Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berterima kasihlah dengan benar!
"Sepertinya bajin-gan itu benar-benar ingin mati di tanganku." Gumam Gilang Setelah mengetahui kebenaran jika dalang dibalik semua kejadian di club malam tersebut adalah Yogi, saudara tiri Gracia. Di saat Yogi bersama dua orang kawannya memper-kosa adiknya, Gilang masih berusaha merendam kemarahannya, mengingat kejadian tersebut bermula dari tindakan Yumi yang telah memerintahkan Yogi dan kedua kawannya menculik Inara. Tapi kali ini, Gracia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun terhadap pria itu, tetapi Yogi tega merencanakan perbuatan keji terhadap Gracia. Sungguh, Gilang tidak akan menerima semua ini.
"Tenangkan diri anda, tuan! Tangan anda terlalu berharga untuk menyingkirkan seekor hama seperti Yogi. Biarkan hasil dari perbuatannya sendiri yang akan memberi hukuman untuknya." Asisten Tiko berusaha menenangkan Gilang. Sebagai asisten pribadi Gilang, pria itu kenal betul dengan sikap dan watak tuannya, Gilang tidak pernah bermain-main dengan ancamannya.
"Lagipula bagaimana dengan Nona Gracia jika anda harus berurusan kasus hukum?." Tak ada pilihan lain, Asisten Tiko menggunakan nama Gracia untuk meredakan emosi Gilang. Alhasil, usaha asisten Tiko pun berhasil.
"Kau benar, lagipula kematian terlalu ringan untuk pria bajin-gan sepertinya. Akan lebih baik membuat hidupnya terasa seperti di neraka, ketimbang mele-nyapkan nyawa pria tak bermoral sepertinya." balas Gilang Setelah cukup lama terdiam seraya berpikir.
Asisten Tiko langsung menghela napas lega mendengarnya, setidaknya tuannya itu tak harus menjadi pembunuh akibat tersulut emosi.
"Sekarang kau urus semuanya! Bagaimana caranya sampai si breng-sek itu mengakui perbuatannya, mengaku bahwa dirinya lah yang menjadi dalang di balik semua kejadian ini." Gilang menyerahkan urusan Yogi dan Winda kepada asisten pribadinya tersebut. Setelahnya, pria itu pun berlalu meninggalkan ruangan itu. Mencari udara segar untuk meredakan emosi serta kemarahannya adalah hal yang dilakukan oleh Gilang setelah berlalu meninggalkan asisten Tiko dan juga Winda.
"Saya mohon lepaskan saya, Tuan...! Masih banyak tanggung jawab yang harus saya tunaikan terhadap orang tua saya, saya belum ingin mati di sini, tuan...!." Winda memohon belas kasihan dari asisten Tiko agar dibebaskan.
"Lain kali, jika ingin menolong seseorang gunakanlah akal sehat anda dengan baik, Nona! Jika semalam terjadi sesuatu pada istri tuan Gilang, saya tidak yakin hari ini anda masih bisa keluar dengan selamat dari tempat ini. Untungnya nasib baik masih menyertai anda, Nona." Jujur, Asisten Tiko tidak habis pikir dengan kepolosan Winda, bisa-bisanya gadis itu membantu seseorang yang belum dikenalnya tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Memang ya terkadang kepolosan beda-beda tipis dengan kebodohan.
"Sekali lagi maafkan saya, tuan...! Dan saya berjanji tidak akan melakukan kebodohan seperti ini lagi." Winda masih terus memohon dihadapan asisten Tiko.
"Jika anda memang ingin terbebas dari sini, maka anda harus bersedia melakukan sesuatu!." Asisten Tiko kemudian mengatakan satu hal yang bisa membuat wanita itu bebas dari semua permasalahan ini, termasuk dari kemarahan Gilang.
"Saya bersedia melakukannya, tuan." tanpa berpikir panjang Winda langsung menyetujuinya.
"Tapi untuk sementara waktu, anda tetap di sini dulu, Nona! Tapi tidak perlu khawatir, anda akan diperlakukan dengan baik selama berada di sini!." Kata asisten Tiko sambil melepaskan ikatan pada kedua kaki dan tangan Winda.
"Bukannya saya menolak, tuan, tapi bagaimana dengan kedua orang tua saya? Mereka pasti akan mencemaskan saya jika sampai malam nanti belum kembali ke rumah." Dibanding memikirkan diri sendiri, Winda lebih memikirkan perasaan orang tuanya yang akan mencemaskan dirinya.
"Saya akan menghubungi orang tua anda dan mengatakan jika malam ini Anda lembur di kantor." Balas asisten Tiko.
"Baiklah." Winda hanya bisa pasrah. Lagipula itu sudah menjadi konsekwensi baginya yang tidak berpikir panjang dan mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu sebelum bertindak, membantu orang lain. Benar kata orang, tidak selalu niat baik Kita menolong orang lain berimbas baik pada diri sendiri. Bisa jadi, justru diri kita sendiri yang akan menjadi korban kalau tak jeli.
Setelahnya, asisten Tiko pun menyusul tuannya. Tak lupa pria itu berpesan pada anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaga Winda agar memperlakukan wanita itu dengan baik.
"Antarkan saya kembali ke apartemen!." Titah Gilang pada asisten Tiko. Waktu untuk hari ini belum berakhir tapi Gilang merasa hari ini sudah begitu melelahkan baginya. Rupanya fakta mengejutkan tentang sosok dibalik semua kejadian semalam begitu menguras tenaga Gilang. Lagi dan lagi Yogi, pria itu selalu membuat emosi Gilang meledak-ledak.
"Baik, tuan."
Setelah mengantarkan Gilang kembali ke apartemen, Asisten Tiko kembali ke Villa untuk menyusun strategi agar rencananya berjalan sesuai ekspektasi.
"Mas Gilang kenapa ya? Kelihatannya mas Gilang lelah sekali hari ini, bahkan setelah seharian bekerja pun mas Gilang tak pernah terlihat se-lelah ini." Batin Gra ketika menyambut kepulangan Gilang.
"Kamu tidak menawarkan ku untuk makan siang?." pertanyaan Gilang sekaligus menghentikan langkah Gracia yang ingin kembali ke kamar.
"Apa jangan-jangan kamu pikir aku sudah makan siang bersama wanita lain di luar sana?." tebak Gilang.
Diamnya Gra sudah cukup menjadi jawaban bagi Gilang.
Sentilan pada keningnya menyadarkan Gracia dari lamunannya.
"Sakit." Gracia hanya bisa merintih dalam hati tanpa berani melontarkannya langsung dihadapan Gilang. Sementara tangannya langsung menyentuh keningnya yang terasa sedikit perih akibat sentilan Gilang.
"Lain kali gunakanlah otakmu itu untuk berpikiran baik pada suami, jangan malah berpikir yang bukan-bukan terhadap suami sendiri, dosa!."
Gracia kembali terdiam, akhir-akhir ini Gilang sangat peka dengan perasaannya, bahkan tanpa ia mengutarakannya sekalipun.
"Tadi aku mengantarkan papa dan beberapa orang yang aku perintahkan untuk menjaga papa ke bandara. Hari ini papa berangkat ke Singapore. Maaf karena tidak mengajak kamu sekalian. Tapi nanti jika aku ada waktu luang, kita akan mengunjungi papa di Singapore." beritahu Gilang. Tak ada lagi kosa kata papah kamu, yang ada adalah sebutan papah. Sungguh, Gracia tersentuh dengan semua perlakuan Gilang untuk dirinya dan juga untuk ayahnya.
Entah sadar atau tidak, Gracia langsung menghambur ke pelukan Gilang.
"Terima kasih banyak, mas. Terima kasih banyak untuk semua kebaikan yang sudah mas lakukan untuk papah." ungkap Gracia yang kini berada di pelukan Gilang.
"Hanya ucapan terima kasih?."
Air mata haru yang hampir menetes dari mata indah Gracia, seperti ingin masuk kembali mendengar pertanyaan Gilang.
"Lalu aku harus apa? Bayar? Mas kan tahu sendiri kalau aku ini gem_." Gracia tak sempat menuntaskan kalimatnya karena Gilang sudah membekap mulutnya dengan bi-birnya, menci-um lembut bibir mungil Gracia, merapatkan tu-buh Gracia pada tubuhnya.
"Berterima kasihlah dengan benar malam nanti!." kata Gilang Setelah menyudahi ciu-mannya.
Gra hanya bisa menghela napas mendengarnya. Ternyata benar, tak ada yang gratis di dunia ini, menggunakan toilet umum saja bayar, Apalagi pengorbanan besar Gilang untuk ayahnya, begitu pikir Gracia.
Rafa bukan gilang
ntar baru sadar langsung heboh ini...
🥰🥰🥰🥰🥰
jangan Gilang...ntar poligami jadinya 😭
benci berakhir cinta...