Sepuluh mahasiswa mengalami kecelakaan dan terjebak di sebuah desa terpencil yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Dari sepuluh orang tersebut, empat diantaranya menghilang. Hanya satu orang saja yang ditemukan, namun, ia sudah lupa siapa dirinya. Ia berubah menjadi orang lain. Liar, gila dan aneh. Ternyata, dibalik keramah tambahan penduduk setempat, tersimpan sesuatu yang mengerikan dan tidak wajar.
Di tempat lain, Arimbi selalu mengenakan masker. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa masker selalu menutupi hidung dan mulutnya. Jika sampai masker itu dilepas maka, dunia akan mengalami perubahan besar, makhluk-makhluk atau sosok-sosok dari dunia lain akan menyeberang ke dunia manusia, untuk itulah Arimbi harus mencegah agar mereka tidak bisa menyeberang dan harus rela menerima apapun konsekuensinya.
Masker adalah salah satu dari sepuluh kisah mistis yang akan membawa Anda berpetualang melintasi lorong ruang dan waktu. Semoga para pembaca yang budiman terhibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eric Leonadus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Michikko - Bagian Ketujuh
Dengan kemampuannya ini, RM. Tjojo mampu membuat Takano menghilang. Menghilangnya Takano membuat sang Ayah bingung dan memutuskan untuk menemui RM. Djojo. Setelah melalui perundingan yang alot, akhirnya diputuskan sebuah syarat, Jenderal Akimoto Takano harus menghentikan pembantaian terhadap warga pribumi jika ingin puterinya kembali. Jenderal Akimoto setuju. Setelah Ria Takano menceritakan hubungannya dengan RM. Djojo dan sudah hamil 4 bulan, sang Ayah tampak kecewa. Ia berencana untuk membunuh RM. Djojo. Rencana ini diketahui oleh sang puteri dan meminta untuk membatalkan rencana tersebut, jika tidak, ia akan bunuh diri di hadapan sang Ayah.
Sekalipun Sang Ayah merasa berat menerima kenyataan, akhirnya, ia terpaksa menikahkan puterinya dengan RM. Djojo.
Untuk sementara permasalahan bisa diselesaikan. Akan tetapi, setelah Ria Takano melahirkan seorang anak perempuan yang diberinama Rara Utari, pasangan suami isteri ini mengalami tragedi. Mereka dipisah secara paksa oleh Jenderal Akimoto, Ria Takano dibawa kembali ke Jepang dan harus meninggalkan suami dan anaknya. Untuk menghindari RM. Djojo bertemu dengan Ria Takano, maka, Jenderal Akimoto memerintahkan anak buahnya untuk membunuh RM. Djojo beserta Rara Utari.
Rencana Jenderal Akimoto diketahui oleh RM. Djojo. Maka, dengan kepandaian yang dimilikinya, Rara Utari dibuat menghilang dan tak seorang pun mengetahuinya kecuali gurunya : KI SENTONO. Dia menghadapi tentara Jepang dengan gagah berani meski akhirnya harus gugur di tangan tentara-tentara Jepang. Sebelum meninggal ia sempat melihat Jenderal Akimoto diantara anak buahnya. Ia menyamar menjadi salah seorang tentara, dia menodongkan pistolnya ke kening dan saat pistol meletus sebanyak 3 sampai 4 kali barulah ia melihat kilatan cahaya samurai membabat lehernya. Akimoto tersenyum penuh kepuasan setelah menyeka darah yang membasahi samurainya dengan sehelai kain, ia mengajak teman-temannya meninggalkan tempat itu.
Berita kematian sang suami, akhirnya sampai juga di telinga Ria Takano. Kesadaran wanita itu sempat hilang dalam waktu yang cukup lama. Saat kesadarannya hilang, wanita itu mampu melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Kepandaian sang suami menurun pada dirinya. Hebatnya, hal tersebut mampu membuatnya waras kembali dan akhirnya menikah dengan Ryuji Hasagawa. Pernikahan mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Ukkonawa.
Hari demi hari berlalu, setelah Indonesia merdeka dan suasana tenang kembali, Ria Takano mengajak Ukkonawa ke negeri yang telah memberikan kenangan terindah sekaligus pahit untuknya. Tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang wanita usianya lebih tua beberapa tahun dari Ukkonawa, dia yang sedang mengusir roh jahat dari tubuh seorang gadis kecil. Entah tiba-tiba saja Ria Takano tertarik dengannya dan menemuinya, dan saat wanita itu memperkenalkan diri sebagai anak dari Ki Sentono. Ria Takano memintanya untuk bertemu dengan Ki Sentono, lewat Ki Sentono, barulah ia tahu bahwa wanita itu bernama Rara Utari puteri almarhum RM. Djojodiningrat.
Sebuah pertemuan yang dramatis. Rara Utari bertemu dengan ibu dan adik tirinya, Ukkonawa. Dua wanita itu sama-sama mewarisi ilmu RM. Djojodiningrat, maka, tak heran hubungan ketiga wanita itu segera saja terjalin erat dan akrab. Ria Takano dan Ukkonawa tinggal sementara waktu di Indonesia.
Dibandingkan dengan keadaan ekonomi keluarga, Ria Takano dan Ukkonawa berasal dari keluarga yang cukup kaya dan disegani. Tak heran dalam 1 tahun, mereka datang ke Indonesia berkali-kali. Dan saat Ukkonawa hendak menikah, untuk kesekian kalinya mereka datang menemui Rara Utari, “Aku, kemungkinan tidak bisa menghadiri upacara pernikahanmu dengan Hiroshi, Ukko. Tapi, sebagai kakak, aku akan memberikan sesuatu untukmu. Kuharap kau bisa menerimanya,” kata Rara Utari.
Ukkonawa tertawa, “Tidak apa-apa, kak ... aku adalah adikmu sekalipun bukan adik kandung, pasti menerima apapun pemberianmu,” Rara Utari mengangguk dan meletakkan telapak tangan kanannya ke bagian perut Ukkonawa. Wanita itu merasakan adanya hawa yang sejuk masuk ke perutnya, “Ada hawa sejuk mengalir ke sekujur tubuhku. Apakah itu, kak ?” tanyanya.
“Ingatlah, aku telah memberikan sedikit hawa murniku ke dalam tubuhmu ... maka, secara tidak langsung kita menyatu. Apapun yang kau rasakan kelak, aku turut merasakannya. Dan, dengan tenaga itu ... kita mampu mencegah hal-hal yang tak diinginkan menimpa diri kita. Sebut namaku, sekalipun jauh, aku pasti akan datang menemuimu. Demikian pula sebaliknya. Setelah kau memiliki keluarga sendiri, mungkin kita tak bisa bertemu untuk melepas rindu seperti sekarang ini,” jelas Rara Utari.
“Terima kasih, kak. Kita akan selalu bersama untuk selamanya,” ujar Ukkonawa.
Perkataan Rara Utari benar adanya. Ukkonawa dan Ria Takano jarang mengunjungi Rara Utari. Setelah Ukkonawa menikah dengan Hiroshi, hidupnya tidak seperti dulu lagi. Terlebih lagi saat Miwako dan Michikko lahir. Maka, demi untuk melepas rindunya pada Rara Utari, Ukkonawa membuat sebuah boneka perwujudan dari Ukkonawa dan Rara Utari. Rumah tangga Ukkonawa – Hiroshi ternyata tidak harmonis, itu karena Ukkonawa memiliki kemampuan yang membuat laki-laki itu merasa tidak nyaman. Pelbagai cara dilakukan oleh Hiroshi untuk berpisah dengan isterinya hingga akhirnya, mereka hidup sendiri-sendiri sementara Michikko memilih untuk hidup bersama ayahnya.
Sebelum berpisah dengan Michikko, Ukkonawa memberikan Missukko padanya berharap agar bisa menjaga, melindungi dan menghindarkan Michikko dari hal-hal yang tak diinginkan. Ukkonawa berpesan agar jangan sampai Ayahnya menemukan Missukko, karena akan merubah sifat, karakter dan watak Michikko yang dapat menimbulkan bencana dalam kehidupannya. Semenjak tinggal bersama Ayahnya, Michikko selalu menemui peristiwa-peristiwa yang membuatnya depresi. Ayahnya berubah menjadi orang pemarah, pemabuk, gemar bersenang-senang dan parahnya Michikko berulang kali dijadikan objek pemuas nafsu birahi.
Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hati Michikko, keinginan untuk pergi dari rumah Sang Ayah begitu kuat tapi, itu bagaikan burung punguk rindukan bulan. Satu-satunya teman untuk menumpah ruahkan isi hatinya adalah Missukko. Boneka yang di dalam tubuhnya tersembunyi kekuatan tak terbatas milik Ukkonawa dan Rara Utari seakan mengerti derita Michikko. Hingga pada suatu hari terjadi hal-hal yang sama sekali tak terduga oleh Hiroshi
Kebencian, dendam, amarah dan iri hati telah membuat Michikko menjadi sosok yang jahat dan brutal mampu membunuh siapapun juga yang melukai hati dan perasaannya dengan satu gerakan tangan. Baik Ukkonawa dan Rara Utari merasa bersalah telah menyimpan kekuatan mereka di dalam boneka Missukko. Maka cara satu-satunya untuk menghentikan Michikko adalah menghancurkan Missukko. Tapi, sekalipun Michikko berhasil ditaklukkan, Missukko menghilang.
_____
“Apa hubungannya denganku, bu ? Mengapa Michikko menginginkanku dan dimana sekarang ini aku berada ?” tanya Arimbi ketika Rara Utari selesai bercerita. Wanita itu menatap ke arah Michikko sejenak lalu berkata, “Secara tidak langsung kau adalah adik Michikko. Dia iri dengan keadaanmu, nak. Seumur hidupnya Michikko banyak menderita. Ia ingin menikmati hidup sepertimu, nak ... tanpa beban dan memiliki teman-teman yang setia sampai mati. Sayangnya, yang ingin masuk ke dalam tubuhmu itu adalah karakternya yang jahat dan brutal. Ia ingin dunia ini merasakan derita yang dialaminya sewaktu dia masih hidup,”
Arimbi menghela nafas panjang, “Kasihan juga Michikko ini. Jika dia masih hidup, aku ingin bertemu dengannya. Sebenarnya, sudah lama aku menginginkan kakak ataupun adik. Dengan demikian, aku bisa berbagi dengannya,” katanya.
“Saat ini kau berada di perbatasan antara hidup dan mati, surga dan neraka. Cahaya putih itulah yang dinamakan surga dan tempat kita berdiri ini adalah gerbang antara surga dan neraka. Temukan Missukko kemudian hancurkan boneka itu,” jelas Rara Utari.
“Bagaimana caranya, bu ? Aku sudah sekian lama berjalan kesana-kemari, tapi, sepertinya masih berada di tempat yang sama,”
“Genggamlah tangan Michikko, dia yang akan membawamu kembali. Ibu yakin kau dan teman-temanmu akan menemukan Missukko. Cepatlah waktunya terbatas. Jika kau menunda, maka, orang yang bernama Ki Prana itu mati,” desak Rara Utari.
Tanpa banyak bicara kugenggam tangan Michikko, mendadak saja seluruh tubuh kami diselimuti oleh sebuah kabut putih dan perlahan-lahan kulihat ibu tersenyum untuk kemudian menghilang dari pandanganku. “Missukko, ada di rumah Thalia,” terdengar kata-kata yang sangat halus, nyaris tak terdengar oleh telingaku. Kabut putih menyilaukan sedikit demi sedikit lenyap, saat aku membuka kedua pelupuk mataku, yang pertama kali kulihat adalah senyuman seorang wanita. Aku mengenalnya, pemilik senyuman itu adalah Cindy Permatasari, “Bagus. Akhirnya, kak Arimbi sudah kembali ke tubuh kasarnya,”
_____
Wanita itu duduk berlutut menghadap sebuah meja dengan beraneka macam makanan, buah-buahan dan bunga. Selain barang-barang tersebut terdapat juga dupa dan sebuah foto berukuran 5R. Foto seorang wanita keturunan Jepang terlihat mencolok sekali terlebih saat asap dupa melayang-layang ke semua sudut ruangan. Aromanya begitu harum menyengat dan sebagian keluar melewati lubang udara kemudian menyatu dengan kabut tipis yang turun dari lereng-lereng gunung dan perbukitan.
“Michikko ... Michikko ... kau adalah satu-satunya sahabatku. Aku tak ingin kehilanganmu, maka dari itu ijinkanlah aku meringankan beban penderitaanmu dengan mengirimkan doa dan puji-pujian kepada Yang Maha Kuasa untukmu. Jika IA berkenan, maka, wanita itulah yang akan menjadi wadah dari jiwamu yang masih berkelana tanpa tujuan,” katanya sambil merapatkan tangan dan membungkukkan badannya dalam-dalam hingga keningnya menyentuh lantai.
Mendadak, angin berhembus perlahan. Bara api yang membakar ujung dupa, tampak menyala terang. Asap putih tipis mengepul, melayang-layang di udara untuk kemudian membentuk sebuah siluet. Siluet itu berbentuk bayangan seorang wanita, berambut hitam panjang tergerai menutupi wajahnya. Siluet itu melayang rendah, mengelilingi wanita yang masih membungkukkan badannya dalam-dalam, “Yah, aku mengerti,” kata wanita itu untuk kemudian bangun, saat ia membuka kelopak matanya, tampak siluet itu melayang perlahan menuju ke sebuah lemari kecil tak jauh dari meja altar itu berada. Saat tepat berada di daun pintu siluet itu menghilang seakan masuk ke dalam lemari.
Wanita itu membuka pintu lemari yang terbuat dari kayu cendana. Saat pintu terbuka, tampaklah sebuah boneka wanita berambut acak-acakan. Mata boneka itu tampak hidup diantara kilatan cahaya lampu ruangan, pada bibirnya yang mungil seakan menyungging senyuman tipis ... senyuman manis namun tersimpan hawa mistis yang aneh. Senyuman mengerikan.
_____