NovelToon NovelToon
The Runway Home

The Runway Home

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yayalifeupdate

Setelah menaklukan dunia mode internasional, Xanara kembali ke tanah air. Bukan karena rindu tapi karena ekspansi bisnis. Tapi pulang kadang lebih rumit dari pergi. Apalagi saat ia bertemu dengan seorang pria yang memesankan jas untuk pernikahannya yang akhirnya tak pernah terjadi. Tunangannya berselingkuh. Hatinya remuk. Dan perlahan, Xanara lah yang menjahit ulang kepercayaannya. Cinta memang tidak pernah dijahit rapi. Tapi mungkin, untuk pertama kalinya Xanara siap memakainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api Yang Membakar Balik

Kabar pertunangan Harvey dan Xanara menyebar seperti kilat. Foto-foto mereka di luar negeri, Harvey berlutut dengan cincin, terpampang di setiap halaman berita hiburan dan akun gosip.

 

Di sebuah ruangan apartemen mewah, Winny melempar majalah itu ke meja kaca hingga bunyinya memantul nyaring.

 

“Apa ini?!” suaranya meninggi.

 

Rey duduk di sofa, matanya juga terpaku pada gambar itu. Tapi berbeda dari Winny, tatapannya justru kosong, ada rasa getir bercampur sesal yang tak mau ia akui.

 

“Kamu biarkan ini terjadi?!” Winny mendekat, matanya berkilat penuh amarah.

 

“Kamu tahu aku sudah merencanakan semuanya, Rey! Dan sekarang dia—” Winny menunjuk foto Xanara.

 

“Tersenyum dengan cincin di jarinya!”

 

Rey berdiri pelan, tatapannya tajam namun datar.

 

“Aku tidak akan melukai dia, Winny.”

 

Ucapan itu membuat Winny terdiam sesaat, sebelum tawanya pecah, dingin dan menyakitkan.

 

“Oh jadi itu ya? Kamu jatuh hati? Kamu, si pria dingin yang selalu bermain di belakang layar, sekarang berubah jadi pahlawan penyelamat?”

 

Rey menahan rahang.

 

“Aku hanya tidak mau terlibat dalam rencana kotor yang gak ada gunanya.”

 

“Tidak ada gunanya?!” Winny mendorong dada Rey.

 

“Gunanya untuk memastikan dia hancur! Untuk membuat Harvey menyesal!”

 

“Cukup, Winny.” Suara Rey lebih berat, penuh peringatan.

 

“Kalau kamu terus begini, kamu akan melawan aku, bukan dia.”

 

Winny menatapnya, napasnya memburu. Lalu ia memalingkan wajah, frustrasi, dan berjalan pergi sambil membanting pintu.

 

Rey berdiri sendirian di ruang itu, menyadari satu hal permainan ini sudah berubah arah. Ia tidak lagi menjadi sekutu Winny. Kini ia berdiri di jalur sendiri dan entah kenapa, jalur itu perlahan membawa dirinya semakin dekat dengan Xanara.

 

Winny belum keluar dari gedung apartemen ketika ponsel Rey bergetar. Sebuah pesan masuk dari salah satu anak buahnya di lapangan.

 

“Bos, target (Winny) terlihat melakukan pergerakan. Sepertinya mau menguntit Xanara.” – Anak buah Rey.

 

Rey mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.

 

“Ikuti dari jauh. Jangan sampai dia sadar.” – Rey

 

Ia memutus telepon, lalu meraih jaket kulitnya. Kalau Winny benar-benar gila, Rey tak akan tinggal diam.

 

Di sisi lain kota, Lucy sudah bersiap sendiri. Bagi Lucy, Xanara bukan sekadar sahabat, dia adalah keluarga. Dan keluarga adalah sesuatu yang harus dilindungi, bahkan kalau harus melanggar batas.

 

Lucy tidak sendirian. Pria berwajah keras dengan tatapan tajam sudah berdiri di pintu.

 

“Lokasi terakhir Winny sudah kita ketahui. Kita tidak akan konfrontasi, kita hanya pastikan Xanara aman,” ujar pria itu datar.

 

Lucy mengangguk, lalu mengambil jaket hitamnya.

 

Sementara itu, Harvey punya rencananya sendiri. Ia tahu Winny akan mencoba menargetkan Xanara, entah lewat permainan kotor atau serangan langsung. Karena itu, ia menyewa tim keamanan pribadi untuk berjaga secara bergantian di sekitar butik dan apartemen Xanara.

 

Tiga jalur perlindungan ini berjalan bersamaan, Rey dari jarak bayangan, Lucy dan pria bayarannya di lingkar terdekat, serta Harvey di posisi resmi. Tak satu pun dari mereka saling berkoordinasi, tapi tujuan mereka sama yaitu menjaga Xanara tetap aman.

 

Yang tidak mereka sadari, pergerakan mereka semua mulai saling bersilangan. Dan cepat atau lambat, jalur-jalur ini akan bertabrakan, entah sebagai sekutu atau lawan.

 

Winny duduk di dalam mobilnya yang diparkir agak jauh dari butik Xanara. Kacamatanya menutupi separuh wajah, tapi matanya menatap penuh benci ke arah pintu butik.

 

“Sebentar lagi, sayang. Kita lihat siapa yang akan tetap berdiri,” gumamnya, sambil membuka tas kecil yang berisi sesuatu yang cukup membuat Harvey akan menyalak jika mengetahuinya.

 

Saat Winny bersiap keluar, sebuah mobil hitam melintas pelan tepat di belakangnya. Dia tak sadar, di dalamnya Rey sedang memperhatikan.

 

“Jangan macam-macam, Winny. Kali ini aku gak akan diam” batin Rey.

 

Di seberang jalan, Lucy dan pria bayarannya sudah lebih dulu berada di dalam kafe dengan pandangan mengarah langsung ke butik. Lucy menatap layar ponselnya, melihat peta lokasi yang menandai posisi Winny.

 

“Dia di sana,” ucap Lucy pelan.

“Kalau bergerak, kita potong jalannya,” jawab pria itu dingin.

 

Sementara itu, Harvey yang sedang berada di ruang kerjanya menerima pesan dari salah satu petugas keamanan yang ia pasang di sekitar butik.

 

“Target wanita (Winny) terdeteksi di perimeter luar. Perintah?” – Petugas

“Tetap pantau. Jangan langsung konfrontasi. Tunggu sampai dia membuat langkah.” - Harvey

 

Winny akhirnya membuka pintu mobil dan berjalan cepat ke arah butik. Tapi sebelum ia bisa mendekat, seseorang tanpa ia kenal tiba-tiba sengaja menabraknya cukup keras untuk membuatnya mundur dua langkah.

 

“Maaf, Bu,” kata orang itu singkat sebelum menghilang di keramaian.

 

Winny mengumpat pelan. Ia mencoba lagi berjalan maju, tapi tiba-tiba ada mobil box berhenti tepat di jalannya, menutupi pandangannya ke butik. Saat mobil itu bergerak, Xanara sudah masuk kembali ke butik, pintu tertutup rapat.

 

Yang Winny tidak tahu, tabrakan pertama adalah anak buah Rey. Mobil box itu dikirim oleh pria bayaran Lucy. Dan penutupan pintu butik? Itu karena Harvey memerintahkan petugasnya untuk menjemput Xanara lewat pintu belakang beberapa detik sebelumnya.

 

Winny berdiri di trotoar, bibirnya mengerucut penuh amarah.

 

“Kenapa setiap kali aku hampir berhasil, selalu saja ada yang menghalangi” batin Winny.

 

Di kejauhan, tiga pasang mata dari tiga pihak berbeda sedang mengawasinya. Dan tidak ada satupun yang berencana membiarkan Winny menang.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!