Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Dijodohkan
"Lakukan, jika bisa!" tantang Alfred, bagianya Jonas bukan penghalang besar lebih-lebih jika Ariel sendiri tidak meladeni perasaan adiknya itu. Tapi Al, kandang, sesuatu yang kita anggap remah justru menjadi bom dikemudian hari, kau harus tetap waspada, Al....
Jonas menegakan badannya, dengan senang hati dia menerima tantangan Alfred, "Oke! Kita buktikan."
Di detik yang sama, Milea memasuki rumah, wanita ini mematung kala melihat kaka dan adik yang saling berhadapan dengan wajah dingin, "Maaf, apa aku menganggu kalian?"
Jonas mengalihkan pandangannya pada gadis yang masih diambang pintu itu, "Tidak, justru kau datang di waktu yang tepat," Jonas menepuk pundak Alfred, "Al, cinta pertamamu sudah datang. Lebih baik kau ladenin dia dari pada membuang waktu untuk mencari Ariel, kasihan dia, sudah lama menunggumu."
"Singkirkan tanganmu, jika kau tidak ingin aku mematahkannya!"
Tatapan Alfred begitu mengeringkan apa lagi jika bersuara yang nadanya seperti raungan harimau, biasa membangkang seperti apapun Jonas, jika melihat Alfred seperti ini dia takut juga. Kakaknya tidak pernah main-main dengan ancamannya.
Oke! Aku mengalah, pikir Jonas yang menurunkan perlawanannya.
"Milea, kau datang untuk Alfred, kan! Silakan...aku tidak akan mengganggu kalian berdua," kata Jonas dan meninggalkan tempat itu.
"Al, kau dan Jonas kembali berseteru?" Milea bertanya seraya melangkah mendekati Alfred.
"Tidak!" sahut Alfred, "Apa yang membawamu ke sini?"
"Paman Marion menelponku, beliau memintaku untuk menemanimu."
"Tidak perlu, aku pergi bersama Arthur."
Melia menekuk wajahnya, "Bagitu ya...sayang sekali. Padahal, demi datang ke sini aku membatalkan pemotretan."
Sudah tiga tahun Milea menunggu Alfred, menunggu laki-laki itu memberikan kembali cintanya. Milea sadar sudah ada Ariel diantara mereka, tapi wanita itu sudah tidak pernah terlihat lagi. Salahkah jika Milea berharap Alfred kembali? Kembali padanya....
.....
"Minggu depan, persiapkan dirimu!"
"Kalian saja, aku tetap di sini."
"Tidak bisa, kau ikut menempati rumah itu."
"Aku tidak mau!"
"Tidak ada penolakan, patutlah pada ayahmu ini."
Ini adalah percakapan Tuan Sinclair dan putri ketiganya, yaitu Rachel, alias Ariel.
Ariel bangun dari duduknya, "Apa ayah sadar jika tindakanmu ini mempersulitku?"
"Apa maksudmu? Dari sisi mana aku mempersulit mu, Rachel! Kau selalu saja membantah, tidak seperti kakak-kakakmu yang selalu patuh!"
Mempersulit....
Sinclair memutuskan pindah ke Kota Mandalika, berikut istri dan anak-anaknya. Hal ini untuk memudahkan berbagai urusannya yang ada di kota itu. Tapi bagi Ariel, kembali pada Kota itu sama saja membuka kenangan yang sudah lama ia kubur dan hampir diluapkan.
"Bukankah kau juga pernah tinggal di sana? Tidak sulit bagimu, kan?" tambah Sinclair.
Jika pada akhirnya kau mengirim ku kembali ke kota itu, seharusnya dulu kau tidak perlu memintaku pulang.
"Aku tahu apa yang menyebabkannya menolak untuk pindah!" celetuk Marissa, yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar Ariel.
Sinclair menoleh begitu juga dengan Ariel.
Marissa melipat kedua tangan di dada menatap tajam waja Ariel, "Dia ingin tetap di sini, karena Ray, apa kau sadar jika Ray itu tunangan kakakmu sendiri?!"
Lagi-lagi Ray... lagi-lagi Ray.... mereka selalu mencurigai Ariel akan laki-laki yang bernama Ray.
Ariel memijat keningnya, entah sudah berapa ratus kali dia mengklaim bahwa tidak ada minat untuk yang kedua kali menjalin hubungan dengan Ray, baginya laki-laki itu masa lalu yang pernah singgah di hatinya saat usia remaja dan sekarang dia sudah dewasa.
"Rachel! apa yang dikatakan mamamu benar?" tanya Sinclair, sedikit menyentak.
"Apa aku harus mengatakan sampai seribu kali agar kalian percaya?"
"Kami baru akan percaya jika kamu menerima perjodohan yang kami tawarkan."
Setelah menikah dengan Alfred yang tidak pernah diketahui keluarganya, Ariel, rasanya enggan untuk menjalani hubungan pernikahan dengan siapapun.
"Lihatlah! dia diam! itu artinya dia tidak mau, pa!" pekik Marissa.
Pusing dan tidak tahan selama 3 tahun ini terus-terusan dicurigai dan disalah-salahkan atas tertundanya pernikahan Micella dan Ray, Ariel pun memilih keputusan spontan, "Baik, aku akan menerimanya! Carilah laki-laki seperti apa yang kalian inginkan lalu pertemukan denganku."
Terbitlah sepucuk senyum di ujung bibir Marissa, dia pikir. Jika Ariel menikah lebih dulu, Ray tidak akan lagi berharap padanya.
"Pa, kamu serahkan semuanya padaku. Aku berjanji akan mencarikan laki-laki terbaik untuk Rachel." Ucap Marissa meyakinkan suaminya, urusan jodoh Ariel harus sepenuhnya jatuh ke tangannya. Dia yang harus memastikan laki-laki seperti apa yang bisa mengikat wanita itu.
"Rachel! bagaimana?" Sinclair memastikan.
"Terserah pada kalian! jika sudah selesai tolong keluar dari kamarku."
Sinclair menggelengkan kepalanya, semenjak Ariel mengasingkan diri selama 3 tahun anaknya itu semakin berani dan sudah tidak lagi memiliki rasa takut padanya.
"Oke! Jika kamu tidak mau ikut pindah, hadirlah di pesta itu Minggu depan."
"Akan aku usahakan, tapi aku tidak janji."
....
Pesta..... Marissa yang sangat bersemangat mencarikan pendamping untuk anak tirinya terpikir akan pesta itu.
"Mama mau mencarikan jodoh seperti apa untuknya? Laki-laki kaya? Tampan?"
"Tidak peduli mau tampan atau jelek, tua atau muda, cacat atau sehat. Yang penting dia kaya dan bisa membawa Rachel jauh dari jangkauan, Miranda, ambilkan daftar tamu yang akan menghadiri pesta minggu depan."
Dengan semangat, Miranda bergegas mengambil buku besar yang diminta ibunya.
Di sana terdapat puluhan nama Keluarga besar yang memiliki putra, yang tentunya dari para selir sang tuan yang berkuasa.
Jari-jari Marissa menelusuri setiap nama yang berbaris rapih begitu juga dengan bola matanya mengikuti alur.
Ada nama yang menarik ada juga yang dia anggap tidak pantas, terlalu hebat jika disandingkan dengan anak tirinya. Selain memilih yang paling kaya Marissa juga memilih pemuda yang paling buruk sifatnya, dia ingin kelak laki-laki itu memperlakukan buruk Ariel. Menciptakan pernikahan yang mencekam, mengerikan, yang bisa membuat Ariel merasa terpenjara namun tak ada kesempatan untuk bebas selain kematian.
Mata Marissa mendelik saat telunjuknya terhenti pada satu nama yang dianggap cocok.
Marissa lantas memanggil ajudannya, "Selidiki latar belakang laki-laki ini? laporkan padaku hal sekecil apapun."
Sang Ajudan melihat nama yang ditunjuk Marissa, "Baik nyonya, secepatnya saya akan memberikan hasilnya."
"Ma, siapa yang mama pilih?"
"Tenang saja Miranda, siapapun laki-laki itu yang jelas dia akan membawa hari-hari buruk untuk si benalu itu."
Hahaha... Miranda tertawa puas, "Aku tahu apa yang mama pikirkan dan aku senang akan itu. Micella pasti senang mendengar kabar ini."
"Dan sekarang tugasmu adalah, bersikap baiklah pada Rachel, paling tidak sampai dia menikah setelah itu terserah apa maumu."
Miranda mendengus kesal, malas sekali dia harus melakukan ini tapi apa boleh buat! demi rencana ibunya berhasil dia harus memberi dukungan.
Hari pun terus berjalan, Ajudan yang sebelumnya mendapat tugas dari Marissa menghadap dengan laporan pentingnya.
"Apa yang kau temukan?"
"Nyonya, laki-laki itu putra ketiga dari keluarga ternama kota Mandalika, tapi... sepertinya dia kurang cocok jika disandingkan dengan nona Rachel."
Marissa mengangkat kedua alisnya, "Kenapa?"
"Informasi yang saya dapat, laki-laki itu bukan laki-laki yang memiliki jejak baik, dia terkenal dengan banyaknya teman wanita juga sering menghabiskan malam di klub. Saya rasa, tuan Sinclair pun tidak akan setuju."
"Kamu tahu apa soal itu! sudahlah enyah dari sini dan jangan beritahu apapun pada Sinclair. Mengerti?!"
Meski ragu, ajudan tetap mengangguk patuh.
.....
Kota Mandalika.
Kepercayaan keluarga Smith mendapat pesan penting dan dengan segera dia mendatangi Julie juga Marion.
"Nyonya Marissa?" tanya Julie sedikit berpikir akan nama itu.
"Betul nyonya, nyonya Marissa adalah istri pertama dari tuan Sinclair. Beliau ingin bertemu dengan Anda."
Ingin bertemu....jika istri dari satu keluarga yang ingin bertemu, jelas ini bukan untuk membahas soal bisnis. Tradisi ini sudah turun temurun dan Julie hapal betul.
"Apa tuan Sinclair, memiliki putri?"
"Ya, beliau memiliki empat orang putri."
Julie menarik nafas, semenjak Alfred menempati posisinya kembali saat itu juga menjadi akhir dari hubungan Justin dan Milea. Semua orang tahu, keluarga Sinclair sangat berpengaruh. Tidak buruk kalau putranya menikah dengan salah satu putri Sinclair.
Julie melihat Marion, meminta pendapat lewat sorot mata.
"Aku serahkan semua padamu, satu yang aku tahu, semua putri Sinclair terdidik pintar dan cantik."
Julie kembali pada kepercayaan keluarga yang masih menunggu.
"Kapan aku bisa bertemu dengannya?"
"Dua hari sebelum pesta keluarga Sinclair, jika Anda siap saya akan mengatur waktunya."
"Baik, persiapkan semuanya."
"Kalau begitu saya permisi, nyonya."
....
"Mama ingin menjodohkan ku?" Justin bertanya, mendengar dari nada suaranya dia tidak menyukai rencana Julie.
"Iya, ini yang terbaik untukmu, Justin. Mama pastikan gadis itu setara dengan Milea."
Milea... Justin sama sekali tidak pernah mencintai gadis itu, dia tidak perduli jika pada akhirnya Milea kembali pada Alfred. Yang laki-laki ini inginkan hanyalah kedudukan.
Melihat putranya ragu, Julie meraih lengan Justin, "Gadis itu putri dari keluarga Sinclair. Meskipun bukan putri utama, dengan kepandaian yang kamu miliki, kamu pasti bisa menguasai semuanya. Dia bisa kamu jadikan senjata untuk menyerang Alfred."
Rupanya, Julie memiliki rencana terselubung.
"Maksud, mama?"
Julie mendekat, wanita itu membisikan kata-kata mujarab di telinga anaknya.
Justin berpikir sejenak, karena kebenciannya sudah mendarah daging pada Alfred, Justin pun menyetujui rencana ibunya.
"Pilihan yang tepat sayang. Mama akan persiapkan semuanya."
....
Kastil...
Arthur kembali dengan tergesa-gesa. Saat melakukan survey di lokasi pembangunan pabrik Smith, di tempat nyaris terpencil. Dia melihat Yuran.
"Kau yakin?" Alfred memastikan, wajahnya tegang tapi juga bersemangat. Semangat yang sudah tiga tahun ini tidak pernah terlihat di wajah tampan itu.
"Saya punya buktinya, tuan!" Selain omongan, Arthur membawa bukti yang kuat. Hasil jepretan ponselnya.
Alfred tertegun, tanpa perlu meneliti dia sudah sangat mengenali itu benar-benar Yuran, ayah mertuanya.
"Antar aku kesana."
Saking semangat dan tidak sabar, Alfred ingin mendatangi tempat dimana Yuran terlihat pada hari ini juga. Tapi masalahnya ini sudah pukul 2 dini hari.....
sehat selalu untuk mu kak author💪💪