NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 24

...-Pahit perpisahan masih menggema meski bertahun lamanya-...

...***...

Terhuyung-terhuyung Latif membawa tubuh besar Shafi yang kehilangan kesadaran. Sang adik sangat penasaran kenapa selalu kalah dalam bermain kartu, hingga rasa frustasi membuatnya coba menenangkan diri dengan menenggak minuman yang disuguhkan wanita penghibur.

Gelas pertama, Latif membiarkan Shafi mencicipinya. Namun, ternyata sensasi setelah menghabiskan gelas pertama itu membuat Shafi ketagihan. Dia minum lagi, dan lagi, hingga akhirnya dia kehilangan kesadaran.

Kembali, Latif menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Beruntung mereka memperbolehkan kakak beradik ini bermain bergantian. Yah ... setidaknya di waktu-waktu terakhir Latif masih bisa membalikkan keadaan, walau hanya memenangkan sejumlah uang yang digelontorkan Shafi di meja judi. Lantas, bagaimana dengan uang pemberian Jefrey? Tentu saja uang itu telah hangus, tanpa sisa.

"Shafi... sadarkan dirimu! Kamu berat bengeeet!"

Latif ini seperti tidak pernah mabuk saja, bagaimana bisa dia bicara dan meminta pada orang yang sedang kehilangan kesadaran!

Malam telah begitu tinggi, Yara yang menanti kepulangan Latif merasa khawatir sebab ia belum juga datang. Menjadi seorang pengangguran dengan kebiasaan yang buruk, Yara takut kebiasaan itu kembali terjadi dalam hidup sang paman. Dan, betapa terkejutnya setelah mendapati Latif datang membawa Shafi yang mabuk.

"Astaghfirullah! Shafi kamu apain, Latif?" seru Yara. Dia langsung membantu Latif menggotong Shafi untuk masuk ke dalam rumah mereka.

"Ya mabuk lah! Kamu pikir dia sempoyongan seperti ini karena minum teh oplosan!"

Sontak Yara memelotot pada Latif, ingin rasanya menjitak kepala sang paman saat ini.

"Aku menang! Akuuuu menaaaangggg!" di tengah malam itu Shafi berteriak.

"Aku meohhgsjfbcvavshsha ...." Karena Yara masih memelotot padanya, Latif lekas membungkam mulut Shafi.

Langsung melepaskan tubuh paman kedua hingga hampir saja jatuh ke lantai, Yara menodong Latif. "Kalian berjudi?!"

Aish! Yara memang sangat mengenal baik dirinya.

Diamnya Latif menjadi jawaban atas tanya itu. "Gila, ya! Sebagai orang yang lebih tua, bukannya ngasih contoh yang baik, malah menjerumuskan Shafi. Tega banget sih, Tif!"

"Enggak! Aku nggak ngajakin dia. Dia sendiri yang tiba-tiba datang pas aku lagi main!" Latif tak mau disalahkan begitu saja, sebab memang Shafi yang mengekorinya.

Ck!

Yara mendecih, percuma berdebat dengan paman durjana ini, sedangkan paman yang satu lagi tergeletak tak berdaya di lantai. Yara tak tahu apakah Shafi memang pernah mabuk atau tidak sebelumnya. Dan ... apakah Sekar akan marah jika mengetahui putranya mabuk saat ini. Sungguh, kejadian ini menambah beban dalam pikiran Yara.

Setelah menempatkan Shafi pada sofa panjang di ruang tamu, Latif dan Yara mulai bicara serius.

"Gimana, tuh? Teler begitu apa bisa kita pulangkan? Yakin bakalan aman kalau dia pulang?"

"Harusnya sih nggak masalah kalau dia dipulangkan. Tapi, gimana respon Tante Sekar melihat dia mabuk. Seingatku, Sapi nggak suka liat Ayahku mabuk, Tante Sekar juga." Latif masih ingat betul bagaimana Shafi mengepalkan tangan ketika sang ayah mabuk-mabukan. Tanpa dia tau semua itu karena cinta yang dipaksakan pada ibunya. Juga masih segar dalam ingatan Latif, Sekar yang menangis karena ulah sang ayah saat itu.

Latif kecil yang belum mengerti masalah orang dewasa, mengira semuanya masih baik-baik saja. Tapi setelah dewasa dan mengetahui cinta segitiga itu ... ternyata ada banyak momen menyakitkan yang kerap terjadi di antara para orang tua, yang dia lihat di waktu kecil.

Memijat pelipisnya, Yara sungguh dibuat pusing melihat Shafi, juga semakin pusing karena aroma tak sedap dari tubuh sang paman. "Aku juga mikir begitu. Terus kita harus gimana?"

"Dia nginep aja di sini, ya?" sambung Yara, "Tidur di kamar kamu."

Dalam keadaan sadar saja Shafi kerap menempel padanya, bagaimana ketika mabuk seperti sekarang ini? Bisa-bisa dia tidak akan tidur semalaman karena Shafi yang tidak bisa diam itu. Apalagi mulut sang adik terus meracau, sejak tadi dia tak berhenti bicara. Entah ... apa saja yang dia racaukan dalam bisikan itu.

"Malah bengong. Angkut dia ke kamar, sana. Bau banget!" pinta Ayara.

Alih-alih menjawab, Latif memandang Yara dengan ujung matanya. Gadis itu memelotot, mengisyaratkan bahwa emosinya mulai merangkak naik.

Menarik napas panjang, kemudian menghembuskan perlahan. Sungguh terpaksa Latif membawa Shafi ke dalam kamarnya. Usai menjatuhkan tubuh sang adik sembarangan ke atas tempat tidur, dia mengambil bantal dan selimut menuju ruang tamu.

"Lho, nggak tidur di kamar sama dia?"

"Ogah!" sahut Latif kesal.

"Idih! Kok marah. Harusnya aku yang marah. Sebagai abang, kamu tu sudah menyesatkan Shafi, nggak habis pikir, deh!" Celoteh Yara membuat Latif menutup telinganya dengan guling.

Kesal karena diabaikan, Yara menghampiri paman pertama dan berkata. "Tahan dulu tidurnya, kabarin Nenek. Kasih tau kalau si bungsu malam ini nginep di sini."

Mengerutkan kening dan menatap tajam pada Yara, "Bungsu? Dia anak tunggal!"

"Keras kepala banget sih, Tif. Diliat dari segi apapun, kalian tetap sodara!"

Kenyataan itu membuat Latif marah. Dia menarik selimut dan mengubur diri di dalamnya.

"Terserah mau gimana. Yang jelas ini bukan urusan aku. Kamu yang bikin dia mabuk, kamu harus tanggung jawab. Yang harus kamu tau, Nenek sekarang pasti lagi nungguin Shafi pulang. Dia pasti khawatir banget anak bungsunya belum pulang!" Tanpa berkata lagi, Yara mematikan lampu dan meninggalkan Latif sendiri.

Setelah kepergian Yara, mata yang semula terpejam kini terbuka kembali. Dalam suasana temaram itu Latif memandangi langit-langit kediaman mereka, dengan pikiran berkelana entah kemana. Pria ini berjalan menuju dapur yang lampunya memang tak dimatikan, mengambil sebotol air dan meminumnya. Ia mengambil duduk di meja makan. Cukup lama pikirannya berkecamuk, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengambil ponsel Shafi yang masih berada dalam kantong celana sang adik.

"Bang ..."

"Tidur aja. Malam ini kamu boleh nginep di sini."

"Terima kasih," ucap Shafi dalam keadaan setengah sadar.

Kirim pesan ... telepon ... kirim pesan saja ... telepon saja ...

Latif bingung sendiri atas langkah yang akan dia ambil. Lagi dan lagi dia terjebak dalam ragu dan bimbang.

Ternyata Yara mengintip sejak tadi.

"Yaelah! Lemot amat sih, Tif. Tinggal telepon juga. Nenek sendirian sekarang, telepon dia, kasih kabar tentang Shafi, terus kalian ngobrol sebentar. Gitu doang, lho, padahal."

"Bisa diem, nggak! Bawel banget!" hardik Latif.

"Huh! Dasar paman durjana. Diberi saran malah marah."

Yara menutup pintu kamar dan benar-benar meninggalkan Latif.

Mengusap wajahnya kasar, Latif sungguh bertarung dengan dirinya sendiri. Membawa ponsel Shafi dia berjalan keluar, duduk di beranda.

"Tante, ini Latif. Shafi ketiduran, jadi untuk malam ini boleh, ya, dia tidur di rumah kami?"

Sangat berat jempolnya mengirimkan pesan itu. Dengan kedua mata terpejam akhirnya dia berhasil mengimnya pada nomor Sekar.

Mami tersayang. Itulah nama yang Shafi sematkan pada nomor ponsel Sekar. Ada rasa perih mengetahui hal ini, sebab di ponselnya tak pernah ada nomor dengan nama seperti itu.

Tak berapa lama, bukan notifikasi pesan yang Latif terima, tapi panggilan telepon dari Sekar.

Deg!

Jantungnya langsung berdebar hebat. Sudah bertahun lamanya mereka tak berkomunikasi, rasanya sungguh sangat canggung. Membiarkan panggilan itu hingga akhirnya berakhir, Latif tak keberatan jika disebut seorang pecundang kali ini.

Drttttt

Kembali Sekar menghubungi ponsel Shafi, sungguh, bahkan untuk menelan ludah saja Latif merasa kesulitan.

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen dan kasih saran yang membangun, ya....

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!