudah bisa menebak jika Ratu memiliki perasaan khusus pada Arsen.
"Kamu tidak perlu repot-repot mengambilkanku. Aku bisa mengambilnya sendiri," tolak Arsen.
"Aku tidak repot kok," balas Ratu.
"Ratu ini sudah mau berbaik hati mengambilkanmu makanan, Arsen. Jadi hargai dia dong, tinggal diterima saja apa susahnya," seru Amel agar Arsen mau menerima makanan dari Ratu.
"Aku ini laki-laki yang sudah beristri. Aku hanya ingin menjaga perasaan istriku. Sekarang ada hati yang harus aku jaga. Seharusnya kamu sebagai seorang wanita tahu batasannya, apalagi kamu kan seorang public figure, jadi harus bisa jaga sikap," ujar Arsen, yang secara terang-terangan menyindir Ratu. Hal itu membuat Ratu sangat kesal.
"Sudah-sudah. Hanya perkara mengambil makanan tidak usah dibuat ribut," lerai Fahmi. Fahmi tidak mau Arsen marah, apalagi ia belum menyampaikan niatnya.
Bukannya Dela yang mengambilkan makanan untuk suaminya, malah Arsen yang mengambilkan makanan untuk istrinya.
"Biar aku saja Sayang yang ambilkan," kata Arsen saat Dela hendak mengambil makanan. Arsen ingin keluarganya tahu betapa istimewanya istrinya baginya.
Melihat betapa sayang dan perhatiannya Arsen pada Dela, Ratu semakin kesal. Ia makan makanannya dengan gerakan kasar saking jengkelnya.
"Oh iya, rumah kamu di mana?" Tanya Amel. "Kata Arsen, rumah kamu di perkampungan ya?" Lanjutnya.
"Iya Tante. Rumahku di daerah perkampungan pinggiran kota," jawab Dela apa adanya.
"Ih benar-benar orang kampung ternyata yang kebetulan dinikahi Arsen," imbuh Ratu dengan nada mengejek.
Dela langsung merasa tidak nyaman dengan perkataan Ratu yang merendahkannya hanya karena tempat tinggalnya.
"Memangnya kenapa kalau tempat tinggalnya di perkampungan? Apakah semua orang yang tinggal di sana pasti kampungan? Aku rasa orang di sana malah lebih ramah-ramah ketimbang orang kota yang katanya berpendidikan tinggi tapi tidak punya attitude yang baik," balas Arsen menohok.
Ratu tidak terima dengan perkataan Arsen yang seakan menyindirnya tidak punya attitude yang baik.
"Maksudnya kamu mengatai aku tidak punya attitude yang baik Ar?" Ujar Ratu sambil mengepalkan tangannya.
"Aku tidak bilang begitu. Tapi kalau kamu merasa, itu bukan salahku," jawab Arsen, membuat Ratu semakin menggeram marah.
Refan yang melihat perdebatan itu bingung harus berbuat apa. Ia ingin menjatuhkan Dela seperti Ratu dan Ibunya, tapi ia tidak tau harus menyerang Dela di bagian mana. Dela terlihat sempurna di matanya. Bahkan, secara diam-diam Refan sering mencuri pandang ke arah Dela yang membuat Dela merasa risih.
Amel langsung memegang tangan Ratu untuk menenangkannya saat melihat Ratu mulai terpancing emosi.
"Ini meja makan jangan sampai membuat keributan di sini. Papa paling tidak suka ada yang ribut di meja makan," peringat Fahmi.
"Maaf Om. Ratu tidak bermaksud begitu kok," ujar Ratu, dan Fahmi mengangguk.
"Oh iya kamu kerjanya apa? Kalau Ratu ini seorang model loh. Sudah cantik dari keluarga terpandang, dan punya karier cemerlang. Benar-benar menantu idaman," tanya Amel, sengaja membanggakan Ratu, membuat Ratu berada di atas angin.
"Kalau suka, bisa dijadikan menantu saja. Cocok tuh untuk Refan yang masih single," sindir Arsen, menyadari Ibu tirinya sedang berusaha menjodohkannya dengan Ratu.
"Kok kamu bicara begitu sih Arsen," protes Amel, tidak suka.
"Loh aku benar kan? Refan belum menikah, dan tadi katanya Mama suka punya menantu seperti Ratu. Tidak ada salahnya kalau mereka berdua dijodohkan."
"Kamu bicara apa sih Arsen. Mama kan cuma bertanya sama istrimu kerjanya apa."
"Aku tidak suka wanita karier. Aku sengaja melarang istriku bekerja. Aku suka punya istri yang di rumah saja, fokus mengurus rumah tangga. Buat apa kerja, toh aku sebagai suaminya lebih dari sanggup untuk menafkahinya," jawab Arsen, sengaja untuk melindungi Dela dari pertanyaan menyudutkan Ibu tirinya.
Jawaban Arsen itu merupakan pukulan telak bagi Ratu, karena ia adalah wanita karier sementara Arsen tidak menyukai wanita karier. Fahmi hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban Arsen.
Dalam hati, Dela mengucapkan terima kasih pada suaminya, karena Arsen seolah melindunginya dari perkataan menyinggung Ibu mertua dan Ratu. Dari perkataan mereka, Dela paham bahwa Ibu mertuanya tidak menyukainya.
"Arsen habis ini Papa ingin berbicara denganmu penting. Jadi kita langsung saja ke ruangan kerja Papa," ujar Fahmi, setelah selesai makan malam yang terasa menegangkan bagi Dela.
"Baik Pa. Ayo Sayang," ajak Arsen.
Arsen akan mengajak istrinya ikut serta. Ia tidak ingin memberi celah bagi Ibu tirinya dan Ratu untuk berbicara yang tidak-tidak kepada istrinya.
"Loh Dela biar di sini saja sama Mama. Tidak usah ikut. Mama kan ingin kenal lebih jauh dengan menantu Mama," ujar Amel. Ini adalah kesempatan Amel untuk membuat Dela sadar bahwa ia tidak pantas untuk Arsen.
"Mama-mu benar Arsen. Biarkan istrimu bersama mereka. Mengobrol sesama perempuan pasti lebih seru ketimbang ikut denganmu, nanti dia bisa bosan," imbuh Fahmi.
"Itu tidak perlu dia cukup mengenalku saja, tidak perlu mengenalnya lebih jauh," tolak Arsen. Ia langsung menarik Dela agar ikut dengannya.
"Ya ampun Arsen. Mama itu hanya ingin mengenal menantu Mama lebih dekat. Tidak ada maksud lain kok."
"Tidak bisa aku malah merasa khawatir jika istriku bersama kalian. Jika Papa ingin bicara penting denganku biarkan istriku ikut. Jika tidak lebih baik Arsen langsung pamit pulang saja," ujar Arsen, sehingga Fahmi membiarkan Dela ikut.
Dela sendiri juga merasa tidak nyaman jika harus berdua dengan Ibu mertuanya dan Ratu, karena perkataan mereka selalu sinis dan seolah tidak menyukainya. Ia pun memilih ikut suaminya.
"Ih Tante. Kenapa Arsen kelihatan sangat perhatian dan sayang sama istrinya sih? Katanya mereka menikah karena terpaksa," ujar Ratu setelah Arsen dan istrinya pergi.
"Memang menyebalkan si Arsen itu! Tapi kamu tenang saja. Kamu jangan sampai menyerah begitu saja. Kamu harus tetap dekati terus Arsen bagaimanapun caranya. Kalau bisa, kamu harus mendapatkan kerja sama dengan perusahaan Arsen. Dengan begitu kamu punya akses untuk lebih dekat dengannya. Atau kamu bisa main ke kantornya Arsen. Di sana kan tidak ada istrinya. Dengan begitu, kamu bisa lebih leluasa mengenal Arsen lebih dekat," saran Amel.
"Wah iya Tante benar. Oke kalau begitu Ratu akan mencoba saran dari Tante," ujar Ratu, yang kembali bersemangat mendekati Arsen.
Dalam hati Ratu merasa aneh dengan sikap Arsen kepada Amel. Keduanya tidak terlihat seperti anak dan ibu pada umumnya. Sikap Arsen terkesan sangat dingin kepada Amel, berbeda sekali dengan sikap Refan kepada Ibunya yang terkesan hangat. Ratu ingin sekali menanyakannya, tetapi ia merasa sungkan dengan Amel.